Tanpa rasa malu Naya meminta izin pada pak Hamdan yang ada di depan Dito, ia menggendongnya setelah diberi izin.
Pria muda yang ada di samping pak Hamdan sedikit terkejut ketika melihat Naya menggendong Mauren. Ia berpikir apakah Naya itu seorang janda yang ditemani pria di hadapannya?
Tidak hanya pria muda tadi, semua tamu undangan pun keheranan dengan Naya yang menggendong seorang bayi.
"Bisa masak sambil gendong bayi?"
"Aku paling ribet kalau gendong bayi sambil masak seperti itu, mending aku titipin deh sama suami."
"Wah ternyata Naya itu udah punya bayi ya, kirain masih gadis."
"Hebat banget Naya, kasih sayangnya keliatan banget."
Berbagai macam komentar diucapkan tamu undangan, ini baru pertama kali mereka melihat chef menggendong bayi.
"Pak, katanya masih jomblo. Tapi ko gendong bayi, di belakang itu mungkin suaminya! Kalau Naya janda, berarti di belakang itu calon suaminya!" bisik pria muda yang ada di samping pak Hamdan.
"Hus, jelas-jelas Naya masih gadis. Di belakang itu sahabatnya," Jawab pak Hamdan dengan bisikan yang masih terdengar oleh Dito.
Mendengar itu Dito langsung menyunggingkan senyumnya.
Naya terlihat sangat lihai meskipun sambil menggendong Mauren, tidak ada rasa malu atau gengsi dalam dirinya. Ia masih tetap akan membuktikan pada pak Hamdan jika dirinya profesional ketika memasak, meskipun membawa Mauren.
Abang MC semakin menggoda Naya yang terlihat keren di kacamatanya, ia benar-benar tak menyangka jika Naya sehebat itu.
Menatap dengan keterpukauan, semua tamu pun mengabadikannya di handphone masing-masing. Mereka semakin takjub saat Naya menyelesaikan masakannya seorang diri tanpa bantuan siapapun.
"Yeahh! Yang ditunggu-tunggu akhirnya sudah di depan mata. Kepada pak Hamdan yang terhormat, silahkan mencicipi masakannya!" ucap MC saat Naya menghidangkan semua masakannya ke atas meja bulat nan lebar.
Dengan senyuman manisnya, pak Hamdan bangkit lalu mengambil sendok dan piring kecil.
Naya menatap pak Hamdan yang akan mencicipi masakannya, jantungnya pun berdebar kencang tak bisa terelak lagi. Semua tamu undangan menunggu reaksi pak Hamdan, hingga MC pun menatap pak Hamdan dengan sorotan penuh.
"Rasanya ko aneh?!" gumam pak Hamdan yang terdengar oleh semua tamu undangan karena microfon berada di dekatnya.
Gumaman pak Hamdan barusan tentu menjadi serangan ringan bagi Naya. Ia pun menjadi ragu akan hasil masakannya. Dan ternyata benar, masakan Naya tidak enak sama sekali. Pak Hamdan memuntahkan makanan yang ia makan ke atas piring yang dipegang.
"Rasanya aneh, yang ini asin pula!" ucap Pak Hamdan dengan terang-terangan.
Semua tamu undangan terkejut, terlebih Naya yang memasak. Dito pun terheran-heran dengan keanehan ini, ia rasa Naya tidak melakukan kesalahan apapun.
Karena emosi, pak Hamdan menyuruh Naya agar mencicipinya. Wajah yang aneh pun terlihat di sana, Naya mengakui rasa dari dua makanan itu berantakan. Tidak ada yang lezat satu pun.
Untuk meminta maaf, Naya menawari dua pudding yang sudah di buatnya. Agar lidah pak Hamdan kembali membaik, setelah mencicipi makanan yang tidak lezat.
"Aaa … " pak Hamdan menganga setelah memakan pudding yang sudah di dinginkan.
Naya khawatir, apa yang pak Hamdan lakukan ini benar-benar membuatnya kebingungan.
"Pedes, pedes! Hah… air!" ribut pak Hamdan.
MC langsung memberikan air minum dan Naya perlahan mencicipi pudding yang dimasak olehnya beberapa jam yang lalu.
"Pedes? Iya, ko bisa pedes gini ya?!" batin Naya keheranan.
Hatinya semakin semrawut tak terelakan, menerima kenyataan dengan penuh keraguan. Naya melirik Dito, Dito pun menatapnya kasihan. Ia berusaha untuk menghampiri Naya, namun Naya melarangnya dengan gelengan kepala yang sangat pelan.
