Chereads / Bright Light / Chapter 27 - Amanda Sakit

Chapter 27 - Amanda Sakit

"Loh, ustadz. Kenapa dengan istrinya?" tanya salah satu mereka. 

"Panas demam, Bu. Ini sampai pingsan dan akan saya bawa ke rumah sakit," jawab Haykal panik. 

"Ya Allah, kok, bisa? Cepat bawa ke rumah sakit, ustadz. Kasihan sekali, pasti tubuhnya sangat lemas," 

"Apa mungkin hamil itu, ustadz? Kalian juga sudah menikah 6 bulan, 'kan?" 

Celoteh para ibu-ibu itu membuat Haykal semakin tidak nyaman. Baru kali itu, Haykal merasa tidak ramah dengan seseorang karena pada dasarnya, nyawa sang istri dalam bahaya karena sudah pingsan lebih dulu.

"Maaf, tolong beri saya jalan dulu. Saya harus membawa istri saya ke rumah sakit. Apakah kalian bisa minggir?" tegas Haykal. 

Setelah kepanikan itu berlalu, Haykal segera membawa  Amanda ke rumah sakit dengan kecepatan penuh. Mulailah dari sana para ibu-ibu penggosip melancarkan pekerjaannya. Mereka berpikiran jika Amanda ini pasti hamil karena pingsan.

"Aku tebak, istri dari Ustadz Haykal ini sedang hamil," 

"Benar, aku rasa juga seperti itu,"

"Tapi dia masih sekolah. Bukankah mereka juga masih menikah siri? Kasihan dong anaknya jadi bin nya nama ibu," 

"Haduh, anak muda jaman sekarang, kenapa tidak bisa menahan hawa napsu, ya?" 

"Masuk angin saja mungkin. Bukankah Ustadz Haykal akan lebih tau tentang itu, ya?"

Gosip mulai menyebar di saat mereka shalat isya di mushalla. Terdengar begitu jelas di telinga Nia, tentang kehamilan palsu saudari kembarnya itu. 

"Serius Amanda hamil?" bisik Endin bertanya dengan Nia. 

Nia menggeleng. "Aku tidak tahu. Nanti aku akan tanya kepadanya," jawabnya lirih. 

"Bisa bahaya jika Amanda hamil. Bukankah sekolah masih setahun setengah lagi? Kelas dua aja kita baru mau semester 2. Bagaimana dia bisa hamil?" bisik Endin lagi. "Ck, dia ini ceroboh, kenapa juga tidak berpikir panjang!" 

Seperti biasa, Endin selalu menyalahkan Amanda dalam segala hal. Dan seperti biasa juga Nia selalu diam ketika sahabatnya itu menjelekkan saudari kembarnya. Nia terlalu lemah ah dan bersikap lemah lembut padahal dirinya memang tidak memiliki pendirian.

Di rumah sakit, setelah mendapatkan perawatan hampir 1 jam, akhirnya Amanda siuman. Amanda melihat suaminya sedang shalat pun menatapnya dengan rasa tidak enak hati. 

"Ustadz pasti sedang shalat isya. Ada apa denganku? Tidak seperti biasanya aku sakit seperti ini. Bahkan, semasa hidupku saja, aku tidak pernah sakit sampai masuk ke rumah sakit," gumam Amanda dalam hati.

Tidak ingin mengganggu suaminya shalat, Amanda pun hanya memandang langit-langit ruang inapnya. Kerinduannya kepada keluarga yang ada di Amsterdam membuat dirinya jatuh sakit. Helaan nafas panjang Amanda terdengar oleh Haykal.

"Manda, kamu sudah siuman?" 

Begitu mendengar istrinya menghela nafas Haykal langsung menghampirinya. Begitu jelas dari raut wajahnya jika pria berusia 26 tahun itu sedang menghawatirkan istri kecilnya.

"Ustadz, Bagaimana hasil dari pemeriksaanku? Apakah aku memiliki riwayat penyakit yang fatal?" tanya Amanda lirih. 

"Kamu masih lemah, Manda. Sebaiknya kamu istirahat yang cukup, ya. Tidak ada hal serius yang perlu ditakutkan. Tumbuhan yang kekurangan cairan, dokter juga berkata kepadaku jika kamu pasti banyak melakukan begadang," terang Haykal dengan suaranya yang lembut. 

"Maafkan aku karena sudah merepotkanmu, ustadz. Aku memang selalu membuat orang khawatir," ucap Amanda dengan penyesalannya. 

