Sore itu, Ashlea sama sekali tidak menyentuh nampan nasi. Gadis itu hanya duduk menatap ke jendela bening. Dari atas sana, gedung-gedung nampak sangat kecil. Banyak yang bisa dia lihat, bahkan setiap burung yang biasanya tak menarik perhatian.
Ashlea berpikir, apakah semua akan lebih baik jika dia membuka jendela ini dan melompat ke bawah?
Pikiran itu beberapa kali menghantui Ashlea. Selalu saja dia yang menjadi sasaran bercanda semesta. Tidak kah sekali dia dia bisa meminta bantuan kepada semesta agar dirinya merasa dianggap sebagai bagian dari dunia ini?
Suara pintu terbuka, Ashlea sudah tahu sekali siapa yang datang. Bau farfum Devano sudah sangat dikenal oleh hidung Ashlea. Padahal mereka tidak terlalu lama bersama tetapi Ashlea sudah merasa sangat mengenal Devano.
"Aku akan pulang hari ini." Ashela berkata tanpa menatap kepada Devano.
"Kalau begitu aku akan membereskan pakaianmu."