Chereads / THE QUEEN SEOHYEONG / Chapter 14 - Page 13 : Bittersweet

Chapter 14 - Page 13 : Bittersweet

Hong Gwi In meletakkan cawan tehnya dan menatap lurus Ibu Suri Agung Park. Seulas senyum tersungging. Sorot matanya memperlihatkan ketenangan yang begitu luar biasa. Hong Gwi In yakin tidak akan ada masalah selama ia melahirkan putra pertama Raja Uiyang.

"Daewang Daebi Mama, tidak ada yang perlu Anda cemaskan. Saya yakin, yang akan melahirkan pangeran adalah saya bukan Jungjeon Mama. Mohon hilangkan kegelisahan dalam pikiran Anda dan percayalah dengan kemampuan saya."

Lagi, Ibu Suri Agung Park menghela napas panjang. apa yang dikatakan keponakannya memang benar. Meskipun Ratu Heo kembali mendapatkan malam penyempurnaan di waktu yang sangat baik, belum tentu surga memberinya kesempatan mengandung seorang putra.

"Kau benar. Tak ada jaminan Jungjeon bisa mengandung dan melahirkan seorang pangeran. Karena itu, kau harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, Gwi In. Jika kau melahirkan seorang pangeran di saat Jungjeon belum juga memilikinya, maka jalanmu menuju takhta Ratu akan terbuka lebar. Masalah dukungan, para menteri tentu akan berbalik mendukung wanita yang telah melahirkan pewaris takhta."

Senyuman mengembang semakin lebar di wajah Hong Gwi In. "Anda tak perlu khawatir, Mama. Saya akan melakukan tugas sebaik mungkin," balasnya dengan tenang seraya kembali menyesap miliknya.

Tanpa Ibu Suri Agung Park ataupun Hong Gwi In sadari, seorang dayang muda tersenyum tipis melihat Selir Hong begitu menikmati tehnya. Tak ada sedikit pun kecurigaan dari Selir Hong pada minuman yang biasa ia nikmati di pagi hari bersama Ibu Suri Agung Park.

~TQS ~

Sementara itu, Ratu Heo dan Ibu Suri Min tengah berada di kediaman Ratu Heo. Kini, seorang tabib kerajaan tengah memeriksa Sang Ratu. Ibu Suri Min menunggu hasil pemeriksaan dengan gelisah. Beberapa kali, wanita yang mengenakan dangui berwarna biru tua itu mengetuk jari – jarinya ke atas meja. Sang ibu suri berharap, Langit memberikan keajaibannya pada Ratu Heo.

Tabib Han menyudahi pemeriksaannya terhadap Ratu Heo. Tabib Han menganggukkan kepala sebagai tanda hormat pada Ratu Heo. Ibu Suri Min yang tadi tengah menyandarkan punggung tuanya pada bantalan tahta milik Ratu Heo kini kembali duduk tegak. Rasa gelisah semakin kuat menguasai hati wanita tua itu.

"Bagaimana, Tabib Han? Apa kau mendapatkan sesuatu?" tanya Ibu Suri Min dengan nada tak sabar.

Tabib Han menyunggingkan senyuman di wajah seraya membungkukkan tubuhnya. "Selamat, Daebi Mama. Hamba mendapatkan tanda bahwa Jungjeon Mama saat ini tengah mengandung. Selamat atas kehamilan Anda, Jungjeon Mama."

Raut puas kini menguasai Ibu Suri Min di saat bersamaan, Ratu Heo melotot tak percaya dengan hasil pemeriksaan yang diucapkan Tabib Han. Ratu Heo seakan tak mempercayai apa yang baru saja ia dengar.

"Apa kau yakin dengan hasil yang kau sebutkan itu, Tabib Han?" tanya Ratu Heo.

"Ye, Mama. Hamba tak mungkin berbohong mengenai hal ini. hamba pastikan, Anda tengah mengandung, Jungjeon Mama. Selamat atas kehamilan Anda, Jungjeon Mama," balas Tabib Han sambil kembali membungkukkan kepalanya.

"Selamat atas kehamilan Anda, Jungjeon Mama."

Para dayang perawat dan dua dayang pribadi yang berada di ruangan ikut mengucapkan selamat setelah mendengar kabar bahagia ini. Ratu Heo hanya bisa tersenyum canggung mendengar ucapan selamat tersebut. Sang Ratu masih tak percaya dengan kondisi tubuhnya saat ini.

