Beberapa hari berlalu ...
Clara sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, namun tentu sesungguhnya dia adalah Casey. Wanita yang mengenakan dress berwarna hitam dipadu dengan atasan merah muda dengan lengan terbuka serta membiarkan rambutnya tergerai begitu saja, segera turun dari mobil disambut oleh Nathan yang tersenyum padanya begitu manis.
"Selamat datang di rumah baru," ucap Nathan dengan tersenyum.
Dengan mata Clara, Casey melirik Nathan yang terlihat tampan dalam balutan kemeja berwarna biru bila dipadu dengan celana jeans hitam serta menyisir rambutnya dengan style pompade, kemudian beralih melirik rumah di hadapannya yang begitu megah dengan desain futuristik didominasi oleh warna putih dan kuning keemasan.
"Ini mansion baru kita?" ucapnya pelan.
"Iya, Sayang. Tinggal di mansion orang tuaku bukanlah hal yang nyaman karena disana ada Patricia yang akan selalu mengusik kebahagiaan kita," sahut Nathan kemudian merangkul Clara dari samping. "Di sini, kita tidak hanya berdua saja. Akan ada beberapa penjaga dan beberapa maid yang akan menemani kamu ketikan aku sibuk di kantor."
'Aku bahkan tidak tau siapa Patricia dan apa masalah Patricia dengan kamu dan Clara,' batin Casey masih pusing akibat jiwanya yang terjebak dalam tubuh Clara.
"Apa kamu tidak suka dengan mansion baru ini?" tanya Nathan, melirik Clara yang hanya diam dengan tatapan kosong. "Kalau kamu tidak suka, kita bisa menginap di apartemen ku, lalu aku akan meminta orang kepercayaan ku untuk mencari mansion yang sesuai dengan keinginan mu," lanjutnya.
"Tidak, itu tidak perlu," sahut Clara sambil menggeleng dan melepas rangkulan Nathan. "Aku suka mansion ini. Ini sangat keren dan nyaman," lanjutnya tersenyum meyakinkan.
"Kalau begitu ... Ayo kita masuk."
"Ayo."
Nathan tersenyum lega, kemudian meraih tangan kanan Clara dan segera menuntunya menuju pintu utama mansion mewah itu. Mereka langsung disambut oleh dua bodyguard berbadan kekar yang mengenakan setelan jas hitam, berdiri di sisi kanan dan kiri pintu.
"Selamat datang, Tuan Richard ... Nyonya Clara," ucap salah satu bodyguard sambil menundukkan kepalanya sejenak.
Clara dan Nathan hanya tersenyum menanggapi, kemudian mereka lanjut berjalan hingga melintasi pintu. Mereka memasuki ruang tamu yang bernuansa putih keemasan, dilengkapi dengan furniture modern dan mewah.
"Apa kamu berminat untuk sarapan atau ingin segera ke kamar kita?" tanya Nathan.
"Um ... Aku ingin ke kamar saja karena aku ingin istirahat," jawab Clara sambil terus berjalan dengan diikuti oleh Nathan hingga mereka tiba di tangga ruang tengah. Dia mendongak menatap lantai atas. "Kamar kita di lantai atas, kan?"
"Iya, Sayang. Kamar kita ada di lantai atas. Dan karena kamu sedang dalam masa pemulihan ...." Nathan mendekatkan tubuhnya pada kearah kemudian membopongnya ala bridal style. "Aku akan membawamu ke sana supaya kamu tidak kelelahan."
"Nathan!"
"Bukankah kamu sangat suka jika aku mau bapakmu seperti ini?" tanya Nathan dengan menaikkan alisnya, menatap Clara yang sedikit terkejut.
"Eh ... Iya ... Aku lupa," jawab Clara agak gugup.
Nathan terkekeh pelan, lalu mulai berjalan melintasi tangga sambil membopong Clara dengan santai. Sesekali dia melirik istrinya yang menatapnya dengan tatapan aneh, malah membuatnya menjadi salah tingkah dan tersenyum geli.
"Sayang, kenapa kamu melihatku seperti itu? Kenapa keracunan membuatmu jadi aneh Bahkan kamu jadi pikun?"
Clara langsung tersadar dari lamunannya. "Pikun?"
"Yeah ... Kamu lupa banyak hal tentang kita, bahkan tentang kebiasaanmu sendiri," jelas Nathan.
"Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu," sahut Clara dengan tatapan datarnya dan dalam hatinya pun berkata, 'Aku begini karena aku bukan Clara. Tapi aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya padamu.'
"Tidak masalah ... Yang terpenting adalah kamu tetap berada disisiku aku janji tidak akan ada yang berani menyakiti kamu lagi. Aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu lagi dan kejadian keracunan waktu itu adalah kejadian terakhir kamu berada dalam kesulitan karena aku," ucapkan Nathan hingga tanpa sadar sudah tiba di lantai atas. Menurunkan Clara berdiri di depan pintu. "Sekarang kita lihat kamar baru kita," lanjutnya.
