Seperti dunia yang hancur karena ulah manusia, seperti itulah hati Naya menghadapi Syeril yang benar-benar bersikap seenaknya. Jika bukan karena menahan kesabaran, mungkin rambut panjang nan rapi milik Syeril sudah dibuat rusak dan berantakan.
"Nay, mending Lo ke kamar mandi dulu deh. Wudu, bentar lagi masak special Lo dimulai!" saran Dito yang sedikit menghentikan tangis Naya.
Naya mengangkat kepalanya, "Tapi cobeknya?!" tanyanya lirih.
"Mau gimana lagi kalau udah gini? Mending kamu fokus aja sekarang untuk masaknya, siapa tau bisa dapet cobek yang seperti ini." ucap Dito.
"Gak ada cobek yang seperti ini Dit, ini peninggalan Ibu Gue! Lo ngerti kan?!" sentak Naya.
Dito mengangguk paham, "Gak ada salahnya untuk wudu, agar hatinya tenang. Udah ayo!" Dito mengambil alih Mauren dan menemani Naya untuk berwudhu.
Lumayan lama Naya di toilet wanita, Dito setia menunggu sejak tadi. Jika bukan karena kesetiaannya akan persahabatan, mungkin Dito akan pergi karena Naya terlalu banyak menyusahkannya. Beruntung mereka sudah hidup rukun, bak keluarga yang rela mengorbankan apa saja demi kebahagiaan saudaranya.
"Dit?! Cobek Gue Dit!" kejut Naya setelah kembali dari toilet wanita.
Dito yang sibuk dengan Mauren tak cepat merespon, tapi Naya langsung lari dengan antusias menghampiri cobek yang tadi masih tergeletak di lantai.
Saat Dito menengok ke arah Naya, ia pun terkejut melihat kondisi cobek itu.
"Dit! Cobeknya utuh. Cobeknya gak belah!" antusias Naya sambil mengangkat cobek itu ke pangkuannya sedikit memeluk.
Dito terheran-heran, ini benar-benar kejadian di luar dugaan. Apakah cobek peninggalan ibu Naya itu terdapat sihir? Atau memang bukan sekadar cobek biasa?
Wajah Dito spechless tak bisa berkata apa-apa, kerah baju yang ditarik Mauren pun tak terasa karena kedua matanya yang terus fokus pada cobek di hadapannya.
"Dit! Ternyata Allah masih memberikan kesempatan sama Gue, Gue masih bisa merasakan kehangatan dan kasih sayang Ibu Gue lewat cobek ini. Allah tau isi hati gue, gue bahagia!" Naya kembali menangis, menangis bahagia.
"Bener-bener gak ada yang mustahil. Jika Allah sudah berkehendak, Kun fayakun!" lirih Dito dalam lamunannya.
"Dit! Lo masih mau di situ?! Gue udah mau masuk nih ke ruang khusus, do'ain gue ya!" teriak Naya membuyarkan lamunan Dito.
Ternyata Dito sejak tadi ekstra melamun, persiapan Naya di dekatnya tak ia hiraukan karena lamunannya itu.
"Untuk acara special sebagai hadiah dari Pak Hamdan untuk putrinya yang sudah bertunangan, kita sambut Naya! Seorang pegawai dari rumah makan Pak Hamdan yang belum lama ini, tugasnya yang sebagai mba bersih-bersih di rumah makan, kini berlawanan dengan keahliannya dalam memasak. Membuat lidah Pak Hamdan ketagihan untuk merasakan masakan Naya, silahkan Naya!" sambut MC di acara tunangan yang sangat megah.
Sungguh, Naya terlihat sangat gugup. Bukan karena ia malu sebagai tukang bersih-bersih yang ditantang menjadi chef semalam, tapi karena ini menjadi pengalaman pertama Naya masak di depan banyak orang.
Masak di depan orang banyak juga salah satu keinginan Naya sejak kecil, ternyata apa yang ia tuliskan di buku lusuhnya satu persatu mulai terwujud. Meski banyak rintangan dan jurang yang mencekam untuk menggapai keinginannya itu.
Terlihat jelas oleh netranya saat semua tamu undangan menyambut Naya dengan meriah, ini menjadi booster bagi Naya untuk menyelesaikan tantangan pak Hamdan. Naya berjalan masuk dengan mendorong troli berisi bahan-bahan untuk masak di acara yang sangat special bagi bosnya.
