"Adisha Aznan."
"Ada."
"Fristin Selvia."
"Ada, Kak."
"Yang terakhir, Zhealinda Hana."
"Ada, Kak."
Sahutan-sahutan itu berasal dari para siswa di Gema Buana Modeling School ketika diabsen oleh instruktur mereka.
Ines hari ini bertugas bersama seorang model dari agensi sebelah yang tak kalah cantik, Geby namanya.
"Langsung saja, yang tadi di panggil silahkan mencontohkan pose runway versi kalian terlebih dahulu seperti yang tadi dilakukan temen-temen yang lain."
Ketiganya menuruti perintah Geby. Model yang tak kalah profesional itu memang cukup piawai dalam bidangnya, bahkan Ines pun mengaguminya.
Pose runway yang mereka ajarkan di reguler class ini merupakan makanan sehari-hari dari pekerjaan yang mereka lakoni. Maka tak heran meski di tengah jadwal padat pemotretan agensi, keduanya tetap mau membagi ilmunya di sini.
Sebab suatu hal yang kalau berangkat dari rasa suka, mau sesibuk apapun aktivitasnya pasti akan tetap diterima.
Ketiga anak yang tengah unjuk kebolehan berpose itu merupakan kloter terakhir dari pertemuan kali ini. Selanjutnya Ines bersiap untuk memberikan evaluasi bagi keseluruhan siswa berjumlah 30 tersebut.
"Oke, jadi aku mau kasih teori basic dan sedikit evaluasi aja ya." Kata Ines lalu melanjutkan.
"Firstly, posisikan wajah kalian jangan terlalu ke atas, sebab terkesan angkuh dan malah membuat penonton di bawah panggung tak melihat wajah kalian. Jadi pandangan lurus saja ke depan dan ingat, jangan senyum ya. Karena senyuman bisa mengalihkan atensi penonton, sehingga pakaian yang kalian bawa tak dilirik oleh mereka. Tampilkan saja wajah alami kalian, senatural mungkin tanpa ekspresi namun tetap dengan pandangan tajam dan terisi."
Imbuh Ines sembari mencontohkan gerakan yang dimaksud. Beberapa materi basic juga ia tambahkan.
Tiga puluh menit berlalu. Penjelasan dari Ines mampu diterima dengan baik oleh seluruh siswa di sana. Giliran Geby kini memberi basic pose ala dirinya sendiri serta evaluasi terhadap beberapa peragaan para talent.
Tanpa diduga, sebuah tangan kekar mengelus puncak kepala Ines dari belakang. Sontak ia tolehkan kepalanya.
Saga berdiri gagah di sana. Tampak menjulang tinggi saat dilihat dari posisi Ines yang duduk di kursi dekat pintu.
Sialan! Penampilan macam apa itu? Kenapa look Saga kali ini berbeda dari biasanya? Sampai-sampai Ines mengucek matanya untuk sekedar memastikan itu betulan Saga atau bukan.
"Saga? Ngapain?"
Pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Jemput kamu."
Ines cengo di tempat. Apalagi melibat Geby serta para talent siswanya yang kini menatap ke arahnya dan Saga dengan ekspresi yang susah dijelaskan. Buru-buru ia tarik tangan Saga keluar dari ruangan.
Sampai di depan ruangan dan memastikan tak ada siapapun di lorong itu, Ines memindai Saga dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Outfit dari agensi ya? Atau punya brand yang tadi masih kamu pake?"
"Punyaku sendiri."
Suara tawa ringan malah Ines berikan sebagai respon dari jawaban Saga. "Nggak usah ngaku-ngaku, Ga. Kamu mana punya beginian?"
Ada alasan tersendiri kenapa Ines berkata seperti itu. Jangan lupa bawa semua outfit Saga selama ini adalah hasil pilihan Ines. Jadi ia tau persis pakaian pria itu dari lemari paling bawah hingga paling atas.
Style yang dikenakan Saga saat ini cukup membuat Ines terpana. Pasalnya tampilan nerdy ala korea bukanlah jiwa Saga. Dan Ines juga belum pernah merekomendasikan pakaian seperti itu sepanjang mereka membeli outfit sama-sama.
Oh, jangan lupakan kacamata bulat berdiameter agak lebar yang bertengger manis di netra tajam cowok itu.
"Serius punya aku, cantik. Baru aja beli diantar Gwiny."
"Beli? Sama Gwiny?"
Saga terkekeh. "Kenapa? Kamu cemburu?"
"Ya bukan. Kenapa beli? Emang berangkat ke agensi kamu telanjang apa gimana?"
