"Dari mana Lo?"
Riki menyapa Rayhan yang baru saja memasuki rumahnya. Hari ini mereka berkumpul dirumah Riki, mungkin akan seperti biasanya yaitu bergadang sambil bermain game.
"Keluar bentaran." Jawab Rayhan sambil menyalakan rokoknya.
"Sama Nara?" Tanya Sandi. Rayhan mengangguk santai.
"Dia masih sama Alvin kan?" Kini Vernon ikut bertanya.
"Masih kayanya." Jawab Rayhan.
"Maksud Lo ngajakin Nara jalan apa sih Ray? Lo tau dia masih punya cowok?" Tanya Riki.
"Ga ada maksud sih, gue gabut aja. Kayanya seru aja ngajakin pacar orang jalan. Hahaha." Jawab Rayhan dengan tertawa kecil.
Riki menatap Rayhan tak percaya. "Lo mungkin boleh sadar sama perasaan Lo, kalo Lo suka sama Nara. Tapi ga kaya gini caranya Ray, Lo jahat kalo kaya gini."
"Iya Ray, harusnya kalo Lo emang sayang sama Nara. Biarin dia bahagia sama orang lain. Lo juga bisa liat kan kalo Nara sayang banget sama Alvin. Lo jangan ganggu hubungan mereka." Kata Sandi.
Rayhan menghela napas. "Kalian kenapa berisik banget sih? Nara aja mau kok jalan sama gue."
"Nara bukan mau tapi terpaksa. Lo pikir gue ga tau apa kalo selama ini Lo maksa dia buat nurutin permintaan Lo. Basi Ray, kaya gitu udah ga jaman." Kata Vernon.
Rayhan menatap Vernon dengan tatapan tidak suka. "Lo ga tau apa-apa mending diem. Gue ga ada urusan sama Lo."
"Lo emang ga ada urusan sama gue. Tapi kalo sikap Lo kaya gini, Nara bisa aja pergi dari hidup lo. Percaya atau ga, dia bakalan bosen sama sikap Lo yang suka maksa." Kata Vernon.
Rayhan masih menatap tajam pada Vernon. "Lo tau apa sih? Gue maksa Nara? Darimana? Lo ga usah ngarang kalo ga tau apapun."
"Terserah. Lo bakalan nyesel." Kata Vernon sambil menunjukan senyuman sinisnya.
---
"Lo apaan sih Ray!" Nara menghempaskan tangan Rayhan yang menggandeng tangannya.
"Gue udah bilang, Lo harus pulang sama gue. Tapi kenapa malah janjian sama Farah. Lo mau gue ngelakuin sesuatu?" Rayhan menatap tajam mata Nara.
"Silahkan. Lo mau nyakitin gue? Mau mukul gue juga silahkan. Gue udah ga takut lagi sama ancaman Lo."
Nara sudah lelah dengan semua ancaman yang diberikan oleh Rayhan. Cowok itu berkata jika dirinya tidak menuruti permintaannya, bisa saja dia menyakiti dirinya lebih dari apapun.
Awalnya Nara tidak percaya, tapi setelah cowok itu juga mengancam akan memberikan sedikit pukulan pada Alvin, Nara jadi takut. Nara tidak takut jika dirinya yang disakiti, namun dia takut jika Rayhan akan menyakiti Alvin.
"Gue nyakitin lo? Ga mungkin lah sayang, gue bakalan main-main sama Alvin. Bukan sama Lo!" Kata Rayhan.
"Gue udah ga takut sama ancaman Lo yang faktanya cuma ucapan doang. Gue yakin lo ga akan mungkin berani nyakitin Alvin. Gue tau Lo cuma bohong." Kata Nara lagi.
Rayhan tertawa. "Mau nyoba buat main-main baby?"
"Mau Lo apa sih? Gue bakalan turutin semua keinginan Lo, asal Lo ga ganggu hubungan gue sama Alvin lagi. Gue udah bahagia sama dia Ray. Tolong jangan ganggu." Kata Nara dengan memelas.
Jika boleh jujur, Nara mungkin masih memiliki sedikit rasa suka pada Rayhan, namun jika sikap Rayhan seperti ini justru membuat dia semakin risih.
"Lo mau tau gue mau apa?" Tanya Rayhan. Nara mengangguk.
"Gue mau Lo!" Jawab Rayhan enteng.
"Maksud Lo?"
"Gue mau Lo tinggalin Alvin dan jadi milik gue." Kata Rayhan dengan sangat santai.
Nara tertawa. Lalu menepuk pelan bahu Rayhan sebanyak dua kali.
"Sadar Ray. Kayanya Lo lagi halu ya? Gue kasih tau deh. Lo ada hak apa nyuruh gue buat ninggalin Alvin? Lo siapa gue? Orang tua gue aja baik-baik aja. Ga ada masalah liat gue pacaran sama Alvin. Tapi Lo dengan seenaknya nyuruh gue buat ninggalin dia. Hahaha."
"Lo ga boleh egois Ray. Dulu mungkin Lo bisa ninggalin gue gitu aja, dan gue cuma diem. Gue cuma bisa nangis. Tapi untuk sekarang, gue bakalan mempertahankan hubungan gue sama Alvin. Gue ga akan biarin orang kaya Lo ngerusak kebahagiaan gue lagi." Sambung Nara.
