Ratu Heo masuk ke ruangannya dengan langkah gemetar. Ratu Heo bukan gemetar ketakutan, tapi Sang Ratu merasa sangat marah. Ratu Heo merasa sangat marah dan tak percaya jika Raja Uiyang bisa menilainya sedangkal itu.
Cemburu ?
Demi apapun, Ratu Heo ingin rasanya tertawa kencang mendengar alasan tak masuk akal yang dituduhkan Sang Suami padanya. Sebuah senyum sinis tersungging di wajah Ratu Heo. sejak kapan ia harus merasa cemburu pada wanita penggoda seperti Hong Kyu Bok ? Ratu Heo kini tertawa miris.
"Mama, apa Anda baik – baik saja ?" tanya Dayang Choi yang mencemaskan Ratu Heo.
Dayang Choi begitu kaget saat melihat ekspresi Ratu Heo yang begitu dingin saat keluar dari ruangan Raja Uiyang beberapa waktu lalu. Dayang Choi menyadari ada sesuatu yang terjadi antara Sang Raja dan Ratu. Dan wanita tua itu yakin, sesuatu itu pasti bukanlah hal yang baik.
"Dayang Choi segera antarkan perintah pada bagian sekretariat surat pengangkatan Hong So Ui menjadi Gwi In. Lalu, berikan juga surat pengeluaran Yoon Suk Yong dari istana," ucap Ratu Heo tegas.
Dayang Choi terperangah mendengar perintah yang baru saja diberikan Ratu Heo padanya. Wanita tua itu seakan tak mempercayai apa yang baru saja di dengar oleh telinga tuanya.
Tidakkah Sang Ratu salah memberi perintah? Memberikan promosi pada jalang bernama Hong Kyu Bok dan mengeluarkan Selir Yoon dari istana?
"Mama, apa Anda tak salah memberikan perintah? Kenapa Anda memberikan perintah seperti itu?"
Ratu Heo tersenyum sinis mendengar Dayang Choi yang begitu terkejut mendengar perintahnya. Sang Ratu paham, tindakannya kali ini pasti akan mengundang protes dari berbagai kalangan, termasuk Ibu Suri Min. Meskipun begitu, Ratu Heo lebih memilih cara ini daripada ia harus melihat ada pihak bersalah yang terbawa dalam perang ini. Ya, Ratu Heo sadar, ini adalah tanda perang dari Hong Kyu Bok padanya.
"Jalankan saja perintahku, Dayang Choi. Kau akan tahu maksudnya kelak," balas Ratu Heo sambil menghela napas panjang, berusaha menguatkan hatinya atas keputusan yang telah ia ambil.
~TQS~
Seminggu setelah Ratu Heo memberikan perintah pengangkatan Hong So Ui menjadi Hong Gwi in, prosesi penobatan pun dilaksanakan. Seperti yang telah diperkirakan Ratu Heo sebelumnya, Ibu Suri Min sangat marah mendengar berita tersebut. Karena itu, tepat setelah menyelesaikan prosesi pengangkatan, Ratu Heo bergegas menuju kediaman Ibu Suri Min. Sang Ratu ingin menjelaskan maksud tindakannya.
"Apa kau berniat membodohiku, Jungjeon?! Apa kau berniat menyerahkan posisimu secara sukarela pada siluman rubah itu?!" geram Ibu Suri Min dengan tatapan tajam yang menghujam tepat pada wajah wanita muda di depannya.
"Eomma Mama, mohon jangan cemas dengan tindakan ini. Semua ini adalah jalan yang terbaik untuk kita semua. Jika saya tak mengambil tindakan ini, ada hal berbahaya yang akan terjadi, Mama."
Ibu Suri Min mendengus mendengar penjelasan yang diberikan Ratu Heo. Wanita tua itu berdecak kesal. Ibu Suri Min benar – benar tak mengerti dengan jalan pikiran wanita muda di depannya. Apa mungkin ia telah salah memilih gadis yang begitu naif sebagai seorang ratu?
