Napas Sakha memburu, dadanya terasa panas karena emosi yang membakar, juga kepalanya terasa ingin meledak.
Sakha menghirup udara sebanyak mungkin, mengisi paru-parunya yang terasa sesak dengan oksigen baru. Dia harus tenang, Sakha tidak ingin menunjukkan sisi buruknya di depan Naraya. Dia tidak ingin Naraya takut dan menjauh setelah melihat dirinya marah-marah tidak jelas.
Derit pintu membuat Sakha menegakkan tubuhnya. Itu pasti Naraya kalau didengar dari langkah kakinya. Karena kalau Renjana, dia tidak akan pernah bisa sesantai dan selembut Naraya.
Kasur di sebelah Sakha bergoyang, Naraya duduk di sampingnya.
Sakha tidak ingin bersuara, karena emosi yang masih menguasainya. Sementara Naraya terdiam karena sedang memikirkan kata-kata yang tepat. Dia tidak ingin terdengar begitu ikut campur dengan masalah yang tidak ia ketahui awalnya ini. Apalagi kelihatannya masalah Sakha dan Renjana itu terlalu pribadi.