Berkali-kali ditempelkannya sponge beauty blender ke wajahnya. Ia tampak lebih cerah ketimbang sebelumnya setelah menangis berjam-jam. Mata sembabnya juga tak begitu kentara lagi. Ia bertekad harus cantik malam ini.
"Disha, kamu harus cantik malam ini. Kamu pasti bisa membuat Nino memilihmu."
Wanita yang berujar di depan cermin itu adalah Disha. Setelah shock terhadap pesan yang dikirim Ines berisikan foto-foto, ia menangis sejadi-jadinya. Berkali-kali mencoba tak percaya bahwa yang ada di gambar itu adalah Nino, kekasihnya. Berkali-kali pula kenyataan menampar keras pikiran positifnya.
Dia menghubungi Nino saat itu juga. Katanya lagi di bengkel mengurusi beberapa rekapan penjualan. Padahal tadi kata pegawai Nino, bengkel hari ini diliburkan entah karena alasan apa. Nino membohonginya.
Pria dalam foto yang dikirim Ines benar-benar Nino. Jam tangan yang dipakai pria itu merupakan pemberiannya, jaket casual hitam yang dijadikannya outer itu juga ia yang memilihkan.
Tapi ia tak akan menyerah. Jika memang Nino punya wanita lain selain dirinya, Disha akan tetap mempertahankannya. Kecuali bila pria itu memintanya pergi, maka Disha siap untuk melepaskan.
Ia mencintai Nino hingga rasanya hampir gila. Ia tau ia bodoh.
Tapi kalian harus tau; dalam cinta, hati lebih dominan dari pada otak. Oleh karena itu, sepandai apapun seseorang, jika bersenggolan dengan cinta maka pandainya tak lagi kelihatan.
Setelah satu jam mematut dirinya di depan cermin, Disha berniat menyusul Nino dan selingkuhannya di tempat yang telah dikasih tau Ines. Ia akan menyelesaikan masalah asmaranya sendiri tanpa melibatkan bosnya.
Mumpung rumah sedang sepi, bosnya cantiknya tengah diculik Saga ke sebuah pameran malam. Jadi ia bisa keluar rumah tanpa perlu mengendap-endap.
Taksi yang ditumpanginya melaju membelah jalanan Kota Yogyakarta malam hari. Membawanya ke sebuah tempat makan indah di jantung kota. Between Us Cafe & Resto.
Buliran bening di pelupuk matanya hampir turun lagi. Nino bahkan tak pernah mengajaknya ke tempat indah seperti ini.
Disha mengerjapkan matanya beberapa kali, berharap air matanya tak jadi turun. Wanita itu melihat ujung flat shoes hingga dress yang ia pakai. Ia merasa ini adalah riasan sempurna versi dirinya sendiri. Disha yakin dengan polesan full make up dan dress yang ia kenakan mampu mengambil hati Nino kembali.
Kaki jenjang itu melangkah memasuki resto yang juga dipadati para ABG kasmaran. Matanya memindai seluruh sudut ruangan sambil merapal doa agar Nino tak di sana.
Namun ia salah. Nino, kekasihnya, ada di ujung meja sana bersama seorang wanita cantik yang tak asing baginya.
Dia Anaya. Mantan pacar Nino sebelum dirinya dan Nino menjalin kasih.
Kenapa Anaya? Apa Nino balikan dengan mahasiswi cantik itu? Selama ini Disha mengira mereka berdua tak ada hubungan lagi, bahkan Anaya kerap menjadi teman curhatnya ketika ia dan Nino sedang ada masalah.
Disha nekat, tetap menghampiri meja itu demi meraih Nino kembali ke sisinya.
"Malam. Aku ganggu ya?" Suaranya terdengar parau. Sapaan yang sukses membuat mata kedua sejoli itu terbelalak.
"Disha? K- kamu kok... di sini?"
Wanita itu tersenyum mendengar suara gagap pacarnya. Entahlah setelah ini masih menjadi pacarnya atau bukan. "Harusnya aku yang tanya, sayang. Kamu ngapain di sini? Sama Anaya lagi, hm?"
Suaranya bergetar. Disha sengaja menekankan kata 'sayang' agar Anaya tau bahwa Nino masih pacarnya.
"Nino. Jelasin! Kamu bilang ke aku, kamu udah putus sama Disha. Tapi ini apa?" Anaya menuntut penjelasan dari Nino. Pasalnya, pria itu bilang bahwa ia sudah memutuskan Disha demi balikan dengan Anaya.
