"Tunggu sebentar, sayang," tahan Amira.
Wanita itu mengambil sebuah alat tulis, menandai lampion yang akan diterbangkan olehnya.
"Kita tulis nama di sini. Lalu, kamu juga ambil kertas ini." Amira menyerahkannya.
"Apa yang harus aku tulis?"
"Masalah hidup kamu, atau semacam curahan hati, bebas sayang," jawabnya tanpa menoleh ke arah sang suami.
Amira hanya menulis satu kalimat saja, yang menjelaskan semua keinginan dan harapan dia.
"Memiliki keluarga utuh, dengan semua kasih sayang dan kebahagiaan yang Tuhan berikan."
"Jangan dilihat!" kesal Amira saat sang suami mencoba sedikit melangkah mundur untuk mengintip istrinya.
"Sembarang aja deh, lagian aku sedang tidak begitu punya keinginan dalam waktu dekat ini," batinnya.
Anxel hanya memberikan sebuah nama untuk seorang bayi yang ada di dalam perut sang istri. Nama itu yang selalu terbayang-bayang di benaknya sejak jauh hari.
"Sekarang baru kita lepaskan."
Diana pun tengah menyiapkan lampion miliknya.