"Surprise!"
Ines terperanjat tatkala dua orang yang ia kenal berada di dalam gazebo seraya membunyikan terompet. Jason dan Disha.
Seakan paham dengan apa yang terjadi pada bosnya, Disha turun dari gazebo dan memeluk Ines hangat.
"Kejutan buat kamu."
Ines masih belum mengerti. "Da-dalam rangka apa?"
"Dalam rangka a day without Mas Saga dan double date."
Senyum sumringah terbit di bibir sang asisten. Disha sengaja tampil cantik hari ini. Mencoba berdandan kala berkencan dengan gebetan. Pasalnya, ketika masih menjadi pacar Nino, Disha tak pernah memakai make up saat mereka jalan berdua.
Ia bertekad akan belajar merias diri kemana pun ia pergi. Sejak hari di mana Nino memutuskannya saat Disha sudah tampil cantik semaksimal mungkin, ia janji pada diri sendiri untuk upgrade penampilannya. Belakangan ia belajar skincare dan outfit dari Ines.
Diputusin gara-gara kalah penampilan itu nggak enak banget sobat.
Oleh karena itu, perlunya upgrade diri ketika kita tak lagi dihargai. Sudah jadi mantan, harus menawan.
Yakali sudah dibuang tapi tak bikin menyesal yang membuang. Are you kidding?
Mata Ines membola mendengar penuturan Disha. Double date katanya? Ah iya, Ines baru sadar sekarang. Disha dengan Jason. Ia dengan Reinal.
"Kenapa kaget gitu?" Disha menangkap ekspresi terkejut di sana. "Sini naik, aku sama Jason udah siapin ragam masakan spesial buat kamu."
Si model menurut. Di atas gazebo sudah disediakan beragam kuliner dari yang berkuah hingga tanpa kuah. Sepertinya Ines tak asing dengan semua model masakan ini.
"Siapa yang masak?" Ines bertanya pada Disha yang kini membagi piring.
"Aku ngelobi Mbok Sum buat kerjasama dengan para maid memasak ini semua tapi jangan ngasih tau kamu."
"Pantes tampilannya nggak asing," cibirnya. "Yang punya ide ke sini sebenarnya Reinal atau Jason sih?"
Keduanya menoleh. "Reinal. Katanya dapat rekomendasi dari relasinya. Terus tanya ke Disha, katanya kamu juga belum pernah ke sini. Jadi ya udah dipilihlah Seribu Batu ini." Jason menjelaskan sembari minum es kelapa muda yang disodorkan Disha padanya.
Seketika Ines menoleh ke arah Reinal. "Berarti kamu juga yang ngasih ide surprise dan segala macamnya ini?"
"Bukan. Itu Disha yang usul. Katanya buat perayaan hari valentine sekaligus tanpa Saga. Jadi dia pengin kita double date gitu."
Disha menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ines memelototinya hingga ia tak bisa berkutik. "Dasar kamu ya! Tinggal bilang healing bareng aja apa susahnya coba? Tadi pagi bilangnya mau jalan berdua sama Jason. Taunya kerjasama bareng-bareng bahkan sampai melibatkan para maid."
Ines mencerca bukan dengan nada marah, tapi lebih ke ngomel bak ibu yang memarahi anaknya.
"Ya kan buat kebahagiaan kamu juga, Mbak. Lagian kamu juga seneng to, kalau kita surprise-in gini?"
"Ngaku ajalah, Nes. Kamu juga seneng kan diajak berduaan sama Reinal tanpa diganggu?" Jason ikut-ikut menggoda.
"Ya- ya seneng. Tapi ya biasa aja. Eh seneng kok. Ah nggak tau deh." Disha dan Jason tertawa akan jawaban gugup Ines. Mau mengakui tapi gengsi.
"By the way, jaket ini kan--" Ines memotong tawa mereka saat melihat jaket yang dikenakan Jason.
"Iya. Jaket yang kamu lihat di kamar itu punya Jason. Kan aku udah bilang sama kamu, sepulangnya diputusin, aku diantar balik Jason. Nah jaket dia yang ini kebawa balik sama aku."
Memang begitu adanya, Jason kasihan melihat Disha yang terguncang sekaligus kedinginan malam itu.
"Rei, dari tadi diam aja, kenapa? Nggak suka masakannya?" Tanya Disha kala memergoki Reinal bengong menatap Ines. Bahkan piring di depannya pun masih kosong tak tersentuh.
