Chereads / Chef Cobek / Chapter 35 - BOS PERUSAHAAN YANG SANGAT MANJA

Chapter 35 - BOS PERUSAHAAN YANG SANGAT MANJA

Udahlah ke sini cepetan. Kasihan mami gue mau istirahat." Dito beralasan. Tapi alasan Dito itu langsung kena pukulan oleh Bu Asih. Ia tak mau jika ucapan anaknya itu malah memberatkan Naya. Padahal dirinya sama sekali tidak mengatakan atau menyuruh apapun kepada Naya.

"Jangan dengarkan dia, Nay! Lanjutkan saja latihan masakmu itu, ibu mendukungmu, nak. Biarkan ibu di sini, menjaga sahabatmu yang tak tau malu." Teriak Bu Asih lagi yang langsung membuat Dito kesal sendiri.

Tanpa berpikir panjang, Naya pun mengakhiri panggilannya setelah memutuskan untuk melanjutkan latihan masaknya. Meskipun sedikit mencuekkan Dito, tapi ia sudah meyakinkan di dalam dirinya akan datang ke rumah sakit dengan membawa dua menu.

Ingin segera selesai, Naya memasak menu kedua. Yaitu pecak terong bakar. Terong ini adalah terong ungu yang biasanya di balado atau dibakar biasa. Tapi kali ini Naya ingin memasak yang beda. Sebelumnya ia pun mempelajari resep itu dari buku-buku, dan sebagian lainnya dari google. 

"Mauren, kali ini kita masak terong pake santan ya, sayang. Terong ini pun akan dibakar, cuma dibakarnya tidak seperti biasa. Kita harus memenyetkan terong ini terlebih dahulu, setelah itu baru deh kita bakar." Jelas Naya pada Mauren yang tidak paham dan hanya bisa berkata 'nya, nya, nya.' itu.

Memasak pecak terong bakar ini sangatlah sederhana dan mudah dilakukan. Asal kita mau memenyet terong dan membakarnya, pecak terong bakar pun siap dihidangkan untuk orang-orang terdekat kita.

Ketika menuangkan santan dan air, pintu kosan Naya diketuk beberapa kali. Naya langsung mengeceknya dan ternyata itu adalah ibu kosan. Ia datang untuk menangih uang kos yang selama dua bulan ini belum dibayar. 

Beruntung simpanan dari gajinya masih ada, ia langsung melunasi uang kosan selama dua bulan ini. Ibu kosan pun terlihat sangat bahagia. Bagaimana tidak?! Ia harus menyekolahkan anaknya yang sekarang baru akan masuk ke jenjang SMP. Tentu pengeluaran pun akan sangat banyak untuk anak tercinta.

"Makasih ya, Nay! Ibu doain semoga kamu bisa mendapatkan pekerjaan tetap dan bisa menang di perlombaan nanti." Ucap ibu kosan yang memang sudah tau Naya menjadi salah satu dari peserta yang ikut lomba masak nasional itu.

"Aamiin, Bu. Terimakasih doanya. Ibu juga semoga sehat dan bahagia terus ya, Bu." Naya memberikan doa balik.

Di tempat yang berbeda, Seno sedang mengawasi pembangunan gedung baru untuk perusahaannya. Perutnya terasa lapar di siang hari yang panas terik seperti itu, ia mencari restoran sebagai tempat makannya siang ini.

"Kenapa gak ke kosan Naya aja ya?!" Gumam Seno yang langsung berjalan cepat menaiki mobilnya.

Di empat hari belakangan ini Naya sering pulang lebih cepat, sehingga Seno tidak makan siang dengan lauk yang dipasak oleh Naya. Pantas saja dirinya sangat merindukan masakan Naya.

Di kosan, Naya kembali melanjutkan masakan ketiga. Ia akan membuat talua barendo. Sedikit aneh, dan Naya pun tentu aneh dengan menu satu ini. Tapi ia tetap mencobanya. 

