"Huh, jangan bilang kalau yang baru datang ini adalah si tukang PHP itu? Malas banget aku melihat tampang sok cool-nya itu," gumam Riri mencebikkan bibirnya. Bukannya menengok, dia malah terus melangkah maju ke dalam.
Sementara yang baru datang itu seperti biasa membeli barang-barang sepele seperti pensil, pena atau tinta setiap harinya.
Mas, saya beli tinta untuk isi ulang printer!" ucap Marvel tanpa sedikitpun memandangi Riri.
"Iya Mas, tunggu bentar ya," jawab Doni lalu bergegas mengambil tinta yang dimaksud.
"Nih Mas!" Doni memberikan satu set tinta yang diminta.
"Berapa Mas?" tanya Marvel.
"Harga biasa Mas," jawab Doni.
"Oh." Marvel memberikan uang.
"Terima kasih, Mas," ucap Doni tersenyum sambil memberikan kembaliannya.
"Sama-sama," balas Marvel datar.
Setelah kepergian Marvel, Doni segera menghampiri Riri yang tengah sibuk menyusun barang baru ke atas rak.
"Ri, tumben tuh Marvel enggak minta kamu yang layani? Biasanya juga kalau bukan kamu, dia enggak mau. Tetap nungguin kamu sampai melayaninya?" tanya Doni tersenyum.
"Mana aku tahu Don, memang aku ini siapanya kok tanya gituan sama aku. Dari pada kamu bahas tu manusia mending bantuin aku biar cepat kelar nih kerjaan. Mumpung masih sepi, belum ada pelanggan yang datang," sewot Riri sambil terus menyusun barang.
"Iya-iya," ucap Doni lalu membantu Riri.
"Apa kamu enggak penasaran sama sikap dia hari ini Ri?" tanya Doni.
"Bodok amat Don, ngapain sih bahas tu manusia lagi. Bahas yang lain aja ngapa, bikin aku bad mood aja," jawab Riri kesal.
"Kok bad mood sih Ri, biasanya cewek-cewek tuh pada hobi ngebahas dia. Cuma kamu yang enggak suka ngomongin dia. Padahal dia tuh suka sama kamu," jelas Doni.
"Cewek-cewek itu saja yang bodoh mau jadi korban PHP si kadal buntung. Habis manis, sepah dibuang," jawab Riri kesal.
"Tapi, kayaknya dia serius kalau sama kamu, Ri," tebak Doni.
"Serius, mau jadikan aku korban selanjutnya? Idih ogah banget," jawab Riri mencebikkan bibirnya.
"Mending, aku pacaran sama kamu yang jelas baik orangnya, manis lagi kalau pas senyum," ceplos Riri tanpa ia sadari.
"Kamu serius Ri bilang gitu?" tanya Doni tersenyum senang.
"Seriuslah," jawab Riri belum sadar dengan ucapannya.
"Kalau begitu mulai hari ini, kita jadian nih?" tanya Doni tersenyum semangat.
"Jadian? Maksud kamu apa Don?" tanya Riri bingung.
"Tadi kata kamu dari pada pacaran sama Marvel, mending sama aku yang manis ini," jelas Doni tersenyum menggoda.
"Idih kapan aku ngomong gitu sama kamu?" tanya Riri bingung.
"Barusan tadi Ri, pas aku bilang kalau Marvel itu beneran suka sama kamu," jelas Doni tersenyum.
"Aku enggak ngerasa ngomong gitu kok," ucap Riri aneh.
"Kalau kamu enggak percaya? Ayo kita cek sisi tv sekarang," ajak Doni sambil menarik tangan Riri.
Doni langsung membuka komputer yang terhubung dengan cc tv di ruangan tadi. Wajah Riri langsung merah menahan malu mendengar ucapan bodohnya tadi.
"Aduh, ni mulut enggak bisa dikontrol kalau suasana hati lagi buruk," batin Riri meringis menahan malu.
"Sudah jelaskan?" tanya Doni sambil mengedipkan matanya genit.
"Hehehe." Riri hanya cengengesan menahan malu.
"Jadi, deal kita jadian mulai detik ini juga?" tanya Doni sambil mengulurkan tangan.