"Hemm," salut Clara.
Nathan segera membuka pintu yang berwarna putih itu hingga terbuka sempurna dan memperlihatkan suasana kamar yang bernuansa putih keemasan, sama persis seperti ruangan-ruangan lainnya.
"Kuharap kamu suka," ucapnya.
"Sangat indah," sahut Clara, berjalan perlahan memasuki kamar itu.
"Karena kamu suka dengan nuansa putih bersih seperti ini."
"Yeah."
Nathan mengikuti Clara, kemudian mengunci pintu. Dia menatap istrinya yang kini duduk di tepi ranjang berukuran king size berwarna gold, dilengkapi dengan tiang penyangga dan tirai kelambu putih yang diikat seperti kupu-kupu, kemudian berjalan mendekatinya sambil tersenyum simpul.
Dalam diam, Clara meraba kasur dalam balutan bedcover berwarna putih itu, dengan hati yang masih tidak menyangka bahwa saat ini dia adalah istri Nathan. Dia bukan lagi Casey yang merupakan kekasih Michael.
'Apa Michael masih setia menjagaku di rumah sakit? Apa dia akan tetap setia? Apa aku juga masih bisa kembali pada tubuhku,' batin Casey sedih hingga tanpa sadar Nathan sudah duduk di sampingnya, bahkan memeluknya dari samping.
"I miss you," ucap Nathan, menyandarkan dagunya pada pundak Clara.
Clara melirik Nathan dengan tatapan datarnya. "Kenapa rindu? Bukankah kita selalu bersama?"
"Iya, tapi aku rindu sikap manismu. Kamu sedikit berbeda semenjak peristiwa malam itu."
"Maaf ... Aku tidak bermaksud begitu," ucap Clara, merasa bersalah pada Nathan yang pasti akan sangat terpukul jika tau bahwa dia bukan lagi Clara, melainkan Casey yang hanya mencintai Michael.
Nathan menghela napas, masih pada bersandar pada pundak Clara. Sesekali dia menciumi leher istrinya itu, menghirup aroma khas tubuhnya yang sudah menjadi candu untuknya.
Casey merasa risih dan canggung, namun dia tidak berani menolak karena ini adalah tubuh Clara dan Nathan berhak atas Clara.
'Ya Tuhan, aku harus bagaimana?' batinnya seakan ingin menjerit.
"Sayang," panggil Nathan.
"Ya," sahut Clara.
"Apa kamu merasa benar-benar sudah sehat?" tanya Nathan, mengangkat kepalanya dari pundak Clara.
"Yeah, tentu saja," jawab Clara dengan tersenyum hangat.
Nathan tersenyum lega, menggigit bibir bagian bawahnya sendiri sementara tangannya meraba bibir Clara yang berlapis lipstik berwarna peach.
"Bisakah kita ..."
Tok ... Tok ... Tok ...
Nathan menghentikan perkataannya saat mendengar suara pintu yang diketuk, membuatnya menghembuskan napas kasar karena kesal. Dia melepas pelukannya pada Clara, kemudian beranjak berdiri lanjut berjalan menuju pintu.
"Siapa yang datang disaat yang tidak tepat seperti ini? Benar-benar menyebalkan!"
Ceklek ...
Pintu terbuka. Nathan melihat seorang maid yang merupakan an-nissa berusia sekitar 30 tahun mengenakan rok berwarna hitam dipadu dengan atasan kemeja abu-abu, menatapnya dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Ada apa?" tanyanya datar.
"Ada ada tamu dari kepolisian, Tuan," jawab maid itu agak gugup.
"Baiklah kalau begitu, nanti saya temui mereka," ucap Nathan kemudian kembali ke kamar tanpa menutup pintu sementara maid itu segera kembali menuruni tangga menuju lantai dasar.
Nathan menatap Clara yang masih duduk sambil menatapnya. Dia menunduk mencium kening istrinya itu saat sudah di hadapannya.
"Maaf ... Aku harus meninggalkan kamu sebentar karena ada tamu yang harus aku temui," ucap Nathan.
"It's okay," sahur Clara dengan tersenyum hangat. "Aku akan menunggu kamu sambil istirahat."
"Yeah ... Aku temui mereka dulu," pamit Nathan.
Clara hanya mengangguk, membiarkan Nathan kembali meninggalkan kamar. Setelah itu dia berbaring kalau memegangi kepalanya karena pusing dengan keadaan ini.
'Gimana ... Aku harus bagaimana untuk menangani semua ini, ya Tuhan! Aku ingin kembali tubuhku seperti semula ... Aku yakin Michael pasti sangat mengkhawatirkan aku. Aku sungguh tidak tega membiarkan kan dia terus menerus bersedih!' batin Casey dengan frustasi.