Di dalam mobil.
"Sampai rumah nanti, kita harus adakan syukuran buat hari ini." Amira memutuskan.
"Iya sayang, tapi sebelum itu kita harus terlebih dulu membelikan baju untuknya, bukannya semua barang Lyra yang dulu sudah kita bakar, karena kamu takut tidak bisa melupakannya?"
Amira terdiam, sembari membelai pipi bayinya. Tanpa dirasa air matanya mengenai wajah putrinya, harusnya Lyra terbangun karena hal itu, tapi bergerak pun sama sekali tidak. Membuat wanita itu khawatir, ketika dicek kondisinya badan Lyra pun panas tinggi.
"Kayaknya anak kita demam sayang, coba kamu sentuh keningnya," pinta Amira.
Sembari fokus berkendara, Anxel mengulurkan satu tangannya.
"Iya sayang, panas."
"Kita harus cari rumah sakit terdekat, aku takut terjadi apa-apa sama Lyra," rengeknya.