"Siapa yang mengijinkan kalian bertemu?"
"Apa kamu lupa, sumpah yang sudah kamu ucapakan kala itu?" tanya Wisnu yang kini semakin mendekati lawan bicaranya.
Lelaki itu memperlihatkan kertas yang dia bawa. Surat yang berisi kalimat menyakitkan, sekaligus pamitnya meninggalkan anak dan suaminya.
"Aku sengaja menyimpan kertas ini dengan baik. Agar suatu saat ketika kamu kembali, aku bisa menunjukkannya. Lebih tepatnya, anak kita."
Juna menerima kertas tersebut, membawa beberapa kalimat yang tertulis dengan goresan tinta yang sudah mulai menghilang, karena saking lamanya.
"Baca dengan teliti, jangan sampai ada yang terlewat, Juna ...."
"Mas, aku minta maaf, karena keegoisan yang dulu," lirihnya.
"Tak ada kata maaf untuk wanita sepertimu!"
"Eh, Om jangan dorong mama saya kayak gitu, dia ini wanita," sahut Anxel menangkap tubuh mamanya yang hampir jatuh.
"Kenapa, kamu tidak terima?"
"Sudah Anxel, jangan diteruskan," tutur Amira.