"Ma, Amira ke depan dulu sambil cari tumpangan biar lebih cepet ya," pamitnya.
"Hati-hati Nak, jangan lupa kasih kabar ke Mama kalau ada apa-apa," teriaknya menjawab.
Saking terburu-buru, ponsel yang seharusnya masuk ke dalam tas, kini terjun bebas tanpa sepengetahuan Amira. Meninggalkan jejak di jalanan yang dilewati oleh wanita itu.
Di tempat pertandingan.
Anxel sampai, dengan jaket tebal yang dikenakan olehnya. Dua orang setia berjalan di belakang lelaki itu, membawakan peralatan yang dibutuhkan olehnya. Sebuah ring besar sudah ada di depan matanya.
"Rupanya dia sudah datang terlebih dulu." Rangga berdiri membelakanginya, lelaki itu sudah memasuki kawasan perkelahian mereka.
"Bagaimana latihannya semalam? Atau bahkan sampai pagi?" sindir Rangga begitu Anxel melepas baju yang dikenakannya untuk diganti pakaian khusus yang sudah tersedia.
Anxel hanya membalasnya dengan senyuman remeh yang terlukis di sudut bibirnya.
"Tuan, apa kami harus menunggu di luar?"