"Buka! Buka pintunya!" teriak Amanda.
"Sialan! Who dares to lock me inside, I will make sure that person will regret what he did!"
Amanda bersusah sekeras mungkin berteriak. Jika toiletnya sama dengan toilet di sekolah lamanya, mungkin Amanda bisa naik dan kabur begitu saja.
"Ponsel, bodoh sekali! Aku membawa ponsel, kenapa aku bisa tolol sekali?" Amanda mengumpat dirinya sendiri.
Segera Amanda menelpon Haykal. Respon Haykal terhadap Amanda ternyata sangat cepat. Dia langsung menjawab telpon dari istri sirinya itu.
"Assalamu'alaikum, Manda. Ada a--" Belum juga Haykal selesai bertanya, Amanda sudah menyelanya.
"I was locked in the toilet near the library. Please open quickly! In a little while, I have to go to gym class."
Mendengar istrinya berada dalam masalah, Haykal langsung datang mencari dimana Amanda berada. Toilet dekat perpustakaan. Dimana toilet itu memang hanya digunakan untuk mengganti pakaian.
Setelah beberapa menit, akhirnya Haykal pun sampai di toilet itu. Di luar, ternyata ada yang memasang tulisan jika toilet tersebut sedang dalam perbaikan.
"Toilet rusak? Siapa yang tega mengunci Amanda di dalam?"
Haykal segera membuka pintunya. Terdengar suara seseorang tengah menggedor pintu. Haykal begitu yakin, jika yang di dalam adalah istrinya.
"Amanda, apa itu kamu?"
Mendengar suara suaminya, langsung Amanda memahami. "Ustadz Haykal?" gumam Amanda lirih. "Iya, ini aku! Ustadz, cepat buka! Aku harus ke lapangan. Ada jadwal olahraga jam ini!" teriak Amanda.
"Kamu mundur dulu, aku akan mendobraknya. Ini ada lem di gang-gang pintu!" teriak Haykal memperingati istrinya.
"Sudah!" sahut Amanda.
Dengan sebuah doa dan basmallah, akhirnya pintu berhasil di dobrak hanya dengan sekali dobrakan saja.
BRUAK!!
Melihat istrinya yang naik ke toilet, Haykal reflek langsung memeluknya. Amanda memang bukanlah gadis yang lemah, ketika di peluk dirinya hanya diam saja karena bingung. Tak ingin membuat suasana menjadi canggung, Amanda pun memberikan waktu suaminya tenang dulu.
"Apa tidak masalah, jika kita berpelukan seperti ini di sini? Di toilet, di sekolah, dan banyak orang tentunya di luar?"
Ucapan Amanda, langsung membuat Haykal melepaskan pelukannya. Benar saja apa yang dipikirkan oleh Amanda. Suasana menjadi canggung karena Haykal masih suka malu jika menyentuh istrinya sendiri.
CUP!
Kecupan mendarat di pipi Haykal dari Amanda. Kecupan itu membuat Haykal menganga terkejut seraya melotot. "Terima kasih sudah membantuku. Nanti aku akan beri hadiah sebagai imbalannya. Bawakan dulu ponselku, oke?" bisik Amanda, seraya pergi dari hadapan Haykal.
"Jangan lupa cctv samping toilet ini di cek. Aku mau Tania dan Aida di hukum!"
Amanda keluar dan segera berlari ke lapangan meninggalkan Haykal di toilet yang masih diam kaku. Perlahan, Haykal menyentuh pipinya dengan lembut bekas kecupan sang istri.
***
Di lapangan, guru olahraga mulai mengabsen setiap nama murid. Nama Amanda ini berada di urutan ketiga. Guru olahraga sudah menyebut nama Amanda dua kali. Namun, Amanda tak kunjung menjawabnya.
"Amanda Syafara Zoetmulder!"
"Di mana dia? Amanda Syafara Zoetmulder!"
"Pak, dia pasti bolos. Anak baru itu, meski asli orang Indonesia, tetap saja tinggal di luar negeri. Pasti kelakuannya kurang baik juga jadinya, Pak--" Aida mulai mengadu.
"Mana mungkin seperti itu. Bapak tahu sekali, Amanda ini adalah anak yang cerdas di sekolahnya dulu. Amanda Syafara Zoetmulder!"
"HADIR!"