Suasana menjadi sangat kacau saat pak Hamdan memarahi Naya, ia bilang Naya sengaja memasak dengan buruk karena ingin mempermalukannya di hadapan para tamu. Naya mengelak, ia berusaha membela dirinya sendiri yang merasa tidak salah. Dito pun sudah sangat ingin menghampiri Naya dan membelanya di hadapan semua orang.
Naya memejamkan kedua matanya sambil memeluk erat tubuh Mauren saat pak Hamdan memecahkan semua hidangan yang dibuat Naya satu persatu. Hancur hati Naya, air matanya menetes menyusuri kulitnya yang putih dan bersih.
MC pun tak bisa menghentikan amarah pak Hamdan, karena dirinya merasa tak berhak sebagai bawahan. Membiarkan kejadian itu terjadi, dan tetap menunduk ketika pak Hamdan ngamuk.
Di tengah keributan dan kondisi Naya yang sangat hancur, di sana ada seorang wanita yang tersenyum bahagia. Merasa dirinya menang dan berhasil membuat Naya menderita. Syeril! Ya, Syeril lah pelakunya! Jika langkah pertama menghancurkan cobek milik Naya tak berhasil, langkah kedua ini ia bisa tertawa dengan sangat puas.
Syeril menukarkan bubur putih dengan garam dan gula, dua macam bubuk putih itu sangat mirip dengan garam dan gula. Entah dari mana Syeril mendapatkan bubuk itu, otaknya berputar untuk menjatuhkan Naya. Bukan hanya itu, ia menaburkan obat gatal pada bubuk yang sudah ditukarkan. Obat gatal itu akan bereaksi beberapa jam setelah memakannya. Jika seseorang memakan obat gatal itu, tubuhnya akan bintik-bintik dan terasa perih.
"Rasain Lo mama muda!" gerutu Syeril dengan tatapan sinis.
Merasa keinginannya terpenuhi, Syeril perlahan pergi menjauhi semua orang. Ia berusaha kabur sebelum Dito mencurigainya, jika itu terjadi Syeril akan ikut terlibat pada amarah pak Hamdan.
Keadaan semakin memanas, amarah pak Hamdan tak bisa tertahankan. Sampai-sampai Mauren menangis karena suara pak Hamdan yang sangat keras. Naya menunduk tak bisa melawan, ia hanya bisa menangis dan menenangkan adiknya.
Di dal hatinya ia terus merengek pada sang ibu, mencurahkan semua kesedihan yang menimpanya. Naya rasa dirinya sudah memasak dengan sangat baik, tapi entah kenapa rasanya jadi aneh seperti apa yang dikatakan pak Hamdan.
Melihat Naya diteriaki beberapa kali, Dito tak tahan untuk menyerang kembali. Dito maju dengan cepat dan membela Naya. Naya sudah menarik baju Dito, tapi Dito kekeh untuk kembali memarahi pak Hamdan.
Muak dengan Omelan pak Hamdan, akhirnya Dito mengambil cobek peninggalan ibu Naya dan menarik tangan Naya yang masih terhalang oleh baju panjangnya. Naya tak bisa menolak karena kondisi hatinya yang sangat hancur.
Semua tamu undangan menatap penuh pada Naya dan Dito, terlebih pria muda yang tadi menanyakan Naya pada pak Hamdan. Acara terakhir ini terlihat sangat berantakan, makanan berserakan di mana-mana. Semua orang pun segan dan takut dengan amarah pak Hamdan. Sampe-sampe tidak ada yang berani bicara selain dirinya.
"Pria tua berjuta emosi! Gak bisa apa dia saring amarahnya?! Emang dia paling kaya apa di sini? Merasa kaya, lupa akan etika!" ketus Dito saat mereka sudah ada di depan hotel.
Di balik pohon yang ada di taman, Syeril mengintip mereka berdua. Ia tersenyum lebar dan merasa puas. Ia pun merasa dirinya hebat, "Sebentar lagi Naya akan pergi dari pekerjaannya!" gumamnya licik.
Melihat Naya terus meneteskan air matanya, Dito menenangkan sahabatnya itu dan mengambil alih Mauren. Mereka duduk dan mencoba menerima kenyataan.
"Naya, kamu gak papa kan?!" tanya Syeril membuat Naya dan Dito saling tatap.