Kedua bola mata Syeril membulat saat melihat cobek yang ia lempar ternyata kembali utuh. Ia semakin geram dan tidak suka dengan Naya yang tampil di depan tamu-tamu undangan.
"Liat aja Lo Naya!" geram Syeril.
"Wah masak apa nih Naya?! Boleh dong kasih bocoran sama kita!" ledek MC menghangatkan suasana.
Dengan ramah Naya menjawab, "Boleh-boleh ka," sambil menyiapkan bumbu-bumbu masak Naya menjelaskan apa saja menu yang akan dihidangkan.
"Ah menu yang menyenangkan, seperti menu di luar negeri ya! Emm boleh tanya gak, itu ko masih pake cobek kuno seperti itu? Kan sekarang udah ada blender, kenapa gak diblender aja?" tanya MC lagi.
Tanpa ragu Naya menjelaskan asal-usul cobek yang ia pakai saat itu, dengan cerita Naya tak sedikit orang yang menangis sedih karena ceritanya. Tak sedikit pula orang yang mengabadikan momen itu dengan memvideokan aktivitas Naya.
Usai menyiapkan bumbu-bumbu masakan, Naya menyiapkan air untuk membuat pudding terlebih dahulu. Agar bisa tersaji dingin dan semua orang bisa menikmatinya puddingnya.
Dua panci berisi air disimpan di atas dua kompor yang berdampingan. Tak lupa ia pun memasukkan agar-agar putih pada kedua panci yang airnya sudah memanas. Dengan lihai Naya memasukkan susu cair, gula pasir, juice aprikot pada panci A, santan, dua putih telur, dan margarin pada panci B.
Semua bahan yang ia butuhkan pun dibuatnya dengan step-step yang santai, tidak terburu-buru. Sehingga kocokan telur putih mengembang dengan sempurna.
Dito semakin bangga pada sahabatnya ini, ia benar-benar tak menyangka jika Naya seberani itu untuk masak di depan orang banyak.
Setelah menyelesaikan kedua pudding, Naya menuangkan pada wadah besar dan memasukkannya pada freezer yang tersedia di bawah troli.
Di tengah-tengah Naya masak, abang MC tidak pernah tertinggal untuk terus mengajak Naya berbicara. Naya benar-benar harus membagi fokus pada masak dan pertanyaan yang sejak tadi diajukan MC.
"Pak, masih jomblo kah Naya itu?!" tanya salah satu pria tamu yang berada di dekat pak Hamdan. Pertanyaan tamu pria ini terdengar jelas oleh Dito yang ada di belakangnya.
"Masih, tapi sih gak tau juga ya. Karena waktu dia ngasih makanan ke ruanganku, ada pria muda yang gayanya ya ... lumayan lah!" ucap Pak Hamdan dengan jelas.
Dito sedikit menggeram, jika saja di depannya itu bukan pak Hamdan, mungkin ia sudah menerkamnya menjadi santapan malam.
"Boleh lah pak dijodohkan dengan saya!" ucap pria itu lagi.
"Bisa diatur! Nanti kita bicarakan."
Dito semakin menggeram, jantungnya mendebug ingin keluar untuk menghantam kepala pak Hamdan.
"Bisa-bisanya pria tengil ini minta dijodohin sama Naya, mikir dong!" batin Dito yang padahal kegantengannya terkalahkan oleh pria yang ada di depannya sekarang.
"Sepertinya ini kesempatan gue buat jauhin si Naya sama pria yang disebut sahabatnya itu, dengan begitu kesetiaan sahabatnya itu gak akan terlihat lagi sama si Naya. Setelah jauh, hemmm bisa-bisa gue habisin tuh si mama muda!" batin Syeril saat pembicaraan pak Hamdan dan pria muda tadi sampai ke telinganya.
Tiba-tiba Mauren menangis, membuat semua tamu menatap Dito yang berusaha menenangkannya. Naya pun melirik, dengan cepat ia menghampiri Dito dan memintanya untuk memberikan Mauren kepadanya.
"Tapi kan Lo lagi masak Nay, lagi diliatin banyak orang itu!" gerutu Dito.