Suara Amanda terdengar begitu keras, padahal lapangan sekolah begitu luas. Dengan nafas terengah-engah, Amanda masih berusaha bergabung bersama teman-temannya di lapangan tersebut.
"Dari mana saja kamu? Kenapa bapak sudah memanggil namamu sebanyak 3 sampai 4 kali tapi kamu tidak kunjung hadir. Apakah kamu ingin mendapatkan hukuman?" tegur guru olahraga.
Amanda tidak memiliki alasan lain kecuali beralasan bahwa dirinya menerima kabar dari rumah sakit tentang kondisi Nia, saudari kembarnya yang masih dirawat di sana. Selain itu, Amanda juga menunjuk saksi supaya guru olahraga percaya kepadanya.
"Halah alasan saja! Nia baik-baik saja di sana, malah kami fitnah!" ketus Tania.
"Tanyain bukti atau saksinya, Pak. Dia pasti berbohong," timpal Aida.
"I also have a witness. Ustadz Haykal is a witness. He was with me, sir, when the hospital called," Amanda sangat percaya diri.
Guru olahraga percaya saja jika sudah menyangkut Haykal. Di mana, Haykal memang sangat berpengaruh di sekolah, jadi tidak ada cara lain untuk percaya saja.
"Sudahlah, kamu masuk ke barisan."
Guru olahraga mempercayai alasan yang diberikan oleh Amanda. Tentu saja hal itu membuat Tania dan juga Aida merasa tidak terima. Amanda masih menjadi murid baru di sekolahan itu. Tania merasa, jika Amanda ini selalu diistimewakan oleh Haykal.
"Sebenarnya hubungan kamu dengan Ustadz Haykal ini apa? Aku berpikir, jika ustadz Haykal selalu saja membelanya." gumam Tania dalam hati.
Sebelum melakukan olahraga atau pertandingan olahraga lainnya, guru memberikan instruksi kepada seluruh muridnya untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Kebetulan saat itu Tania dan juga Aida berdiri di di samping Amanda. Muncullah ide jahat mereka supaya bisa membuat Amanda merasa tidak betah sekolah di sana.
"Fajar! Kamu maju dan awasi teman-temanmu ketika melakukan pemanasan. Bapak ingin ke kamar kecil terlebih dahulu," perintah guru olahraga kepada murid yang bernama Fajar.
"Baik, Pak!"
Kesempatan emas bagi Tania dan juga Aida untuk mengerjai Amanda. Guru pamit pergi, kemudian Tania dan juga Aida menendang kaki kanan kiri milik Amanda. Sehingga membuat Amanda terjatuh.
"Ahh!"
Semua murid menjadi terhenti pemanasannya ketika melihat Amanda terjatuh. Dengan wajah ketusnya, Tania pun mengejek. "Astaga, ini itu baru pemanasan, Kenapa kamu sudah tumbang begitu saja? Aku dengar tadi, Pak guru ingin kita olahraga basket, loh! Malas ah, jadi satu kelompok atau grup bersamamu, lemah!"
Hinaan ataupun ejekan dari Tania tidak pernah Amanda gubris. Dirinya sudah berjanji dengan suami dan juga saudari kembarnya untuk tidak membuat keributan di sekolah.
"Amanda!"
Fajar berteriak dan menghentikan suara pengeras musiknya. Kemudian segera menghampiri Amanda, pembantu yang berdiri dan juga mengecek keadaan kakinya.
"Bolehkah aku melihat kakimu? Aku tahu beberapa jenis cara untuk menyembuhkan kaki keseleo," ujar Fajar.
"Wow, keren. Terima kasih sebelumnya, tapi sebenarnya aku tidak keseleo," jawab Amanda.
"Tapi kamu tiba-tiba terjatuh. Antara kamu pemanasannya tidak benar, atau kamu kram kaki dan itu diakibatkan dengan pemanasan yang tidak benar," Fajar memang seperti itu, begitu rempong seperti emak-emak pada umumnya.
Sebenarnya Amanda tidak ingin memperkeruh suasana dengan memanjangkan masalahnya bersama dengan Tania. Hanya saja, Tania dan juga Aida memang perlu diberi pelajaran. Mereka berdua sudah mengunci aman di toilet. Lalu saat itu, malah membuatnya terjatuh ketika melaksanakan pemanasan. Merasa tidak masalah, Amanda memperbolehkan Fajar mengecek keadaan kakinya.