Chereads / Chef Cobek / Chapter 10 - MAMA MUDA

Chapter 10 - MAMA MUDA

"Iya, serius. Aku saranin sih kamu bikin warung kecil-kecilan di depan kosan, nanti orang-orang di sini pasti nyerbu masakanmu. Dijamin deh," saran Ardi sambil mengontrol dirinya yang merasa kepedasan.

Naya gembira, semangat untuk masaknya kembali menggelora. Ia benar-benar akan membuktikannya pada pak Hamdan, ia akan menjadi chef yang handal.

"Kalau gitu saya permisi ya ka, wassalamu'alaikum." Naya pergi tanpa menunggu jawaban dari Ardi, ia akan menelepon Dito dan menceritakan semuanya. Di balik itu semua ia pun akan meminjam uang untuk membeli bahan masakan yang akan dimasak besok.

Ardi clingak-clinguk, ia rasa Naya kegirangan dengan pujiannya barusan. Tapi Ardi bersyukur, rasa masakan Naya memang lezat.

Di malam hari, Naya menelepon Dito. Ia akan sedikit basa-basi agar Dito mau menolongnya, ia pun akan menawarinya masakan yang lezat, tentu masakan itu buatannya sendiri.

Di awal pembicaraan, Naya menceritakan kejadian tadi. Meskipun Dito sedikit kesal karena Naya begitu memperhatikan Ardi, ia tetap mendengarkan Naya bercerita hingga akhir. Dito rasa Naya sedang bahagia, itu sebabnya ia tidak ingin membuat kebahagiaan Naya terganggu dengan keegoisanya.

"Kapan nih masak lagi buat gue?!" tanya Dito.

"Ah tenang itu gampang, tapi... Lo mau gak bantu gue?!" Naya mulai beraksi.

"Bantuan apaan?"

"Gue mau minjem uang sama Lo, tapi Lo sekalian belanjain bahannya besok pagi ya. Eh, setelah subuh aja deh. Nanti Lo langsung ke kosan gue, oke?!"

"Oh jadi Lo cerita panjang lebar tadi itu cuma basa-basi?! Gue udah tau ko cara Lo dari dulu, garing! Gak ada cara lain apa?!" Dito tersenyum menyungging di balik teleponnya.

Naya terkekeh puas, "Iya maaf, tapi gue bener mau cerita itu sama Lo. Gak ada niat apa-apa lagi," bela Naya.

"Nay, dengerin gue ya. Dengerin nih, jangan sampe gagal fokus!" tegas Dito, dengan refleks Naya mendengarkan apa yang akan Dito ucapkan.

"Lo kalo butuh bantuan apa-apa tinggal bilang aja langsung, jangan sungkan. Gue udah bilang sama Lo berapa kali, Lo itu sahabat gue Nay. Dari dulu gue sahabatan sama Lo, beruntung gue masih jadi laki. Tapi ini gue ngomong serius ya sama Lo, gue udah anggep Lo kaya Ade gue sendiri. Jadi plis, mulai sekarang Lo ngomong langsung kalau butuh bantuan apa-apa. Jangan sampe Lo minta tolong ke orang lain lebih dulu, kalau gue mampu gue akan tolong Lo langsung ko. Paham?!" ucap Dito panjang lebar.

Bukannya menjawab, Naya terdiam tak berbicara. Hatinya benar-benar tersentuh dengan ucapan sahabatnya barusan, ia benar-benar bersyukur mempunyai sahabat yang masih memperdulikannya.

"Heh, denger gue ga?"

"Iya gue denger!" Jawab Naya dengan suara sedikit serak.

"Yah nangis dia, jangan cengeng Nay. Malu sama Mauren, Lo kan wanita kuat, masa dinasehatin gitu aja cengeng. Payah mama muda!" ledek Dito yang membuat Naya terkekeh.

Naya pun menatap Mauren dengan lekat, ia akan menjadi mama muda kuat untuk Mauren.

Percakapan mereka pun terhenti, Naya beristirahat sambil memeluk Mauren.

Selama Naya menjadi anak Daris, Daris tidak pernah memperlakukan Naya seperti anaknya sendiri. Ia selalu marah-marah kepadanya dan kepada istrinya. Daris tak pernah mengajak Naya bermain atau pun hanya sekedar berbicara.

Selama ada ibu Naya, Naya selalu menceritakan semua keluh kesahnya. Ia pun terus mengatakan kalau dirinya akan menjadi chef ternama, tidak hanya terkenal tapi bisa bermanfaat bagi lingkungannya.

