Mendengar jawaban saudaranya itu, Imam Ali Ghazali mengakui, hal itu mungkin karena dia ketika shalat hatinya sedang mengangan-angan masalah fiqih yang berhubungan haid seorang wanita yang mutahayyirah.
Al Ghazali lalu bertanya kepada saudara : "Dari manakah engkau belajar ilmu pengetahuan seperti itu ?" Saudaranya menjawab, "Aku belajar Ilmu kepada Syekh Al Utaqy AL-Khurazy yaitu seorang tukang jahit sandal-sandal bekas (tukang sol sepatu) . " Al Ghazali lalu pergi kepadanya.
Setelah berjumpa, Ia berkata kepada Syekh Al khurazy : "Saya ingin belajar kepada Tuan." Syekh itu berkata : Mungkin saja engkau tidak kuat menuruti perintah-perintahku."
Al Ghazali menjawab : "Insya Allah, saya kuat."
Syekh Al Khurazy berkata : "Bersihkanlah lantai ini."
Al Ghazali kemudian hendak dengan sapu. Tetapi Syekh itu berkata : "Sapulah (bersihkanlah) dengan tanganmu". Al Ghazali menyapunya lantai dengan tangannya, kemudian dia melihat kotoran yang banyak dan bermaksud menghindari kotoran itu.
Namun Syekh berkata : "Bersihkan pula kotoran itu dengan tanganmu".
Al Ghazali lalu bersiap membesihkan dengan menyisingkan pakaiannya. Melihat keadaan yang demikian itu Syekh berkata : "Nah bersìhkan kotoran itu dengan pakaian seperti itu" .
Al Ghazali menuruti perintah Syekh Al Khurazy dengan ridha dan tulus.
Namun ketika Al Ghazali hendak akan mulai melaksanakan perintah Syekh tersebut, Syekh langsung mencegahnya dan memerintahkan agar pulang.
Al Ghazali pulang dan setibanya di rumah beliau merasakan mendapat ilmu pengetahuan luar biasa. Dan Allah telah memberikan Ilmu Laduni atau ilmu Kasyaf yang diperoleh dari tasawuf atau kebersihan qalbu kepadanya.
Kembali ke Hanif yang juga tengah belajar dan berusaha untuk menumbuhkan rasa bersemangat dalam mencari ilmu, pada suatu hari Kang Hafizh nampak memanggil.
"Nif .. Hanif .. sini, ada yang perlu aku omongin ke kamu, kamu ada waktu luang kan?"
"Ya adalah Kang, emangnya apa kesibukanku?" ujar Hanif balik tanya sambil membuka dua telapak tangannya, "Gimana Kang Hafizh .. ada hal penting apa kok sepertinya amat sangat?"
"Ini terkait dengan pacar tipuan kemarin, sekarang masalahnya Naila sudah kelar, Kang pondok yang ngejar-ngejar Naila itu sudah berhenti."
"Berarti rencana Kang Hafizh berhasil dong?" sahut tanya Hanif.
"Iya sih .. tapi .." dan tiba-tiba Hanif memotong ucapan Kang Hafizh dengan bertanya.
"Kok pake tapi segala?"
"Iya karena ada masalah baru," jawab Kang Hafizh terdengar masih belum jelas.
"Masalah baru apa? Ada yang minta lagi untuk dijadikan pacar setingan? Ogah ah!" ujar Hanif bertanya namun dijawab sendiri.
"Enggak ... ini adalah imbas dari setingan yang kemarin itu, karena sekarang ini kamu itu benar-benar dikondangkan benar-benar menjadi pacar Naila, bahkan ada yang membuat gosip kalau kamu akan segera melamarnya," terang Kang Hafizh.
"Aduh mati aku! Lha terus?!" tiba-tiba ekspresi Hanif berubah, nampaknya dia tidak senang mendengar berita itu, itu bisa dilihat dengan jelas dari sikapnya yang tiba-tiba memalingkan wajahnya dari Kang Hafizh.
Kang Hafizh sendiri tidak heran dengan sikap Hanif yang tiba-tiba berubah karena dia juga tahu kalau gadis yang dia incar itu adalah putri dari Abah Kiai sendiri yaitu Neng Zahra Damariva, sadar dengan kesalahannya Kang Hafizh pun langsung berupaya untuk segera menghibur Hanif.
