"Iya Kang Hafizh, tapi pada kenyataannya aku kok tidak bisa seperti itu ya Kang? Aku bisa khusyuk dan fokus ketika berhadapan dengan Abah Kiai tapi malah disaat aku sholat pikiranku masih sering keluyuran dan melayang kemana-mana," ujar Hanif menjelaskan tentang apa yang dialaminya.
"Hehehe ... oleh karena itulah Alloh menyampaikan perintahnya dengan kalimat "Ka annahu" yang artinya adalah seolah-olah karena untuk bisa khusyuk yang sebenarnya itu tidak sembarang orang yang bisa melakukan," terang Kang Hafizh terdengar mulai bisa dimengerti oleh Hanif.
"Oh ... begitu ya Kang ... wah ... Kang Hafizh benar-benar top cara menerangkannya, aku jadi tertarik untuk terus belajar denganmu Kang," ujar Hanif sambil mengangguk-angguk.
"Tapi kenapa ya Kang aku kok merasa kesulitan untuk bisa khusyuk seperti itu (Seperti sedang berhadapan langsung dengan Alloh)?"
"Ya kalau masalah itu sih salah perkataan yang kau gunakan," timpal Kang Hafizh.
"Emang gitu Kang? Lha terus gimana ya benar?" sahut tanya Hanif.
"Ya harusnya aku dan kamu dan juga yang lain hehehe ... kalau masalah khusyuk ya Nif ... itu adalah masalah yang tidak gampang alias sulit, sekelas Sayidina Ali saja pernah dites oleh nabi Muhammad Saw masalah dengan khusyuk ini, dan ternyata ..." "Berhasil Kang?" sahut tanya Hanif.
"Enggak .. bayangkan itu sekelas Sayidina Ali apalagi kita ..." ujar Kang Hafizh.
"Iya Kang ya ... aman lah kalau gitu," sahut Hanif terlihat merasa senang.
"Ya tapi jangan senang gitu juga, itu diawal-awal tapi setelah keimanan beliau makin matang sudah tidak begitu lagi ..."
"Bisa khusyuk Kang?" sahut tanya Hanif.
"Ya bisa lah," balas Kang Hafizh.
"Ada ceritanya gak Kang?" lanjut tanya Hanif.
"Ada to ... jadi gini .. ini mau cerita yang khusyuk atau yang tidak khusyuk?" ujar Kang Hafizh balik tanya.
"Mmm ... gimana kalau dua-duanya? Mau kan?" pinta Hanif.
"Oke wes ... tapi masak gak ada kopinya ...? Dari tadi kok garingan, ya gersang to tenggorokannya," kilah Kang Hafizh.
"Oh iya ya ... sorry Kang ... ah jadi malu aku, tenang tunggu dulu disini aku akan segera balik dengan kopi dan gandengannya," ujar Hanif sambil bergegas menuju warung pondok.
Setelah kira-kira sepuluh menit kemudian Hanif pun kembali dengan membawa dua gelas kopi hitam lengkap dengan satu bungkus rokok gudang garam Surya isi enam belas.
"Eng ing eng ... pesanan datang ..."
"Wah ... ya cocok kalau kaya gini, jadi betah meleknya," ujar Kang Hafizh.
"Dan ceritanya ..." sahut Hanif sambil membuka bungkusan rokok itu.
"Ayo Kang diminum dulu kopinya dan disulut rokoknya baru kemudian dimulai ceritanya ... hehehe ..."
"Baiklah ... Seruput ... ah ... mantap kopi buatanmu Nif ... manisnya pas tidak keterlaluan hehe ..." ujar Kang terlihat begitu menikmati kopi dan rokok itu.
"Monggo Kang ... silahkan dilanjut ceritanya ..."
"Oke wes siap ...! Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa, Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. suatu hari melihat salah seorang sahabat yang sedang shalat. Melihat shalatnya yang tidak bagus Sayyidina Ali Ra. berkata kepada Rasulullah Saw.: "Wahai Rasulullah Saw. shalat apakah itu? Kok tidak menunjukkan khusyuk sama sekali."
Lalu Rasulullah Saw. bersabda: "Wahai Ali, bisakah engkau shalat 2 rakaat dengan khusyuk?"
Dijawab: "Bisa ya Rasulullah."
