"Ma, dicariin pacar tuh," teriak Amira.
"Pacar apa sih, Amira?"
"Itu keluar aja, nanti tahu sendiri. Selamat berkencan. Amira gak mau ganggu, jadi masuk kamar aja deh," jawabnya.
Mamanya terheran-heran dengan sikap Amira yang terlihat aneh siang itu.
"Juna? Jadi, yang Amira maksud itu kamu?"
"Anak Tante, makin aneh aja," kesalnya.
"Oh iya, tadi Tante telepon Juna ada apa? Pasti berubah pikiran, ya?"
"Itu kamu tahu, Amira semakin gak terkendali saja setiap hari. Tawaran kamu hari itu, masih berlaku, 'kan?"
"Sebenarnya sih, masih Tante, cuma Amira bukannya harus menjalankan sidang kedua untuk perceraiannya?"
"Iya, Tante minta kamu bawa dia dalam waktu senggang ini saja. Begitu waktu sidang kedua tiba, kita akan kembali ke sini," pintanya.
"Itu ide yang bagus juga, tapi Tante juga ikut, 'kan?"
"Pastinya. Kalau Tante biarkan Amira pergi sendiri, apalagi sama kamu, yang ada malah macam-macam lagi," tuduhnya.
