Tanpa berlama-lama Seno pergi dan mengerahkan belasan bodyguard-nya. Tatapannya mengarah ke depan, ia akan pukul habis orang yang berani melukai Naya.
Di sisi lain, Naya tertunduk lemah dengan Mauren yang sudah tidak ada lagi di pangkuannya. Ia belum menyadari itu karena sejak tadi ia pingsan.
Orang-orang yang tadi menarik Naya ke dalam mobil masih stay di sana. Ia terus menatap Naya dengan intens, mereka berharap agar Naya segera sadar dari pingsannya.
"Jika wanita ini belum sadar juga, terus si bos udah dateng, bisa-bisa kita kena amukan." Keluh salah satu pria yang memakai anting berukuran besar.
"Yailah, emang Lo kira cuma amukan aja?! Si bos pasti bakal nyakar kita. Tau kan waktu kita gagal dalam mencari target beberapa bulan yang lalu?! Nih, masih ada bekasnya!" Sahut seorang pria lagi yang memakai kalung rantai yang terbuat dari besi. Ia menunjukkan lengannya yang memang terlihat dengan jelas bekas cakaran yang sudah mengering.
"Lagian, pacarnya itu gak mau ketemu si bos. Jadi wanita ini kan yang kena imbasnya," sahut yang lain.
"Tapi jujur sih, cakepan wanita ini daripada si bos!" Celetuk pria yang memakai kalung tadi.
Beberapa tamparan kecil sampai di pipinya, mereka menyuruhnya diam agar bos mereka tidak mendengar itu.
Kemudian mereka terdiam saat suara sepatu dari arah belakang terdengar semakin jelas. Mereka yakin jika suara itu adalah suara ketukan high hills bosnya.
"Apa kalian gak salah tangkap?!" Tanya seorang wanita yang memakai rok mini.
Semua pria di sana tertunduk, lalu salah satu dari mereka mengatakan jika mereka menangkap wanita yang tepat sesuai dengan suruhan bosnya.
"Bagus!"
Kemudian wanita yang memakai rok mini ini berjalan dengan sangat dibuat-buat, ia gembira akhirnya bisa mendapatkan wanita yang menganggu hubungannya bersama Seno.
"Hmmm … ternyata cantik juga!" Ucapnya saat dirinya mengangkat wajah Naya dengan jari telunjuknya.
Di sana pria yang tadi menggosip menertawakan pengakuan bosnya. "Tuh kan gue bilang apa, wanita yang kita tangkep itu bener-bener cantik. Si bos aja ngaku, masa kita yang laki-laki normal gak ngaku." Bisik pria yang memakai kalung.
Teman-temannya yang lain mengangguk paham, mereka pun memang menyadari itu. Tapi mereka takut jika bosnya tau dan akan dibantai habis-habisan.
"Pantes sih kalau pacarnya si bos berpaling ke cewe berhijab ini." Bisik pria satu lagi.
Ocehan mereka langsung diam saat bosnya menarik kursi yang ada di seberangnya. Wanita ini duduk dan menatap lekat wajah Naya.
"Lo udah ganggu Seno. Lo pantes dapet penderitaan yang gak bakal dilupain. Penderitaan, rasa malu, itu semua akan gue kasih gratis buat lo!" Ucapnya penuh yakin.
"Bukan Clara namanya jika musuhnya saja masih berkeliaran dengan bahagia." Lanjutnya.
Ketika itu juga Naya mulai sadar, ia membuka kedua matanya dengan penuh tanya. Ruangannya samar terlihat, hanya ada satu lampu yang dekat dengannya. Hanya dirinya dan wanita di hadapannya yang terlihat.
"Ka-kamu siapa?!" Tanya Naya ragu.
"Oh, hai!! Gue Clara. Kekasih dan calon istri dari Seno!" Jawabnya dengan sangat angkuh.
Mendengar nama pria itu membuat telinga Naya terasa nyeri. Apalagi mengingat ucapan ayahnya yang memang Seno memiliki niat jahat terhadapnya.
"Mauren?! Di mana Mauren?!!" Tanya Naya yang baru saja menyadari jika Mauren tidak ada di pangkuannya.
Mendengar kekhawatiran itu Clara langsung tersenyum menyungging. Ia sangat menyukai ekspresi Naya yang seperti itu. Dan untuk memuaskan dirinya sendiri, ia akan berbuat lebih terhadap Naya dan adiknya.
"Lo gak usah khawatir, karena Mauren sedang bersama orang yang tepat. Dia sedang bersama chef handal saingan terberat Lo!"
Kedua alis Naya berkerut, "Chef?!" Tanyanya heran. "Apa yang kamu maksud itu adalah chef Catrin?!" Lanjutnya.
Clara menggeleng, "Bukan, bukan. Chef ini lebih handal dari chef mana pun. Dan Lo gak usah tau dia siapa." Kecamnya.
Naya menunduk, kekhawatirannya akan Mauren berubah menjadi kekesalan. Dadanya kembang kempis dengan cepat karena nafsunya yang terus menggelora.
"Lo marah? Kesal? Hhha … yang ada gue yang marah sama Lo! Lo udah ngehancurin hubungan gue sama Seno, Lo udah ngegagalin lamaran gue sama dia. Lo penghancur! Lo pelakor!!" Hina Clara sambil terus memukul Naya dengan tas nya.
Naya menahan rasa sakit itu, ia berusaha untuk melawan tapi terhalang oleh tali yang mengikatnya dengan sangat kuat.
"Eh, Lo mau kemana botak?!" Pria ber-anting besar menarik pria berkalung besi yang juga kepalanya botak.
"Gue mau nolong cewe cantik itu. Si bos berlebihan nyiksanya!" Jawab pria berkalung besi.
"Heh, bodo lu ya. Kita di sini dibayar sama si bos. Lo jangan main nolongin cewe cantik gitu aja, mentang-mentang dia cantik. Lo main nyosor aja." Omel pria ber-anting.
"Bukan gitu bang. Dia itu sholehah, kasian gue." Lanjutnya.
"Halah, tau apa Lo sama orang Sholeh. Inget pekerjaan woy, kita itu penjahat. Penjahat gak dituntut untuk baik!" Kesal pria ber-anting.
Tiba-tiba mereka terkejut ketika Clara melempar balok kayu ke arahnya. Beruntung di depan mereka ada tong yang dapat melindungi dari amukan bosnya.
"Diem Lo semua! Gue cabut gigi Lo satu persatu, baru tau rasa. Mau?!" Clara marah besar.
Semua pria yang ada di sana menggeleng cepat. Tentu mereka takut karena uang gajinya belum ada di tangan mereka sendiri. Jika sudah, mungkin gigi Clara yang akan dicabut satu persatu.
Keramaian di rumah kosong tak kalah ramai dengan yang ada di jalanan. Mobil Seno di ekori sepuluh mobil Fortuner keluaran terbaru yang sudah dirancang anti peluru. Keamanan di mobilnya pun tak kalah hebat dari mobil-mobil bodyguard-nya. Ia menyimpan beberapa tempat dan tombol yang memiliki banyak fungsi. Dan semua orang tida mengetahui itu.