"Jika memang benar ini keputusan yang tepat. Jelaskan padaku. Apa yang akan kau lakukan jika siluman rubah itu ternyata melahirkan seorang putra? Bisa kupastikan, Jusang akan memintamu mempromosikannya kembali ke tingkat tertinggi. Hingga semua itu terjadi, kau belum juga melahirkan seorang pewaris, kau bisa terjatuh kapan saja, Jungjeon! Kenapa kau tak kunjung melihat lubang besar di depan matamu?!" geram Ibu Suri Min dengan nada suara yang mulai meninggi.
Ratu Heo terdiam mendengar kekhawatiran Ibu Suri Min. Ratu Heo memang sudah bisa melihat bahaya besar yang tengah mengintainya sejak Hong Kyu Bok melangkah memasuki istana. meskipun keputusan apapun yang ia ambil menyangkut Hong Kyu Bok akan membawa bahaya padanya, Ratu Heo tak mempermasalahkannya. Ratu Heo tak mempermasalahkan jika bahaya itu hanya mengincar dirinya. Sang Ratu tak bisa tinggal diam jika bahaya itu ikut menyeret orang – orang yang tak bersalah.
"Apapun yang terjadi kelak, saya harap Eomma Mama tak perlu khawatir. Saya sudah memiliki rencana yang sangat baik. Mohon Anda menyerahkan segalanya pada saya."
Ibu Suri Min kembali berdecak kesal mendengar balasan Ratu Heo padanya. Kepala wanita itu langsung berdenyut sakit menghadapi wanita muda yang begitu naif di depannya. Ibu Suri Min menghela napas dengan kasar. Kemarahan sudah menguasai hatinya saat ini.
"Kau bisa keluar dari ruanganku segera, Jungjeon. Mendengar penjelasan yang tak masuk akal itu hanya membuat kepalaku berdenyut sakit," ucap Ibu Suri Min seraya memalingkan wajahnya.
Mendengar Ibu Suri Min mengusir dirinya, Ratu Heo hanya mengangguk dengan patuh. Perlahan, Ratu Heo bangkit dari duduknya dan memberi hormat sebelum akhirnya undur diri dari hadapan Ibu Suri Min.
Begitu Ratu Heo telah pergi dari hadapannya, Ibu Suri Min segera memanggil dayang pribadinya. Masih dengan tangan yang terus memijat pangkal hidungnya, Ibu Suri Min mulai memberikan perintah pada dayang pribadinya tersebut.
"Ada sesuatu yang harus kau lakukan, Dayang Shim. Aku tak akan tahan jika hanya duduk berdiam diri seperti ini sementara siluman rubah itu terus bergerak membuat rencana. Kita akan melakukan sesuatu," ucapnya dengan nada suara dingin.
~TQS~
Sementara itu, setelah memenuhi panggilan Ibu Suri Min, Ratu Heo bergerak menuju kediaman Selir Yoon. Sesuai dengan perintah yang diberikan seminggu yang lalu, Ratu Heo tidak hanya memberikan promosi pada Hong So Ui, tapi juga memberikan perintah keluar istana untuk Yoon So Yong.
Semua itu bukan tanpa alasan, Ratu Heo memberikan perintah tersebut. Ratu Heo sadar, jika Hong So Ui yang kini bergelar Hong Gwi In mampu menghasut Raja Uiyang untuk menuduh dirinya bersikap cemburu. Maka, bukan hal yang tak mungkin jika kelak Hong Gwi In akan bertindak lebih jauh pada Yoon So Yong. Sebelum semua terjadi, Ratu Heo memilih menyelamatkan Yoon So Yong dengan memberinya perintah tinggal di luar istana lebih cepat dibandingkan selir lainnya.
Yoon So Yong yang menunggu kedatangan Ratu Heo di halaman istana, segera memberi hormat melihat Ratu Heo memasuki kediamannya. Selir Yoon terus membungkuk ke arah Ratu Heo, hingga wanita istana itu berada tepat di hadapannya.
"Yoon So Yong, kenapa kau membungkuk selama itu padaku? Bangunlah," perintah Ratu Heo sambil meraih tangan Selir Yoon dan membantunya berdiri tegak.
