"Kalung apa ini, aneh sekali bentuknya."
"Ini dari nenek aku dulu, kamu pakai ya," pintanya.
"Kenapa aku tidak pernah tahu? Mama juga tidak pernah cerita tentang ini?"
Amira sungguh pusing, memikirkan alasan jika terus begini.
"Karena waktu itu saat kita menikah, kalung itu hilang. Lama mama mencari dan baru kali ini berhasil ditemukan, pagi tadi dia memberikannya ke aku," jelasnya.
"Kenapa harus aku yang memakai Amira? Bukannya para wanita yang lebih suka memakai perhiasan. Aku tidak terlalu suka dengan beginian, memakai cincin saja kalau bukan pernikahan kita, rasanya malas sekali," tolaknya dengan halus agar tak menyinggung perasaan sang istri.
"Tapi, kamu harus memakainya. Anak kamu yang minta." Kelemahan lelaki itu, adalah kekuatan Amira, untuk membuatnya tunduk.
"Tidak adakah yang lebih bagus dari ini?"
Amira mengalihkan pandangan, layaknya seorang yang sudah malas untuk bicara lagi. Anxel pun meminta paksa, kalung tersebut, untuk dipakai pada lehernya.
