Pagi harinya.
"Ma, Amira pamit dulu," ungkapnya.
"Sepagi ini, kemaren pulang malam. Mau ke mana, Nak?"
"Ke rumah Andra."
"Bukannya melarang, tapi Mama gak mau kalau kamu terpikat dengannya. Ingat sayang, makam suami kamu saja belum kering," tuturnya membuat Amira pusing. Wanita itu memegangi benaknya, sembari melahap sarapan yang tersedia di atas mejanya.
"Itu tidak akan terjadi, Ma. Cinta Amira hanya untuk Anxel seorang, tak akan berpindah ke orang lain. Amira datang ke sana cuma untuk membantunya saja, karena kasihan sama ibunya," jelas Amira.
Tapi, terlihat dari raut wajah sang mama, sepertinya wanita itu tak akan mudah percaya begitu saja.
"Tidak ada yang mustahil di dunia. Apa kamu lupa bagaimana dengan Anxel dulu, bilang cinta tak mungkin ujungnya cinta mati sama dia," sindir sang mama lantas beranjak untuk memindahkan piringnya ke dapur. Hanya tinggal Amira dengan Kanaya saja di meja makan.