Wanita dan mulutnya, kalau ngomong suka main srobot gitu aja, batin Saga.
"Tadi baju aku ketumpahan kopi, jadi ya dari pada pinjem agensi mending beli baru aja. Cuma kan aku nggak ngerti stylish, akhirnya Gwiny nawarin diri buat nemenin aku pilihin baju, ya udah."
Ines mengernyit heran. "Gwiny... suka sama kamu ya?"
Saga dapat membaca ekspresi tak biasa yang ditampilkan wanita cantik di depannya. Sejujurnya ia senang kalau memang Ines merasa tak suka melihat dirinya berdekatan dengan wanita lain. Tapi model satu ini susah ditebak anaknya.
"Nggak tau sih, iya kali. Dulu juga pas aku lupa bawa properti, dia sukarela mau ngambilin balik ke rumahku. Soalnya waktu itu dia lagi di studio juga dan nggak ada agenda katanya."
Jangan percaya! Saga hanya mengada-ada pernyataan soal Gwiny. Ia hanya ingin tau seperti apa reaksi Ines.
Di balik mulut licin pria, ada segudang ide brilian di kepalanya.
"Serius? Dia mau ambilin properti kamu di rumah?"
Saga mengangguk antusias guna meyakinkan ekspresi penuh heran Ines. "Cemburu ya?"
Bilang iya, Nes.
"Dih, ngaco."
Hhh sialan.
Saga hanya terkekeh. Memang salah sudah berekspektasi lebih pada wanita itu.
"Yaudah ayo ke agensi. Katanya mau bikin video klarifikasi?" Kata Saga menyudahi aksi goda.
"Kamu tunggu sini, aku mau pamitan dulu."
Wanita itu masuk kembali ke ruangan. Di sana beberapa siswa talent dan Geby memandanginya horor.
"Geb, aku titip mereka ya. Maaf nggak bisa sampai selesai. Soalnya aku mau ke agensi beresin masalah kemarin itu, kamu tau kan?" Kata Ines setengah berbisik.
"Iya aku paham kok, hati-hati ya." Senyum Geby mengembang sebagai pengantar kepergian Ines.
Saga. Dalam benak Geby tiba-tiba muncul ingatan setahun silam di mana pertama kalinya ia bertemu pria itu. Ia yakin, pria matang dengan sejuta pesona itu mampu membuat siapapun tertarik dalam sekali lirik. Tapi sayang, belum sempat ia melakukan aksi pendekatan, muncul skandal pertama kali antara Saga dan Ines. Teman kerjanya sendiri.
****
"Siniin lagi HP kamu. Nanti kalo misal salah ucap tinggal terusin aja, biar di edit sama anak kameramen. Pasti pada bisa."
Saga sedang mengutak-atik ponsel Ines di tripod. Mereka hanya berdua di sebuah ruangan kosong tempat properti yang masih longgar.
"Selamat siang teman-teman semua, baik media, fans, haters, atau siapapun di luar sana. Mohon maaf atas kegaduhan yang sempat kami buat kemarin. Saya, Ines Bethari Alvenanda."
"Dan saya, Arsaga Frezy. Kami berdua akan mengklarifikasi mengenai berita miring disertai foto yang telah beredar."
"Untuk foto memang betul adanya, saya dan Saga memang berada di sana ketika foto itu diambil. Namun, mengenai tudingan yang diberikan sama sekali tidak benar adanya."
"Kami tidak melakukan hal-hal negatif seperti yang teman-teman duga. Kami pun menyertakan bukti yang mana akan mematahkan semua tudingan buruk kalian terhadap kami."
"Kepada CLOUDS MANAGEMENT, saya dan Saga telah mengklarifikasi tentang kabar ini dan mendapat support dari pihak agensi setelah kabar itu terbukti hoaks."
"Oleh karenanya, diharapkan semua pihak atau akun-akun gosip dapat menyudahi untuk sharing berita hoaks tersebut. Dengan sampainya video klarifikasi ini semoga tak ada lagi pihak yang menyudutkan atau membagikan foto-foto tentang kami lagi dikemudian."
"Terima kasih atas pengertian yang telah diberikan. Sekali lagi, berita tersebut hoaks dan kami telah menyertakan info pembenaran yang terbukti validitasnya. Saya atas nama Ines, dan teman saya Saga, berterima kasih. Selamat siang."
Seusai melakukannya mereka saling pandang lalu tertawa. Tak percaya mereka melakukan klarifikasi sepanjang skandal yang muncul sejak tahun lalu.
Keduanya tak tau, sepasang mata mengintip mereka berdua dari luar ruangan properti sejak awal mereka membuat video.