Setelah bincang sore hari di taman bekakang rumah Ines yang menjadi saksi berbaikannya Saga dan Disha, keduanya sepakat untuk membuka aksi saling blokir. Ah- sebetulnya bukan saling blokir juga sih. Sebab hanya Disha yang melakukannya, Saga tidak. Biasalah perempuan, kalau lagi jengkel saja mainnya blokiran.
"Hari ini aku free, nggak ada rencana ke agensi malah."
Memang, schedule Ines sedang longgar-longgarnya minggu ini. Karena ia tak jadi ikut acara SCOUTING TOUR kemarin yang mana dilakukan selama 5 hari. Jadi, aktivitasnya hanya di Sekolah Modeling saja seperti saat ini.
Wanita itu tengah bercengkerama dengan Saga melalui sambungan telepon. Lantaran Saga masih harus mengurusi beberapa hal di agensi seperti brand yang kemarin batal melakukan presentasi, dan lain lain. Entahlah rasanya pria itu semakin sibuk saja dari pada Ines.
"Jalan-jalan ke mall yuk, sekalian makan siang. Aku jemput ke situ." Lanjut Saga di telepon.
Setelah bersepakat, Saga segera memacu kuda besinya meninggalkan kantor agensi. Menjemput pujaan hatinya dengan suasana hati gembira seakan siap menaklukkan dunia.
****
Puas berkeliling di pusat perbelanjaan selama kurang lebih 1 jam, keduanya memasuki salah satu gerai fastfood di mall tersebut.
Memilih salah satu gerai ayam cepat saji untuk menu makan siang mereka kali ini. Sebetulnya tadi Saga mengajak Ines untuk mencoba gerai fastfood terbaru di sana. Namun alih-alih menuruti, Ines langsung menarik Saga memasuki gerai ayam cepat saji yang biasa ia kunjungi saat memasuki mall.
Tak ada pilihan lagi bagi pria itu selain menurut.
"Kenapa milih ke sini terus? Nggak di mall sana nggak di mall sini, makannya gerai ini mulu." Gerutu Saga meski ia tetap menyantap lahap hidangan di depannya.
"Aku kalau udah merasa cocok di satu tempat, susah diajak pindah."
Ya begitulah si model cantik ini menata hidupnya. Jika sudah itu, ya itu terus. Simpel. Ia tak suka cicip mencicip, kalau sudah klop di situ maka ia akan kembali ke situ.
Saga menyeruput coffee float-nya. "Nggak heran sih, dari dulu kamu suka semua olahan ayam."
Ines mengangguk membenarkan. Saga memang tau persis dirinya seperti apa. "Emang. Tapi tetap, sate ayam adalah olahan favorit aku."
"Aku juga suka sate."
"Oiya? Sate apa?"
"Sate-rusnya sama kamu."
Tuh kan. Pantes Ines jarang melihat pria itu makan olahan daging tusuk tersebut. Ternyata cuma ngibul.
Si cantik ini terkikik geli mendengarnya. Saga tak pernah kehabisan akal untuk menggodanya, selalu.
Wanita itu balik menatap kedua netra elang Saga. "Aku sebenarnya juga suka kopi."
"Kopi apa?"
"Kopi-kirin aku selalu."
Saga tertawa terbahak-bahak hingga hampir tersedak oleh makanannya sendiri.
"Kalau itu emang udah kerjaan aku tiap hari tanpa kamu minta." Lanjutnya terkekeh.
Beberapa kali mereka saling lempar candaan di tengah-tengah suasana makan.
Dua orang terlihat memasuki gerai yang sama ketika hidangan Ines dan Saga telah tandas. Mereka bak sepasang kekasih yang sedang-sayangnya dengan menggengam tangan satu sama lain.
"Ga."
"Hm?"
Ines membulatkan matanya tak percaya dengan apa yang ia lihat. Posisi Saga saat ini sedang membelakangi dua orang itu. Jadi ia belum tahu apa yang dilihat Ines.
"Itu... Nino, kan?"
Segera Saga membalikkan tubuhnya. Ia tau kemana arah pandang Ines. Namun ia tak tau siapa sosok Nino yang dimaksud wanita itu.
"Nino siapa?"
"Pacarnya Disha."
"Tau dari mana?"
"Disha pernah nunjukin fotonya ke aku." Ujar Ines masih tak beralih dari dua orang itu. "Oh My God!"
Nino sedang berkencan dengan seorang wanita yang ia tak tahu siapa.
Nino brengsek! Berani sekali cowok itu mesra dengan gadis lain di belakang Disha. Jadi ia memanfaatkan keadaan ini? Selingkuh saat Disha sibuk kerja?
