Nara sama sekali tak menjawab dan membiarkan lelaki itu, duduk di salah satu pos ronda yang ada di tepi jalan tersebut.
"Bisa telat kalau kayak gini terus," kesalnya.
Wanita itu sudah menguatkan hati, untuk mendengar semua kemarahan yang akan Anxel katakan padanya.
Akhirnya ada sebuah angkutan umum, meski sopir sudah mengatakan penumpang penuh, dengan permohonan yang Nara buat, dia pun mendapatkan ijin untuk bergabung ke dalamnya.
"Syukurlah, aku bisa lepas dari Pak Niko," gumamnya yang sukses duduk di bangku bagian paling belakang, dengan menyandarkan kepalanya kaca.
Tubuhnya sudah terdesak orang-orang sejak tadi, Nara memilih menutup mata dan telinga, karena dia tak kuat jika orang-orang itu terus mengatakan hal yang menyakiti hatinya.
"Sudah tidak muat, masih saja nambah penumpang. Sekarang lihat, saya cuma bisa duduk setengah ini!"
"Saya juga, dasar memang padahal tadi ada mobil bagus di belakang kamu kenapa tidak minta diantarkan sama orang itu saja?"