Kemudian Sayyidina Ali mengambil air wudhu. Selesai berwudhu, Rasulullah Saw. menyodorkan dua surban kepada Sayyidina Ali: "Wahai Ali, ini ada 2 surban, satu dari Irak dan satunya lagi dari Yaman. Aku kasih engkau surban dari Irak jikalau engkau berhasil shalat 2 rakaat dengan khusyuk!"
Telah diketahui bahwa surban Yaman kualitasnya lebih bagus daripada surban dari Irak. Surban Yaman terkenal lebih halus dibandingkan surban Irak.
Lalu Sayyidina Ali Ra. mulai melakukan shalat. Takbir, rukuk dan sujud pada rakaat pertama shalatnya Sayyidina Ali Ra. terlihat benar-benar khusyuk. Tibalah pada rakaat kedua, terlihat dalam rukuknya Sayyidina Ali Ra. lebih panjang dari rukuknya rakaat pertama. Kemudian diucapkan salam pertanda shalat selesai.
Rasulullah Saw. langsung menghadap Sayyidina Ali Ra. seraya bertanya: "As-aluka billahi ya Ali, aku bertanya kepadamu dengan nama Allah wahai Ali. Kenapa rukukmu pada rakaat kedua lebih panjang dari rukuk rakaat pertama?"
Jawab Sayyidina Ali Ra.: "Iya wahai Rasulullah. Saya teringat surban. Andai saja engkau memberikanku surban yang dari Yaman tentu lebih bagus dan Indah. Ini yang saya ingat waktu itu wahai Rasulullah."
Lantas Rasulullah Saw. bersabda: "Makanya wahai Ali, tidak mungkin manusia dapat melakukan shalat 2 rakaat dengan khusyuk. Justru itu merupakan rahmat Allah bagi ummat Nabi Muhammad Saw. agar melakukan shalat berjamaah ... Nah itulah ceritanya Nif ..." terang Kang Hafizh.
"Yah ... menarik untuk cerita yang berhasil gimana Kang?" pinta Hanif lagi.
"Ada ... ini masih Sayidina Ali bin Abi Thalib pelakunya, yaitu suatu ketika kaki Sayidina Ali terkena panah dan nampak sulit untuk dicabut, lalu satu-satunya cara untuk bisa mencabutnya adalah dengan menusukkan anak panah tersebut sampai benar-benar tembus, kemudian mematahkan ujungnya. Barulah panah itu bisa dicabut, seperti dikisahkan dalam Tafsir Kasyf al-Asrâr Maibadi," ujar Kang Hafizh.
"Lalu gimana Kang apa benar ditusukkan dan berhasil dikeluarkan?" tanya Hanif, dia terlihat merasa bergidik-bergidik membayangkan hal yang dialami oleh Sayidina Ali itu.
"Yah benar .. Sayidina Ali bin Abi Thalib pun meminta agar anak panah tersebut dicabut ketika ia tengah menunaikan shalat Ashar. Benar saja, ketika menantu Rasulullah itu tengah khusyuk dengan shalatnya, seorang tabib datang untuk mencabut anak panah itu. Sedangkan Ali bin Abi Thalib sama sekali ia tak merasakan kesakitan. Tatkala beliau memberikan salam, Ali langsung berujuar, "Sekarang lukaku agak ringan."
"Sungguh luar biasa ..." ujar Hanif sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, dan kemudian Kang Hafizh melanjutkan kembali kata-katanya.
"Khusyuk seperti inilah yang tak ingin dilewatkan para sahabat ketika shalat. Kenikmatan 'bercakap-cakap' dengan Allah telah menjadi penawar dari segala bentuk kesakitan. Jika sakit yang nyata seperti tertusuk panah saja bisa lenyap dengan shalat, apalagi dengan sakit ruhani. Hati yang tidak tenang, pikiran yang buntu, dan jiwa yang ada dalam kegalauan. Shalat dengan khusyu'lah yang menjadi penawar semua itu. Ketika mengadukan semuanya kepada Allah, maka segala persoalan pasti akan diselesaikan oleh Yang Maha Kuasa. Dan yang demikian itu sesuai dengan firman Allah, "Minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat. Namun yang demikian itu sungguh berat, melainkan bagi orang-orang yang khusyuk," (QS.al-Baqarah: 153). Kang Hafizh pun kembali melanjutkan kata-katanya.