Berbeda dengan ekspresi yang ditunjukkan Ratu Heo, Ibu Suri Min malah tersenyum lebar. Wanita tua itu benar – benar senang mendengar kabar tersebut. atensinya kini tertuju sepenuhnya pada Ratu Heo yang tengah menunduk sambil memandangi dangui bagian depannya.

"Langit benar – benar memberikan anugrahnya, Jungjeon. Selamat atas kehamilanmu, Jungjeon. Aku yakin, seluruh negeri akan menyambut sukacita kabar gembira ini. Aku bisa mendengar kelak suara tawa seorang pangeran akan memenuhi setiap sudut istana."

"Terima kasih atas dukungan Anda, Eomma Mama," balas Ratu Heo sopan.

Ketika Ibu Suri Min tengah memerintahkan Dayang Shim untuk menyebarkan berita bahagia ini pada Raja Uiyang, tiba – tiba terdengar suara keributan dari pintu masuk ruangan pribadi Ratu Heo.

"Mama, Jungjeon Mama, hamba Dayang Yeon. Mohon izinkan hamba masuk, Mama. Hamba membawa sebuah berita."

Ibu Suri Min dan Ratu Heo saling berpandangan mendengar suara Dayang Yeon tersebut. Akhirnya, Ratu Heo memberikan perintah agar para dayang membukakan pintu agar Dayang Yeon bisa masuk menghadapnya.

"Kenapa kau membawa keributan seperti itu, Dayang Yeon?" tanya Ratu Heo dengan ekspresi yang menuntut penjelasan pada Dayang Yeon.

"Mama, hamba membawa kabar buruk. Gwi In Mama... Gwi In Mama..."

"Aku tak punya waktu seharian untuk mendengar kegugupanmu itu, Dayang Yeon. Segera katakan berita apa yang kau bawa!" sergah Ratu Heo sambil berdecak kesal.

"Sesuatu yang buruk terjadi pada Gwi In Mama, Jungjeon Mama. Gwi In Mama secara tiba – tiba pingsan saat minum teh bersama Daewang Daebi Mama."

"Apa kau bilang?!"

Ratu Heo tak bisa menutupi rasa terkejutnya setelah mendengar berita yang disampaikan Dayang Yeon padanya. Berbeda dengan ekspresi yang ditunjukkan menantunya, Ibu Suri Min memasang ekspresi datar dan terkesan tak peduli. Wanita istana itu malah meraih cawan teh miliknya dan menyesapnya perlahan, seolah berita yang di bawa Dayang Yeon bukanlah sebuah berita buruk. Tanpa siapa pun sadar, di balik cawan tehnya, Ibu Suri Min menyeringai puas.

~TQS~

Jika ada yang bertanya bagaimana perasaanku saat aku resmi dinyatakan hamil oleh Tabib Han, maka aku akan menjawab bahwa aku bahagia. Sangat bahagia. Rasanya itu adalah kata – kata yang paling kunantikan selama aku menduduki takhta Ratu. Setelah sekian lama aku harus bertahan menghadapi berbagai cacian serta sederet kalimat menyakitkan mengenai diriku yang tak mampu melakukan tugas terpenting sebagai seorang ratu, akhirnya aku kini bisa menunaikan tugasku tersebut.

Tapi, kebahagiaan itu tak sendirian. Ada rasa takut yang mengikutinya.

Entah kenapa, aku takut jika kelak anakku akan ambil bagian pada pertarungan yang terjadi antara aku dan Selir Hong Gwi In. Terlebih, aku juga mendengar kabar buruk jika Selir Hong pingsan saat tengah minum teh bersama Ibu Suri Agung Park. Firasatku mengatakan, bahwa pertarungan yang sebenarnya telah dimulai.

Aku tak bisa mengerti, kebetulan yang terjadi saat ini. Di saat aku merasa bahagia, kabar buruk seakan enggan jika tak ikut serta. Aku hanya mampu berharap tak ada sesuatu buruk yang timbul di kemudian hari. Sekuat tenaga, aku akan berusaha melindungi bayi yang kini sedang bertumbuh kembang dalam diriku. Apapun, akan aku lakukan demi melindungi bayi yang selama ini kunantikan.

Jika ia terlahir sebagai seorang pangeran, akan kupastikan ia mendapatkan hak kelahirannya seperti yang seharusnya. Jika pun ia terlahir sebagai seorang putri, akan kupastikan ia mendapatkan kenyamanan sepanjang hidupnya. Karena ia adalah anakku, darah dagingku. Dengan segenap kekuatan dan kekuasaan yang kumiliki sebagai ratu, akan kugunakan untuk melindunginya.

~TQS~