Disha meletakkan tas selempangnya lalu jongkok di depan kursi roda Ines. "Aku heran deh, beberapa hari ini kamu suka banget kalau berada di jendela ini sambil menatap keluar. Napain sih? Mau lihat apa kamu? Mau jalan-jalan, hm?" tawarnya dengan binar mata.
"Nggak usah, aku mau di sini aja. Di sini udah mewakili pemandangan luar kok."
"Mikir apa lagi, sih? Masih soal anak, suami, dan keluarga?"
Cih!
Kenyataannya mau sesering apa pun Disha menguatkan, sedalam apapun kata-kata yang Disha sampaikan, hal itu tak akan pernah mengubah mindset Ines bahwa ia bukanlah wanita sempurna yang mungkin saja tak bisa memiliki keturunan hingga akhir hayatnya.
"Nggak kok. Aku cuma terharu aja tadi lihat keluarga kecil bahagia di taman depan. Jadi pengin, tapi aku baru ingat sama keadaan aku sekarang. Kalau aku ternyata nggak segampang itu mau punya keluarga," kekehnya di ujung kalimat yang langsung ditanggapi muka datar Disha.