Anxel tersenyum, melirik ke arah pintu mobil yang sudah dia buka, hanya tinggal menunggu wanita itu masuk ke dalam.
Amira berharap, ada seseorang yang mau menolongnya.
"Mendung, sebelum hujan turun, lebih baik kamu nurut saja," suruh Anxel.
"Aku bisa pakai payung," sahutnya.
"Hadeh ...." Lelaki itu menggendong paksa tubuh Amira, meletakkan di atas bangku, memasangkan sabuk pengaman.
Begitu dekat jarak keduanya, sampai Amira bisa merasakan hembusan napas lelaki itu setelah sekian lama.
Di balik pohon, Andin diam-diam memantau keduanya.
"Kenapa wanita itu harus kembali ke sini? Kenapa gak mati aja sekalian. Aku gak mau, kasih sayang Anxel, terbagi kayak dulu," kesalnya.
Tiba di pemakaman.
Hujan turun begitu derasnya, membuat Amira tak bisa keluar dari mobil Anxel. Terpaksa, sambil menunggu reda, dia berdiam diri, tanpa menatap ke arah lelaki itu.
"Semalam, aku melihat wanita mirip denganmu," ucapnya mencoba membuka pembicaraan.
"Di mana?"
