Chereads / Chef Cobek / Chapter 36 - DIFITNAH AYAH KANDUNG

Chapter 36 - DIFITNAH AYAH KANDUNG

Bukannya menanyakan kabar dan kesehatan kedua anaknya, Daris datang hanya untuk meminta uang. Padahal Naya belum mendapatkan pekerjaan tetap dan masih sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan itu.

"Berapa, ayah?!" Tanya Naya sambil terus menimang Mauren yang sudah mulai rewel.

"Lima belas juta!" 

Sontak Naya terbelalak kaget, dadanya pun sampai sesak ketika mendengar itu. Kemudian ia menggeleng cepat menjawab jika dirinya tidak punya uang sebanyak itu. Uang gajinya pun sudah dipakai untuk pengobatan Dito, membayar kosan, kebutuhannya beserta Mauren, dan sebagian lainnya ditabungkan untuk kebutuhannya di dunia dan akhirat.

"Bohong, kamu! Bukannya tuan Seno sudah tidur denganmu? Pasti uangmu banyak sekarang, kebutuhanmu pun pasti sudah sangat tercukupi." Ucapnya tanpa pikir panjang.

Sangat sakit. Ucapan yang tidak seharusnya diucapkan, malah diucapkan oleh ayah kandungnya sendiri. Naya tidak habis pikir ayahnya bisa menuduh anaknya sebagai wanita yang murahan. Hingga air matanya menetes membasahi pipi putihnya.

Raganya terasa rapuh, apakah dirinya se hina itu di depan ayahnya sendiri? 

"Tidak usah menangis, memang benar seperti itu bukan?! Di awal pertemuan kalian kemarin, tuan Seno memberikan kode kepadaku dengan satu kedipan matanya. Tentu aku tau itu, karena aku pun seorang pria yang memiliki nafsu." Ocehnya lagi yang membuat hati Naya semakin sakit.

Naya menunduk, ia menatap Mauren dan menyempatkan berdoa agar adiknya itu tidak mengalami kehidupan yang sesakit itu. Ia pun menyeka air matanya, "Maaf ayah, Naya pamit harus ke dapur." Tinggallah Daris seorang diri di ruang depan itu.

Seno yang mendengar Isakan tangis dari Naya itu langsung menghentikan makannya dan menghampirinya di depan wastaple.

"Kamu menangis?!" Tanya Seno yang tubuhnya langsung didorong paksa oleh Naya. 

Setelah mendengar ucapan ayahnya tadi, ia menjadi semakin benci dan kesal terhadap Seno yang memiliki niat busuk. 

"Mulai dari sekarang, sebaiknya kamu menjauh dariku. Jangan pernah mendekat atau pun bertanya. Apapun itu." Tegas Naya yang langsung membuat Seno semakin keheranan.

"Apa salahku, Naya?!" Tanya Seno. 

Tapi pertanyaan itu tak langsung dijawab oleh Naya, karena Daris datang lagi menghampirinya. Naya menunduk, lalu ia menangis setelah membalikkan tubuhnya ke arah wastaple.

Seno menoleh ke arah Daris, ia menaikkan pundaknya sebagai pertanda dirinya bertanya apa yang terjadi.

"Tidak, tuan! Permisi." Daris tak mau jika dirinya memeras anaknya yang belum punya pekerjaan tetap. Ia pun tak mau kena hantaman kuat dari Seno karena membocorkan kodeannya dulu ketika awal bertemu dengan Naya.

Seno menggaruk kepalanya kesal, makan siangnya menjadi hancur lebur gara-gara Daris. Ingin sekali ia membujuk Naya, tapi Naya sudah memberikan ultimatumnya jika dirinya tidak boleh mendekatinya lagi.

Tapi Seno akan mencobanya lagi, "Naya!!" Panggil Seno dari belakang. 

"Pergi!!" Teriak Naya yang langsung pergi ke kamar menjauhi Seno.

Naya nangis tersedu-sedu di dalam kamar, ia mencurahkan kesedihannya itu kepada cobek pemberian ibunya. Mauren yang tidak mengerti apa-apa hanya bisa menatap Naya dengan tatapan penuh intaian.