Senyum Haykal terlihat begitu tulus di wajahnya. Haykal sama sekali tidak pernah merasa terbebani ataupun direpotkan oleh istri kecilnya itu. Bagaimanapun juga, sudah kewajibannya sebagai seorang suami menjaga istrinya dalam keadaan apapun. 

"Setelah kamu sembuh, sebaiknya kamu pulang saja ke Amsterdam menemui keluargamu di sana," ucap Haykal. 

"Lalu, bagaimana dengan sekolahku, Nia dan ... status kita? Apalagi Ustadz Haykal?" tanya Amanda, sempat berhenti bicara karena merasa tidak enak hati kala menyebut namanya. 

"Aku?" Haykal tersentak. 

Amanda mengangguk. "Suamiku ada di sini, bagaimana aku akan kembali ke rumah orang tuaku? Bukankah suami istri itu harus selalu bersama?" lanjutnya. 

Terharu mendengar ucapan sang istri, Haykal pun menyentuh kepala istrinya, kemudian membelainya dengan lembut. Jantungnya berdebar kencang kala menyentuh sang istri, membuat Haykal menjadi semakin berat melepaskan Amanda. 

"Manda, kamu merindukan keluargamu disana. Aku sendiri belum mengurus visaku. Dan mengurus visa itu sangat lama di sini. Bagaimana jika kaum pulang dulu, nanti aku akan menyusulmu ketika visaku telah keluar, hm?" usul Haykal. 

"Terus bagaimana dengan sekolahku?" lanjut Amanda. 

"Sementara kamu harus pindah lagi ke sana. Jika kamu tidak keberatan, aku akan mengurus semuanya. Dari mulai pindah sekolah, dan juga berkurang firmasi dengan Mami kamu untuk mencarikan sekolah baru di sana, atau kamu bisa kembali ke sekolah lamamu di sana." ujar Haykal masih dengan menggenggam erat tangan istrinya. 

Amanda merenung. Apa yang dikatakan suaminya memang bisa ia lakukan saat itu. Mengingat memang mereka hanya menikah siri, jadi tidak sulit untuk mengurus kembalinya dirinya ke Amsterdam. 

"Aku akan pergi mencari makan dulu. Apa kamu bisa menunggu? Jika tidak--" ucapan Haykal terhenti kala Amanda menyela. "Pergilah, aku ingin makan nasi Padang."

Mendengar nasi padang dari mulut sang istri, Haykal menjadi tertawa karena teringat Amanda akan selalu habis dua porsi nasi Padang sendirian. Dan itu akan membuat wajah dari Amanda, menjadi lucu akibat kekenyangan. 

"Ternyata memang kamu sudah sehat. Haha, baiklah kalau seperti itu ... aku akan membelikan kamu nasi Padang yang kamu inginkan itu, hm?" ucap Haykal mengusap kembali rambut istrinya dengan lembut. 

"Jangan lama!" Amanda begitu manja. 

"Iya, assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," pamit Haykal.

"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarokatuh. Cepat!" 

Jika sudah membahas tentang makanan, Amanda memang langsung cepat tanggap dan juga excited sekali dengan segala jenis makanan yang hendak ialah lahap bentar lagi. Sembari menunggu suaminya kembali, Amanda pun bermain menggunakan ponsel milik suaminya kena ponselnya sendiri ketinggalan di rumah, dan Haykal lupa untuk mengambilnya lagi. 

"Lah, mengapa apa ponselnya tidak dikunci? Apakah dia tidak takut jika aku membongkar dan mengotak-atik isi dari ponselnya?" Amanda bergumam. 

Ketika Amanda menyalakan layar ponsel milik suaminya, gadis berusia 17 tahun itu dibuat terkejut dengan ponsel milik suaminya tersebut. Mengapa Amanda terkejut? Sebab foto foto yang digunakan Haykal sebagai wallpaper kunci layar dan juga layar utama, adalah foto dirinya dengan Amanda ketika mengunjungi tempat wisata di liburan semester pertama. 

"Cih, kenapa pakai foto ini coba? Terakhir yang aku ingat, Ustadz pakai foto gambar pemandangan desa. Ini kenapa diganti dengan yang ini?" gumam Amanda. 

"Hihi, lucu deh!" 

Amanda iseng membuka galeri di ponsel berikut. Semakin terkejut karena selain foto tugas, tentang agama, hanya ada foto candid dirinya yang saat itu bersama dengan Haykal. Mereka setiap malam Minggu dan hari Minggu, selalu menghabiskan waktu berdua. Di sanalah Haykal selalu mendapatkan foto candid istri kecilnya itu.