Eric masih merasa terpukul, dia mengbaikan seluruh kegiatannya. Mulai dari pekerjaan, teman-teman barunya termasuk Jeje. Jeje yang tidak tahu kenapa Eric menghilang mencoba menghubungi Eric tapi hasilnya nihil. Komunikasi mereka terputus begitu saja.
Eric banyak diam di kamarya, merasa paling bersalah atas kematina kedua orang tuanya. Mia merasa iba dengan sikap adiknya tersebut. Dia tidak dapat mendiamkan Eric begitu saja. Karena bagaimanapun kelarganya tersisa Eric saja.
Mia mendekati Eric, "Ric …," tegurnya pelan. Eric menolehnya sebentar dengan tatapan kosong, kemudian mengalihkan pandangannya. "Ric, sudahi sedihmu. Sudah cukup kamu berdiam diri, saatnya kamu kembali pada kenyataan."
"Aku gak bisa Kak," lirih Eric dengan matanya yang sendu.
"Kenapa gak bisa?"
"Aku yang buat keadaan menjadi seperti ini Kak. Bagaimana aku bisa memaafkan diriku sendiri?"