"Sialan! Cecunguk itu emang minta dihajar." Ines hendak berdiri namun ditahan oleh Saga.
"Tenang dulu, sweetie. Bukan ranahmu buat labrak mereka. Itu urusan Nino sama Disha. Kita nggak ada hak buat mencampurinya lebih dalam."
"Disha itu bucin banget sama Nino, Ga. Aku nggak bisa diam aja lihat asisten aku dikhianati kayak gini, anjing!"
'Lah kok jadi ngegas?' Batin Saga tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"Kamu ingat pancake fluffy yang kita makan kemarin di bekakang rumah?" Tanya Ines.
Saga mengangguk.
"Itu Disha yang bikin. Di tengah keterbatasannya memahami segala dunia permasakan, dia tetap belajar buat bisa. Kamu tau kenapa? Karena dia cuma mau nyenengin Nino, si pacar brengseknya ini. Dia mau kasih tau Nino bahwa dia bisa bikin pancake sendiri, pancake fluffy kesukaan pria babi ini. Tapi lihat sekarang!"
Emosi Ines yang meluap-luap seraya mengumpat itu cukup membuat Saga terkejut. Pasalnya selama ini, Ines jarang sekali mengucap kata kasar seperti itu. Saga cukup mengerti bagaimana perasaan Ines. Ia mencoba tenang dan berpikir jernih.
"Duduk dulu. Coba pikir pake kepala dingin." Ujar Saga menenangkan.
"Kalo kamu labrak mereka terus ngadu ke Disha, kita jadi nggak punya bukti buat meyakinkan dia bahwa pacarnya selingkuh. Dia nggak mungkin percaya gitu aja kalo kita cuma ngomong nggak berdasar." Imbuhnya.
Napas Ines masih terburu-buru. Bak banteng yang baru dipamerin kain warna merah. "Terus?"
"Ya- kita kasih foto aja ke Disha. Terus kalo dia kepo suruh ke sini biar dia bisa lihat secara langsung."
Tak butuh waktu lama untuk berpikir, Ines segera mengirim foto Nino dan selingkuhannya ke Disha.
Setelahnya, mereka pindah duduk menjadi lebih dekat dengan Nino dan wanita itu. Dengan taktik menutupi wajahnya agar tak ketahuan. Semakin jelas sosok wanita itu dari meja sedekat ini.
Huh, wanita cabe-cabean! Oh bukan, tante-tante yang mengjamet dengan gaya.
Saat ini, Ines dan Saga menutupi wajah masing-masing dengan koran yang tadi mereka minta ke pelayan. Pura-pura membaca, tapi sebetulnya sedang menguping. Makin terdengar jelas percakapan Nino dan si cabe.
Satu balasan dari Disha menghiasi notif ponsel Ines. Setelah 10 menit terbaca, baru sekarang Disha membalas, katanya ia tak percaya dengan itu.
"Anjay. Disha kebangetan bucin sih ini." Desis Saga lirih agar tak terdengar oleh Nino. Pria itu benar-benar tak menyangka asisten baru Ines teramat bodoh soal perasaan.
Begitulah cinta. Senantiasa menggelapkan kebenaran, menololkan otak, membutakan mata, menulikan telinga, melumpuhkan organ, dan membisukan mulut. Karena yang dipercayai dan yang diikuti cuma satu, hati.
"Disha emang bego banget, astaga!" Ines tak henti-hentinya mengumpat.
Meski pelan, sebetulnya wanita itu tak bisa mengontrol emosinya. Ingin sekali ia gampar muka pas-pasan Nino pake sepatu boots.
"Gini deh, kita foto lagi sebanyak-banyaknya dan kirim ke Disha. Biar nanti dia yang menentukan mau percaya atau nggak. Mau datang ke sini atau cukup lihat di gambar."
Ines mengangguk. Ia tetap semangat memotret kedua sejoli itu. Emosinya kian mendidih saat Nino memanggil 'sayang' secara terang-terangan si pelakor itu.
Iya, Ines menyebutnya pelakor. Memangnya apa sebutan lain yang patut disematkan pada selingkuhan selain pelakor? Kalo ada, spill sini.
Hampir satu jam berada di sana, Ines dan Saga mendapati bahwa nanti malam kedua sejoli itu akan dinner di 'Between Us Cafe & Resto'. Setelahnya, Nino dan wanita cabe itu melenggang pergi, keluar dari gerai makanan tersebut.
Dan Disha, gadis itu hanya melihat rentetan foto serta info yang dikirim Ines untuknya. Ia tak berniat membalas semua itu.
****
Huhuhu cheating🦭🤘🏻
Dukung MAKE ME YOURS selalu ya💙