"Oke lah Nif .. aku minta maaf atas kejadian ini .. aku tadi juga sudah membicarakan tentang hal ini dengan Naila, dan tadi Naila juga sudah berjanji bahwa dia akan membersihkan namamu dari masalah ini, dan sebagai gantinya dia juga akan berusaha untuk membantu kamu agar bisa dekat dengan Neng Zahra," ujar Kang Hafizh sambil menatap Hanif yang masih memalingkan wajahnya.
Namun begitu mendengar perkataan yang terakhir dari Kang Hafizh barusan nampak Hanif langsung menoleh ke Kang Hafizh sambil tiba-tiba tersenyum.
"Hmmm ... masak Naila ngomong gitu Kang?" ujar Hanif bertanya.
"Iya," jawab Kang Hafizh singkat, nampak Kang Hafizh membatin sikap Hanif yang seperti itu.
'Emang dasar kamu itu Nif ...! Heh ... tapi sebenarnya gak salah juga sih naksir sama putri guru sendiri ... itung-itung memperbaiki keturunan ... ya asal diterima aja pokoknya.'
Memang benar apa yang dikatakan oleh Kang Hafizh kejadian santri naksir sama putrinya Kiai itu tidak hanya terjadi kali ini saja, dulu juga ada kejadian yang sama seperti ini. Diceritakan di sebuah pesantren, ada seorang santri putra yang naksir sama Ning Pesantren atau putri pak Kyai. Maka sang santri pun mengutarakan niatnya untukmu menikahi putri sang Kyai.
Karena sang Kyai mengetahui bahwa si santri putra, mempunyai akhlak sedikit buruk. Sang Kyai pun mengajukan syarat, yaitu disuruhnya sang santri putra tersebut untuk selalu sholat berjamaah di shaf pertama selama 40 hari tanpa putus. Disanggupi lah syarat yang diajukan oleh sang santri putra.
Hari pertama, dipaksakan lah diri santri putra itu untuk mengikuti sholat berjamaah di shaf pertama. Begitu berat rasanya, akan tetapi ia ingat bahwa ia akan menikahi anak Kyai yang menjadi idamannya, hari kedua, ia masih harus memaksakan dirinya, dihari ketiga, ia sedikit susah bisa terbiasa, karena selain ia sholat di shaf pertama, ia juga mendengarkan mau'idhoh hasanah yang diberikan oleh para imam.
Setelah seminggu berlalu, niatnya untuk menikahi putri Kyai sudah hilang dari benaknya. Ia sekarang sholat berjamaah di shaf pertama dengan tanpa niatan supaya dinikahkan dengan putri Kyai.
Empat puluh hari pun tak terlewatkan tanpa ia rasakan. Bukannya ia cepat-cepat menemui sang Kyai supaya dinikahkan dengan putrinya. Ia malah tetap dengan santai sholat berjamaah di shaf pertama, ia sudah melupakan niatnya yang awal.
Sekarang malahan sang Kyai yang dengan sendirinya mendatangi sang santri putra. Sang Kyai pun berkata kepada sang santri putra.
"Nak, kok tidak segera datang ke rumah?" tanya Sang Kyai.
"Ke ndalem Kiai maksudnya?" sang santri putra pun malah balik tanya. Ia tidak ingat niat awalnya untuk menikahi putri sang kyai.
"Ia, kan kamu akan saya nikahkan dengan putri saya" terang sang kyai.
"Eh, maaf Pak Yai. Saya sudah sholat berjamaah di shaf pertama, kok cuma diberi putri Kyai. Seharusnya lebih, didalam hadist Rasulullah disebutkan bahwa orang yang berjamaah selama 40 hari tanpa putus, jaminannya surga. Ini Pak Kyai, malah cuma mau diganti dengan seorang wanita".
Pak Kyai terkejut, bukannya sang santri seharusnya senang karena dia akan dinikahkan dengan putrinya, seperti yang niatkan dulu. Akan tetapi, sekarang ia malah menolak, dengan dalih bahwa sholat berjamaah selama 40 hari, tidak sebanding jika hanya ditukarkan dengan seorang wanita.
Seperti itulah niat, niat diawal boleh jadi niatnya salah, akan tetapi dengan ke-istiqomahan, niat itu akan berubah seiring dengan berjalannya waktu.
****
"MasyaAllah ... luar biasa," kata Hanif pelan dan kagum