Sungguh sangat menyakitkan, begitu Amira menyaksikan sendiri, perlakuan dua orang yang ada di depannya kini. Mereka terbaring di atas ranjang salah satu kamar hotel tersebut, dengan tubuh sang suami, ada di bawah wanita penggoda yang membuat Amira naik darah sejak pertama kali mereka bertemu kala itu.
"Hentikan semua ini!" perintahnya.
Wanita itu tersenyum licik, malah beranggapan tiada kedatangan Amira juga Keenan di sana. Melanjutkan setiap gerakannya, membuka satu persatu kancing baju milik Anxel.
Kedua tangan Amira mengepal erat. Tangan sebelah kanannya meraih high heels yang dia kenakan olehnya.
"Jangan lakukan itu Amira," cegah Keenan.
"Terlambat," balasnya tanpa penyesalan.
Sepatu itu sudah melayang begitu cepatnya, tepat mengenai kepala Serlin, hingga membuat wanita itu terjatuh dari atas tubuh Anxel.
Merintih kesakitan, membuat Amira tersenyum dengan kedua tangan yang dilipatkan di depan dadanya.
"Lemparan yang bagus, bukan?" tanyanya kepada Keenan.