"Amira, sayang ada tamu di depan."
Kenikmatan keduanya terganggu dengan panggilan itu.
"Minggir dulu Anxel, itu kasihan mama teriak-teriak di depan," suruh Amira.
"Amira, sebentar lagi ya," tolaknya.
Saat wanita itu beranjak, Anxel hanya bisa menggerutu dalam hati. Dia tak akan ikut turun, biar Amira sendiri yang ke sana.
"Gak peka banget, kalau aku pengen dipeluk, dan manja sama dia," kesalnya.
Ceklek!
"Iya Ma, kenapa berisik banget?"
Mamanya menahan tawa melihat rambut putrinya yang berantakan seperti orang jalanan, dan juga banyak bekas berwarna merah yang menghiasi lehernya.
"Aduh, jadi gak enak kalau Mama ganggu kayak gini. Sudah lanjutkan saja, kalau gitu biar Mama yang pergi," jawabnya.
"Eh, ini ada apa sih sebenarnya, Ma? Amira gak paham." Ketika matanya mengikuti arah pandang sang mama, barulah dia merasa sangat malu. Segera menutupi bagian tubuh tersebut dengan baju yang dikenakan.