Rayhan hanya diam. Dia menatap dalam mata Nara.
"Sorry ya, tapi kalo misalkan Lo emang mulai menyadari perasaan Lo ke gue. Ga gini caranya Ray, kalo kaya gini gue malah makin risih sama Lo. Maaf kalo ucapan gue nyakitin lo, tapi gue ga bisa diem aja. Gue takut hubungan gue hancur karena rencana-rencana gila yang Lo buat." Nara kembali membuka suara.
Mungkin kata-katanya sedikit jahat, tapi Nara hanya ingin Rayhan sadar, jika perbuatannya selama ini salah.
Kemarin saja Nara sudah membatalkan janjinya dengan Alvin, karena tiba-tiba saja Rayhan mengajaknya pergi. Dan lagi-lagi Nara berbohong pada Alvin. Nara semakin merasa bersalah saat cowok itu dengan mudahnya percaya pada dirinya.
"Lo harus inget Ray, gue udah jadi milik orang lain."
Setelah mengatakan itu, Nara pergi meninggalkan Rayhan.
Rayhan masih diam ditempatnya. Dia sedikit tertampar dengan kata-kata Nara. Bahkan dia juga mengingat kata-kata Vernon, jika Nara bisa saja risih terhadap sikapnya.
Rayhan bertekad untuk menjauh dari Nara. Dia sayang pada gadis itu, jadi dia harus menerima apapun keadaannya.
---
Tak terasa, Alvin sudah memasuki kuliah. Dan hal itu membuatnya jarang bertemu dengan kekasihnya, dikarenakan kesibukan masing-masing.
Namun, tidak untuk hari ini. Mereka sedang berada disebuah taman. Sebenarnya ini ide Nara, gadis itu ingin bertemu dan ingin menanyakan sesuatu pada Alvin.
"Gimana sekolahnya? Kita udah hampir dua Minggu ya ga ketemu? Aku kangen." Kata Alvin.
Nara mengangguk. "Iya, tapi ga papa aku maklum kok. Sekolah aku juga gitu-gitu aja, ga ada yang gimana-gimana."
Alvin mengangguk sekilas. "Bagus kalo gitu. Walaupun kita udah ga satu sekolah, aku tetap mantau kamu loh Sayang."
"Sebenarnya aku mau nanyain sesuatu ke kamu." Kata Nara sambil duduk menghadap Alvin.
Alvin mengernyitkan dahinya. "Nanya apa sayang?"
Nara menarik napas dalam lalu menghembuskan pelan.
"Aku mau nanya tapi kamu jangan marah. Kalo bisa juga kamu jawab jujur."
Alvin semakin menatap Nara dengan ekspresi bingung. "Apa sih Ra?"
"Kemarin yang aku ngajakin ketemu itu kan kamu ga bisa ya?" Ucap Nara.
"Iya, kan aku udah bilang. Badan aku lagi ga enak. Pusing gitu."
Nara mengangguk-anggukan kepalanya pelan. Lalu dia membuka ponselnya. Setelah itu menunjukan sebuah foto pada Alvin.
"Kamu kalo pusing suka jalan-jalan ke mall ya?"
Alvin menatap dalam mata Nara. "Ra..."
"Aku tanya kak. Kamu kalo pusing suka jalan ke mall ya? Atau itu cara biar pusingnya hilang?"
"Maaf. Tapi aku ga bermaksud buat bohong sama kamu. Itu tiba-tiba temen aku minta ditemenin nyari buku." Jelas Alvin.
"Yakin cuma temen? Cewek sama cowok Vin?!"
"Aku yakin, karena aku emang sama dia cuma temenan aja. Ga kaya kamu sama Rayhan." Jawab Alvin.
"Kenapa jadi bawa-bawa Rayhan? Ini masalah kita."
Alvin tersenyum kecil. "Udahlah Ra, aku ga mau kita berantem. Itung-itung ini sebagai balasan yang kamu bohongin aku waktu itu."
Nara menatap Alvin tak percaya. "Kalo kamu maunya balas dendam kaya gini. Semua ga akan ada akhirnya Vin. Aku tau waktu itu aku salah, tapi aku minta maaf."
"Kamu pikir, minta maaf itu mudah ya? Mungkin iya aku udah maafin, tapi semua itu masih membekas di hati aku Ra."
Nara menunduk sebentar. Lalu dia menatap Alvin, dia meraih tangan cowok itu.
"Aku minta maaf yang sebesar-besarnya soal waktu itu. Tapi aku mohon, kamu jangan balas dendam kaya gini. Kalo semuanya diterusin ga akan ada habisnya Vin. Aku mohon udah sampai sini aja. Kita harus terus baik-baik aja." Kata Nara.
Alvin membalas genggaman tangan Nara lalu dia mengangguk.
"Maafin aku juga ya, aku ga tau kenapa kemarin malah kaya gitu. Harusnya ga perlu ada yang namanya balas dendam, aku udah maafin kamu."
"Tapi kalo bisa, kamu jangan terlalu deket sama Rayhan ya, aku cemburu. Aku ga suka kalo kamu deket sama dia." Sambung Alvin.
Nara mengangguk. "Iya."