Pria yang dihadapkan pada dua wanita cantik di depannya itu pusing kepala. Nino tak pernah membayangkan akan ada di situasi seperti ini. Kepergok mendua oleh Disha dan didesak penjelasan oleh Anaya.
"Kamu berhutang penjelasan sama aku setelah ini!" Anaya pergi meninggalkan dua orang itu. Sejujurnya ia malu bahwa ialah orang ketiga di hubungan Nino dan Disha yang ternyata belum putus.
Tanpa diduga, Nino mengabaikan Disha yang berdiri mematung sedari tadi dan memilih mengejar Anaya. Disha turut mengejar Nino meski air matanya gagal ia seka. Ia akan memperjuangkan hubungannya.
"Sayang. Anaya tunggu!" Nino mencekal tangan Anaya yang berjalan cepat meninggalkan restoran.
"Apa sih?! Kamu bohong sama aku! Kamu bilang kamu udah putus." Geram Anaya tak terima. "Kalo kayak gini kesannya aku yang salah. Aku nggak mau ya kita balikan kalo kamu masih terikat masa lalu."
Kalimat itu sukses membuat hati Nino bak dihantam balok kayu. Ia sudah berjuang mati-matian untuk mendapatkan Anaya kembali, tak mungkin ia lepaskan.
Sementara Disha yang berdiri di belakang Nino, jantungnya berpacu cepat. Meski ia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi, namun tetap saja ia takut bila Nino tak memilihnya.
"Sekarang kamu pilih. Kamu pilih aku atau dia? Kalo kamu pilih aku, lepasin dia. Kalo kamu pilih dia, berarti kamu siap kehilangan aku."
Setelahnya, Anaya berbalik lalu berjalan cepat menghadang sebuah taksi. Nino masih saja mengikutinya dengan teriakan tak terima.
"Stop! Kamu tentukan pilihan kamu. Selesaikan urusan kamu sama dia. Dan jangan temui aku sampai besok. Ingat itu!"
Hati Nino meluruh menyaksikan Anaya dibawa pergi taksi. Lebih tepatnya meluruh karena amukan dari Anaya. Sedangkan Disha, entah disebut apa lagi dirinya saat ini. Dipegangnya lembut kedua tangan Nino. Ia harus tetap optimis.
"Nino. Kamu bisa memulai semuanya dari awal lagi sama aku. Kamu bisa putuskan Anaya. Dan aku nggak akan mengingat kejadian ini lagi. Aku memaafkan kamu sayang. Kita bisa---"
"Diam! Anaya pergi gara-gara kamu! Kalo aja kamu nggak datang malam ini, semuanya nggak akan begini, sialan!" Emosi cowok itu meluap-luap hingga menghempas tangan Disha yang menggengamnya. Tak peduli dengan posisi mereka yang kini tepat di depan resto.
"Jangan mimpi aku bakal milih kamu! Jelas Anaya jauh lebih segalanya, Dis! Harusnya kamu tau itu!" Teriaknya di depan wajah Disha yang berurai air mata. Dan Nino tak mempedulikan itu semua.
"Nggak- Nino!" Wanita itu menggeleng lemah. "Aku minta maaf kalo aku salah. Tapi please, kita bisa memulai lembaran baru, sayang."
"Aku bilang stop! Stop panggil aku sayang! Karena setelah ini di antara kita nggak ada apa-apa, Dis. Kita putus!"
Bukan main kagetnya Disha. Ia sudah berjuang demi Nino, bahkan bertahan saat cowok itu kepergok jalan dengan mantannya.
"Demi Tuhan, seminggu lagi hubungan kita genap satu tahun! Kamu bilang bakal kasih aku surprise di hari anniversary kita. Ini surprise yang kamu maksud?" Disha menatap nyalang punggung pria yang berjalan mendekati parkiran.
"Ya." Jawab Nino setelah membalikkan badan. "Ini surprisenya, berakhirnya kita berdua. Semoga kamu suka surprise dari aku, mantan pacarmu."
Air mata Disha pecah seketika, ia tak mampu lagi membendung semuanya. Ia menangis sejadi-jadinya di depan resto. Tak pernah terbayangkan hubungannya dengan Nino akan berakhir tragis seperti ini.
Surprise anniversary, Disha sudah mendapatkannya. Sakit hati yang bahkan tak pernah ia rasakan sebelumnya.
Seseorang membawanya ke tepian ruko di samping resto itu, menutup kulit Disha yang terbuka dengan jaket.
****
Siapa tuh? Bersambung di part depanðŸ¦ðŸ’™