Pagi harinya.
Di meja makan, suasana juga tampak berbeda. Amira yang murung, karena merasa kasihan dengan Diana. Semalam dia berusaha membujuk suaminya, untuk menyewa orang yang bisa membantu bebasnya wanita itu. Tapi, sang suami belum mengiyakan sama sekali. Ditambah lagi, Lyra yang menangis terus pagi ini, membuat suara seisi rumah tampak kacau. Anak itu sama sekali tidak mau diajak orang lain kecuali ibunya.
"Mungkin dia kangen sama kamu," ujar mama Amira.
"Iya Bu, kalau di kampung saya bayi usia segini masih belum oleh ditinggal pergi jauh-jauh gitu," sahut sang bibi.
Sementara Keysa, hanya diam. Mematung sembari mendengarkan pembicaraan mereka yang kini masih ada di meja makan.
"Amira, lebih baik kamu bawa Lyra keluar dulu, siapa tahu dia pengen jalan-jalan. Biarkan yang lain sarapan," suruh mamanya.
Wanita itu mengangguk.
