Di sekolah.
Kanaya menutup matanya dengan kedua telapak tangan, berdasarkan perintah dari Amira yang dia dapat.
"Kejutan apaan, Tante? Kenapa gak boleh lihat secara langsung?"
"Kamu diam di sini dulu, pokoknya jangan buka mata sebelum Tante kasih aba-aba."
Lima menit.
Dibiarkan gadis itu menunggu, hingga dia merasa jenuh, untuk mengetesnya. Seberapa besar rasa patuhnya kepada perintah Amira, dan tingkat kesabarannya.
"Naya." Panggilan nama yang tak asing, suara berat seorang lelaki, bersamaan dengan nyaring suara wanita yang mengucap hal sama.
Ingin membuka mata, tapi belum ada suara Amira yang terdengar di telinganya.
"Ayah? Ibu?"
"Apa itu kalian?"
"Buka mata kamu, Kanaya," perintah Amira.
Pandangan yang semula kabur, begitu jelas melihat senyuman yang terukir di wajah kedua orang tua kandungnya. Bagaikan mimpi, jika mereka berpijak pada bumi yang sama kini. Tubuhnya direngkuh dengan lembut, kepalanya dibelai halus oleh ibunya.