"Aduh, aku harus jawab apa ini? Benar sih kalau Doni itu manis tapi aku belum mau pacaran. Aku maunya ta'arufan saja. Pacarannya nanti kalau sudah menikah saja. Aku enggak mau kebawa perasaan sama lelaki yang belum muhrim. Kebanyakan orang-orang yang pacaran pasti melakukan hal-hal diluar batas," batin Riri sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ri, kok malah diem sih?" tanya Doni tersenyum.
"Aku ... aku ...." ucap Riri bingung dan kelabakan.
"Assalamualaikum Mas, Embak!" teriak pelanggan di luar.
"Bentar Ri, aku ke depan dulu ada pembeli yang manggil," ucap Doni segera beranjak dari kursinya.
"Pyuuuhhh!" Riri mengusap keningnya yang berkeringat.
"Leganya bisa bebas dari jeratan Doni. Kalau terus berlanjut bisa mati kutu aku. Terima kasih Ya Allah sudah menyelamatkan aku," gumam Riri sambil mengelap keringat di keningnya lagi.
Riri segera keluar membantu Doni melayani pembeli dan orang-orang yang menggunakan jasa rental komputer dan foto copy. Rupanya hari ini begitu ramai orang yang datang. Jadi, Doni dan Riri disibukkan melayani orang-orang. Doni sampai lupa untuk menanyakan perihal tadi pagi.
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, Riri dan Doni segera menutup tokonya. Tak lama Andra datang dan menepikan motornya di depan toko. Ia menunggu adiknya yang tengah sibuk membantu Doni.
Ia mengambil hp di dalam saku jaketnya. Tadi ketika di jalan, terdengar suara dering. Ketika sedang berkendara di jalan raya Andra jarang mau mengangkat kalau ada panggilan yang masuk. Ia selalu mengutamakan keselamatan dirinya. Setelah di cek, ada tiga panggilan tak terjawab dan satu pesan yang masuk. Dengan malas ia membuka pesannya.
[Bro, jangan sampai lupa nanti malam aku tunggu pukul tujuh? Oh ya, adikmu itu harus memakai gaun yang tadi sudah aku kirim ke bengkel. Kamu jangan sampai berani-beraninya melanggar perjanjian kita. Kalau itu sampai terjadi ... kamu ingat saja konsekuensinya. Rumah beserta bengkel akan aku ambil paksa, camkan itu!] Isi pesan dari Marvel.
[Oke, kamu tenang saja nanti malam aku pasti datang sama adikku] balas Andra.
[Good] balas Marvel.
Setelah selesai membalas pesan dari Marvel, Andra segera menyimpan hpnya di dalam saku jaketnya kembali. Sementara Marvel di kantornya begitu senang sekali hatinya.
"Yes, nanti malam aku bakalan bermain cinta sama gadis aneh itu," gumam Marvel dengan senyum semiriknya.
"Bos, apa yang harus saya siapkan untuk acara nanti malam?" tanya Rafi assisten pribadi sekaligus sekertaris Marvel.
"Seperti biasa, kamu siapkan makan malam romantis di apartementku. Untuk hal selanjutnya biar aku yang kerjakan sendiri," jawab Marvel masih tersenyum.
"Baiklah Bos, kalau begitu saya mau menghubungi orang yang bertugas menyiapkannya," ucap Rafi.
"Hemmm," balas Marvel sambil tersenyum kemenangan.
Riri dan Doni kini sudah selesai menutup tokonya.
"Alhamdulillah sudah selesai. Yuk kita pulang sekarang," ajak Doni tersenyum.
"Yuk!" balas Riri sambil melangkahkan kakinya duluan.
"Ya Allah, aku sampai lupa sama yang tadi pagi," gumam Doni sedih.
"Ri!" teriak Doni tapi Riri sudah keburu pergi sama kakaknya.
"Yah, gagal deh bisa jadi pacar Riri hari ini? Padahal ini kesempatan besar buat aku. Besok aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan jadi pacar Riri lagi." Dia mengembangkan senyumannya.
"Begitu ia sampai aku harus segera mempertanyakannya lagi sebelum ada pelanggan yang datang. Aku tak menyangka kalau Riri juga diam-diam memperhatikan aku selama ini. Tahu gitu dari dulu aku ungkapkan perasaan ini sama dia." Wajahnya berubah lesu.