"Sialan!" Geram Seno yang juga ikut pergi dari dapur.

Naya tidak bisa menyelesaikan masak empat menu. Ia hanya bisa menyelesaikan tiga menu karena kejadian tak terduga menghampirinya. Tapi meskipun begitu, Naya akan mencoba latihan masak lagi di kesempatan berikutnya.

Di sore harinya, Naya terbangun setelah sakit dan tangis menderanya. Ia baru teringat jika dirinya harus datang menemui Dito dan membawakannya masakan. Dua menu untuk Dito akhirnya disiapkan setelah semua persiapan selesai dilakukan. Naya mulai melangkah pergi menjauhi kosannya.

Kali ini Naya memaksakan diri agar tidak meminta bantuan kepada Seno. Ia sudah menyatakan jika Seno tidak boleh mendekatinya lagi, dengan begitu dirinya pun tidak boleh sembarangan menghubungi Seno.

Setibanya di ruangan Dito, Naya langsung menuangkan sup matahari yang ia buat kepada Dito. Melihat itu, orang tuanya pun ingin ikut makan malam. Akhirnya mereka makan malam bersama.

"Bentar. Gue baru sadar mata Lo bengkak banget, kenapa?!" Tanya Dito yang langsung membuat Naya menunduk.

"Jawab, Nay!!" Tekan Dito.

Naya masih belum mau menjawab, perkataan ayahnya tadi sing membuat hatinya begitu rapuh. Tapi, jika tidak diceritakan ia tidak memiliki lagi keluarga yang menjadi tempat untuk mencurahkan segala isi hatinya.

"Cerita, Nak. Jangan ragu, kamu sudah seperti anak ibu sendiri. Ayo cerita!" Ucap bu Asih dengan elusannya yang sangat lembut.

Naya berusaha kuat untuk menceritakan itu semua, ia menatap orang-orang yang ada di sana satu persatu.

"Ayah menuduh Naya sudah melakukan hubungan terlarang, Bu. Terus … " ucapannya tergantung karena ia tak tahan mengungkapkan perkataan ayahnya lagi. Terlalu sakit difitnah oleh ayah kandung sendiri.

Dito dan kedua orang tuanya langsung berekspresi syok. Mereka menggeleng tak percaya dengan apa yang dilakukan ayah Naya. Sampai-sampai pak Hendrik--ayah kandung Dito–meremas kuat kedua tangannya. 

"Apakah tuduhan itu disertai bukti?!" Tanya pak Hendrik.

Naya menggeleng, "Tidak. Tapi ketika pertama bertemu dengan Seno itu, ayah bilang Seno memberikan kode jika dirinya akan melakukan hal yang senonoh tadi." Dada Naya terasa semakin sesak. Beberapa kali ia menyeka air matanya dan berusaha menarik nafas agar tidak terasa sesak.

"Kapan pak Daris datang?! Dan apa tujuan dia datang selain menuduh seperti itu?!" Tanya Dito dengan nada kesal.

Naya terdiam, lalu ia mengambil air minum beserta tissue untuk mengelap ingus dan air matanya.

"Tadi siang habis pulang dari pasar, gue langsung latihan masak. Terus tiba-tiba, ayah masuk di sela-sela kita lagi makan. Dikira mau nanyain kabar, ternyata mau minta uang 15 juta." Naya kembali memotong ucapannya.

"Bentar, bentar, kita? Lo makan sama siapa?!" Sahut Dito yang lagi duduk.

"Bentar, gue belum selesai cerita." Tegur Naya. Akhirnya Dito pun memberikannya lagi kesempatan untuk berbicara.

"Terus kamu kasih uang itu?!" Tanya Bu Asih.

"Engga Bu, Naya kan gak punya uang. Terus ayah malah nuduh yang tadi, ayah bilang aku punya uang karena sudah berbuat tidak senonoh itu dengan Seno, lalu Seno membayarku." Lanjut Naya.

"Bener-bener, Daris! Bukannya nafkahin anak, malah malakin anak." Pak Hendrik geleng-geleng kepala.