"Bukan." Ia menggeleng. "Aku udah kenyang melihat bidadari makan lahap dari tadi."
Si empu yang merasa tersinggung pun menoleh pelan ke arah pria di sampingnya. Tangan kanannya yang hendak menyuapkan satu sendok fettucini ke dalam mulut pun terhenti, menatap Reinal dengan mulut yang masih melongo.
Segera ia masukkan suapan itu ke dalam mulut sebelum raut tersipunya kelihatan Reinal.
****
Selesai acara makan siang yang awkward, kedua pasangan itu sepakat berpencar. Disha Jason jalan ke arah kanan, sementara Ines Reinal memilih lanjut, naik ke bagian atas.
Sebuah taman yang ditumbuhi berbagai macam bunga liar nan cantik menjadi pusat perhatian kedua sejoli ini.
Spot Taman Tumpah Seribu Batu Songgo Langit iniĀ merupakan sekumpulan bunga yang seolah tumpah dari dalam pot raksasa. Tak ingin buang kesempatan, Ines meminta Reinal untuk mengabadikannya lewat lensa kamera, spot selfie satu ini pasti nampak instagramable bagi model seperti dirinya.
Ketika asik menyusuri tangga kayu di pinggir hamparan bunga, tiba-tiba tubuhnya dibalikkan lalu terselip sebuah bunga merah merona di telinganya.
Siapa lagi pelakunya kalau bukan Reinal? Setelahnya ia rangkul Ines untuk melintasi jalan setapak yang mulai naik.
Ia suka. Reinal selalu saja membuat hal-hal yang tak terduga. Wajahnya tersipu malu sekarang. Tiba-tiba menyelipkan bunga di telinga, lalu merangkul dan berjalan tanpa mengucap kata. Haha, si pawang ombak ini memang bikin terpana.
"Mas yang pakai baju abu-abu."
Suara berat dari arah belakang menghentikan langkah keduanya.
Reinal memang memakai setelan casual dengan atasan abu-abu. "Ya, Pak. Ada apa?"
"Bunga yang ditanam di spot ini tak boleh dipetik sembarangan, Mas."
"Loh tapi kan tidak ada larangan, Pak. Memangnya di sini ada tulisan atau papan peringatan untuk tak memetik bunga?"
Si bapak-bapak yang Reinal duga adalah petugas taman pun berkacak pinggang. "Memang tidak ada. Saat ini sedang dalam proses pembuatan oleh pihak pengelola. Namun setidaknya, Mas menghargai susah payah para petugas dalam menanam bunga-bunga ini."
Ines merasa tak enak hati, bahkan bunga yang tadi Reinal petik pun masih terselip indah di telinganya. Buru-buru ia tarik bunga itu dan berujar ke petugas sebelum Reinal menyanggah lebih dulu.
"Baik, Pak. Saya minta maaf atas sikap teman saya yang memetik bunga sembarangan. Ke depannya kami akan lebih memperhatikan lagi. Sekali lagi maaf."
Setelah teguran selesai dan petugasnya pergi, Ines menggeplak lengan Reinal. "Kamu sembarangan aja ih! Bikin malu, dikira kita nggak punya etika tau." Sungutnya.
"Ya ya, maaf. Kan niatnya mau uwu kayak di film-film gitu, Nes."
"Bahahaha. Ululu kasihannya yang barusan ditegur sama petugas gara-gara mau so sweet tapi gagal, haha."
Olokan itu berasal dari Disha yang datang dari arah lain. Jason pun tak luput menertawakan aksi Reinal yang ngenes abis menurutnya.
Sementara Ines masih saja memasang muka ditekuk. Ralat, sebetulnya sih pura-pura merajuk.
"Nggak usah cemberut gitu. Maaf deh. Ayo foto di atas sama aku." Reinal menggiring Ines untuk naik ke atas menuju rumah mini di sebelah pot raksasa. "Dis, fotoin kita pakai kamera kamu, ya? Harus bagus pokoknya!"
Reinal berteriak pada Disha yang berada di bawah sana. Selepas Disha bersiap dengan DSLR-nya, Reinal merapatkan diri ke tubuh Ines seraya merangkul pundaknya untuk mengambil pose pertama.
Tak hanya itu, pose berikutnya ia sedikit berani dengan merangkul pinggang Ines. Berikutnya lagi, Reinal peluk kepala Ines hingga menempel dengan dada bidangnya. Seolah mengatakan pada pengunjung yang menatap keduanya, bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang saling memiliki.