"Hentikan, Endin … Kamu mau apa lagi?" Nia sudah mulai ketakutan.
"Tidak apa-apa Nia, Sayang. Aku hanya ingin bermain denganmu. Rileks saja yah …." bisik Endin.
"Ahh …," desah Nia, dia sampai menangis karena tidak tahu lagi bagus bagaimana.
Endin menyentuh kedua bukit saljunya dan juga memainkan bagian kecil melingkar di ujung salju tersebut. Sampai tak tahan, Nia mendesah dan membuat Endin semakin menggila. Satu tangannya menyelinap masuk di bagian bawah, perlahan di gosokkan dan mulai menggosok cepat.
"Shh, Endin. Kamu …. Ahh!"
Jari tengah Endin masuk ke bagian istimewa Nia. Nia menangis tersedu-sedu karena perlakuan Endin yang tidak waras itu. Semakin dia menangis semakin membuat Endin merasa puas dengan apa yang ia lakukan.
"Hiks, hiks,"
Setelah puas bermain dengan tubuh Nia, barulah Endin meminta Nia untuk melakukan hal serupa kepadanya. Semua paksaan itu di dapatkan oleh Nia dari Endin. Bahkan, Endin juga sangat kasar sampai menampar pipi Nia.