"Bentar, apa sih Talua barendo itu?! Udah nulis terus beli bahan-bahannya malah gak tau apa itu Talua barendo. Pernah nyari sih, tapi lupa." oceh Naya sambil meraih handphone-nya dan mencari menu talua barendo di google.

"Oh Talua barendo itu telur. Telur berenda! Aihh, aku kira apa." Naya jadi malu sendiri. Ia terus menggeleng kepalanya merasa keterlaluan dengan ketidaktahuannya itu.

Akhirnya Naya pun mulai memasak menu yang ketiga, Talua barendo. Talua barendo yang didominasi oleh telur ayam.

Tapi tiba-tiba Seno masuk ke dapur. Membuat Naya terkejut, bahkan hampir menampar wajah yang ada di hadapannya itu tiba-tiba.

"Seno!!!" Teriak Naya dengan matanya yang membulat sempurna.

"Hhehe … " Seno hanya memberikan cengirannya.

"Mau ngapain?!" Naya jaga-jaga.

Pertanyaan itu langsung dijawab oleh perut Seno. Suara itu sangat khas bagi orang yang sedang kelaparan. Membuat Naya menahan tawa dan langsung membalikkan tubuhnya.

"Aku lapar, Nay!" Ucap Seno yang masih ada di belakang Naya.

"Terus?!" Naya kembali ketus.

"Ya, terus … aku mau makan masakan kamu. Udah empat hari ini aku gak makan masakan kamu, Nay! Plis aku mohon beri aku makanan." Bujuk Seno.

Naya mendecih dengan kemanjaan Seno, bahkan ia bergerutu kesal karena Seno yang sebagai bos di perusahaannya sendiri malah menjadi pria manja di dekatnya.

"Nay! Plis!!" Rengek Dito.

"Duduk!" Titah Naya yang perlahan berubah pikiran karena merasa kasihan melihatnya seperti itu.

Seno pun langsung duduk. Ia menunggu Naya dengan penuh kesabaran.

"Tunggu. Masih ada satu lagi menu. Jadi aku harus buat dulu satu menu ini." Ucap Naya tanpa menoleh ke arah Seno yang sedang sabar menunggu di meja makan.

Jari-jari Seno terus mengetuk meja makan, ia sudah tidak tahan lagi ingin makan siang dengan lauk yang dibuat Naya. Tapi ketukan jari itu terhenti ketika mendapat telepon dari seseorang.

"Daris?!" Panggilnya yang jelas terdengar oleh Indra pendengaran Naya.

Naya menoleh ke arah Seno, ia menatap Seno dan perlahan mendekatinya.

"Jangan diangkat!" Tahan Naya.

Seno yang sudah mengangkat handphone-nya itu kembali menyimpan benda tipis itu dengan yakin. Ia tak mau membantah Naya, padahal sikap aslinya tidaklah seperti itu. 

"Beneran ini, gue gak pernah bisa nolak kalau Naya yang nyuruh atau ngelarang. Entah ada apa di dalam diri cewe satu ini, gue benar-benar ngerasa tentram dan selalu damai ketika berada di sampingnya." Seno membatin.

Tak lama dari itu, ketika Naya sedang menemani Seno makan, pintu kosan Naya dibuka paksa oleh seseorang. Dan ternyata orang itu adalah Daris. Ayah kandung Naya yang selama ini selalu menyakiti hati Naya.

"Ayah?!" Panggil Naya lirih.

Bukannya menatap Naya, Daris malah terpaku dan sangat kaku ketika melihat Seno ada di sana. Tiba-tiba ia langsung menunduk hormat setelah kesadarannya kembali penuh.

"Tu-tuan!" Lirih Daris sambil tersenyum kaku.

"Ngapain?!" Tanya Seno sewot. 

"Ada keperluan sama Naya, tuan!" Ucap Daris yang langsung menarik Naya ke ruang tengah.

l