Melihat kebaikan dan kelembutan Sang Ratu padanya, membuat Selir Yoon tak kuasa menahan airmatanya. Wanita itu terisak di depan Ratu Heo. Selir Yoon tak tahu harus berbuat apa untuk perhatian yang diberikan Ratu Heo padanya.
"Jungjeon Mama, saya sangat berterima kasih atas semua yang Anda lakukan untuk saya. Saya merasa tak pantas untuk mendapat perhatian dan kebaikan Anda sebesar ini. Mohon maafkan saya yang sudah membuat Anda terlibat dalam masalah ini," ucap Selir Yoon sambil terisak perih.
Ratu Heo tersenyum dan menepuk lembut punggung tangan Selir Yoon. "Kau tak perlu merasa seperti itu, Yoon So Yong. Sudah menjadi tugasku bertindak adil dan menjaga keselamatan seluruh keluarga kerajaan. Aku minta maaf karena harus mengirimmu pergi secepat ini dari istana. Ini satu – satunya cara yang bisa kuperbuat untuk menyelamatkanmu. Jadi, hiduplah dengan baik di luar istana, Yoon So Yong."
"Kebaikan Anda sungguh seluas lautan, Jungjeon Mama. Saya tak bisa melakukan apapun selain berterima kasih pada Anda, Mama. Anda telah mengangkat gadis rendahan ini menjadi bagian dari keluarga kerajaan, membuat hidup ibuku menjadi lebih baik. Sungguh, jika ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk Anda, maka saya akan melakukannya, Jungjeon Mama."
Ratu Heo kembali tersenyum mendengar ucapan Selir Yoon. Sungguh, Ratu Heo merasa sangat sakit melakukan hal ini pada Selir Yoon. Bagi Sang Ratu, Selir Yoon sudah seperti saudari untuknya karena mereka berada di usia yang sama.
"Kalau begitu hiduplah dengan baik, Yoon So Yong. Dengan begitu kau sudah membalas kebaikanku," ucap Sang Ratu dengan lembut.
Selir Yoon mengangguk dan memberikan salam penghormatan sebanyak tiga kali pada Ratu Heo sebelum akhirnya menaiki tandu. Ratu Heo melepas kepergian tandu yang membawa Selir Yoon dengan mata berkaca – kaca. Diantara selir yang dimiliki Raja Uiyang, Selir Yoon merupakan salah satu selir yang cukup dekat dengannya. Hatinya terasa sakit seiring melihat kepergian tandu yang menjauhi istana.
Kedua tangan yang berada di sisi tubuhnya, mengepal kuat hingga buku – buku jari Ratu Heo memutih. Demi apapun, Ratu Heo tak akan membiarkan Hong Gwi In melukai siapapun yang tak bersalah. Ekspresi di wajah Ratu Heo terlihat begitu dingin. Ratu Heo bersumpah tak akan segan memperlihatkan taringnya sebagai seorang penguasa istana.
~TQS~
Aku bukan lagi gadis naif yang menginginkan semuanya berjalan seperti yang kuharapkan. Istana bukanlah tempat seperti itu. bagiku, Heo Jung Eun yang dulu telah mati sepenuhnya. Saat ini, aku adalah seorang Ratu yang tak bisa berdiam diri begitu saja dan berharap hal menyedihkan tak akan pernah terjadi dalam hidupku.
Singgasana ratu ini mengajarkanku bahwa ada beberapa hal yang bisa saja berjalan menjadi begitu buruk. Salah satunya wanita itu, Hong Kyu Bok. Melihat keserakahan dan ambisi yang menguasai hatinya, membuatku tergerak untuk melindungi keluarga kerajaan dari tindakan jahatnya.
Hatiku terasa sakit dan remuk saat mengirim Selir Yoon pergi dari istana. Aku seperti seorang ratu berhati dingin. Mengeluarkan seorang saudari perempuan jauh dari keluarga. Tapi, itu satu – satunya jalan yang bisa kulakukan agar ia tetap selamat, agar Selir Yoon tetap hidup. Karena aku tahu, Hong Gwi In tidak akan berhenti sampai di sini. Perangku dan Hong Gwi In baru saja dimulai.
~TQS~