"Kenapa harus macet? Apa kondisi tak melihat, kalau aku sedang ditunggu?" Tak tahu siapa yang ditanya, Andra menoleh dan tampak bingung mendengar ucapan Amira barusan.
"Ini juga, ngapain di sini?" Wanita itu melempar tasnya yang memang sedari tadi ada di pangkuannya.
Andra semakin takut, jika salah tingkah sedikit, yang ada dia bisa kena amarah dari wanita tersebut.
Diam tak bergerak, layaknya patung berwujud manusia. Hanya itu yang bisa dia lakukan untuk saat ini.
"Akhirnya aku bisa lepas dari kemacetan!!" Amira bersorak gembira menginjak laju mobilnya dengan sangat cepat.
Terlambat hampir setengah jam, tentu sangat membuatnya merasa tak enak hati.
Andra hanya bisa pasrah, dengan satu tangan berpegangan ke atas. Sabuk pengaman sudah dia eratkan sedemikian mungkin, agar tidak lepas.
"Aku masih ingin hidup. Ibu, tolong putramu ini," batinnya.