Tentu ibu Naya mendukung cita-cita dari anaknya itu, ia rela menjual perhiasannya demi menyekolahkan Naya di SMK kejuruan. Tapi, sejak SD pun Naya sering membantu ibunya masak. Terlebih ia memiliki ingatan yang kuat, sehingga langkah-langkah yang diajari ibunya masih tersimpan rapi dalam ingatannya.

Di kosan Naya, kini sudah ada Dito. Awalnya Naya hendak membuat sayur seperti kemarin untuk pak Hamdan, berhubung Dito menyarankan beda, akhirnya Naya mengikuti saran Dito.

"Masak apa sih Lo sekarang?" Dito memerhatikan Naya yang sedang mengupas bawang.

"Udah diem gak usah banyak tanya, liat aja nanti. Gue mau bikin yang sangat special! Eh btw makasih ya sarannya, kalau gak dikasih saran sama Lo mungkin gue udah jadi masak sayur. Hha," Naya terkekeh.

"Santai!" ucap Dito so ganteng.

Di dapur hanya ada Dito dan Naya, Mauren masih tidur di kamar. Naya pun harus bisa memerhatikan Mauren, agar tidak jatuh dari kasur.

Melihat Naya tidak fokus masak, Dito menyuruh Naya untuk fokus dan ia sendiri yang akan memerhatikan Mauren. Ia akan bergerak cepat mengambil Mauren jika terbangun.

Naya bergerak cepat ia tak bisa berlama-lama karena harus masuk kerja. Ia pun harus memandikan Mauren sebelum bekerja.

Setelah menyiapkan bumbu seperti bawang putih, bawang merah, cabai merah besar, dan jahe, Naya mencuci ikan bandeng dengan bersih, lalu memotongnya menjadi dua bagian. Ia pun melumuri ikan bandeng itu dengan jeruk nipis dan garam, lalu membiarkannya selama 20 menit.

"Dit, Mauren Dit! Katanya Lo siap siaga, gimana sih?!" kesal Naya.

"Eeh iya maaf-maaf, gue terlalu fokus liat Lo masak." Dito berlari ke kamar hendak menggendong Mauren.

Tiba-tiba ia terhenti, "Eh Nay, gue izin masuk kamar Lo ya!" teriak Dito yang langsung dijawab oleh Naya.

Meskipun Dito merasa dekat dengan Naya, ia tidak berani sembarang masuk ke dalam kamar Naya. Begitupun Naya, sedekat-dekatnya Naya dengan Dito, ia tidak berani menyentuh Dito meskipun hanya tangannya.

Naya mulai menggoreng ikan bandeng tadi hingga matang, tangannya bergerak cepat mengulek cabai merah besar, bawang merah, bawang putih, dan jahe secara bersamaan. Dito sampai menggeleng-geleng melihat keahlian Naya dalam mengulek.

"Gue takut Lo ngulek suami Lo ketika kalian bertengkar Nay!" ungkap Dito sembarang.

Naya terkekeh hebat, "Lo ada-ada sih, ya gak mungkin lah. Gue harus patuh sama suami gue, karena suami itu imam. Gue gak berani lah meski ngebentak." Jawab Naya.

Dito bertepuk tangan, ia pun menggerakkan tangan Mauren untuk bertepuk tangan.

"Memang ya, kakak Mauren benar-benar baik. Eh kakak, mama muda Mauren maksudnya. Upss!" ledek Dito.

Naya melirik Dito dengan ujung matanya, lama-lama ia jengah berada di dekat Dito.

Ohok, ohok...

Hatchimmm...

"Nay, pedes banget ke idung. Hatccchh, Haatcchh..." Dito terus batuk dan bersin-bersin.

"Iya kan namanya juga numis bumbu, bawa dulu Mauren ke sana dong. Gue takut Mauren kepedesan juga,"

Dito pun pergi ke ruang tamu.

Setelah menumis bumbu, Naya menambahkan kecap manis, gula, garam, dan air, lalu mengaduknya hingga kuahnya mengental.

"Udah belom Nay?! Gue mau liat Lo masak lagi nih!" teriak Dito.

"Udah!"

Tahap terakhir Naya memasukkan ikan bandeng yang tadi sudah digoreng, kemudian ia mengaduknya hingga rata.

Kruuuwkk, kruuwkk..

Suara perut Dito terdengar sangat keras, Naya terkekeh tak tertahankan.

Dito berusaha menahan malu, "Sumpah Nay, selama gue nungguin mami gue masak, perut gue gak pernah demo gini. Gak tau kenapa pas liat Lo masak, wangi masakannya langsung menusuk ke dalam perut. Cepet lah Nay, gue laper." rengeknya.

"Bentar, masih ada satu menu!"

"Haaaah?! Satu menu lagi??! Ah, buset dah Nay...." tubuh Dito semakin lemas.