Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Fiona menjajahi trotoar menuju rumah.
Jarak menuju rumah hanya sekitar 20 menit hingga Fiona merasa sayang membayar angkot menuju rumah.
Saat Fiona sedang berjalan, tiba-tiba saja ada mobil hitam yang berhenti di dekatnya.
Dari sana keluarlah seorang wanita dengan anggunnya. Fiona merasa familiar dengan wanita itu.
"Hai!" sapa wanita itu.
"Maaf dengan si-"
belum Fiona selesai berbicara wanita itu langsung memangkas.
"Saya wanita yang tempo lalu menjerit minta tolong tengah malam. Kamu inget?"
Fiona ber-oh,
"Kakak cantik yang waktu itu di copet, bukan? pantesan kok kayak pernah lihat tapi enggak tahu di mana. He he."
Wanita itu melihat-lihat sekitarnya.
"Kamu suka ice cream?" tanyanya lagi. Fiona mengangguk.
"Ya udah sini naik. Temenin kakak ngobrol sambil makan ice cream yuk! kakak traktir deh," ajaknya.
Dengan antusias Fiona mengangguk sambil melangkah cepat menuju mobil mewah itu.
Wanita itu mengajak Fiona menuju kafe terdekat.
Mereka menduduki kafe itu. Terlihat minimalis namun cukup mewah.
"Kamu mau apa?"
"Strawberry kak."
"Mbak, dua ice cream strawberry ya."
Pesan wanita itu pada kasir.
Setelah siap, mereka menduduki kursi yang berada tepat di dekat kaca. Membuat mata leluasa memandangi lalu lintas jalan raya.
"Kakak suka strawberry juga?" tanya Fiona memulai obrolan.
"Enggak sih biasa aja. Kakak lebih suka Vanilla. Cuma penasaran aja makanya ikutan pesen," jelasnya.
"Suka vanilla sama persis kayak Fania," ucap Fiona pelan namun cukup terdengar.
"Fania siapa?"
"Kembaran aku kak. Kita kembar tapi dia jauh lebih cantik dan lebih lebih deh pokoknya."
"Kembar identik kan? berarti sama aja
dong."
"Beda kak dia lebih terawat."
"Hati kamu juga kan terawat," ucap wanita itu memberi senyum manis.
"Oh iya kak, namaku Fiona. Biasanya temen-temen suka panggil aku Fio atau Fi."
"Oh iya, Yaampun hampir lupa. Kita kan belum kenalan ya? nama kakak Yasmin. Bisa dipanggil Yas atau apa saja asal jangan Min. Nanti dikira Sarimin lagi!" canda Yasmin.
"Ha ha...," tawa Fiona lepas. Seketika ia lupa akan rasa kesalnya pada ulang tahun Yoseph yang menyebalkan.
30 menit sudah berlalu namun mereka masih asik mengobrol untuk saling bertukar cerita. Termasuk menceritakan kejadian ulang tahun Yoseph yang sempat buatnya kesal.
Tidak lama setelah itu muncul seorang laki-laki menghampiri Yasmin.
"Fi, kenalin ini Yoseph, Adikku. Yos ini Fiona."
"Oh hai Fi," sapa Yoseph.
"Dia siapa kak?" tanya Yoseph sembari duduk disamping Yasmin --satu-satunya keluarga yang
dimilikinya.
"Inget enggak, waktu itu aku hampir dicopet? nah, dia yang nolongin."
"Maksud kakak yang ngejar kang copet tuh dia?"
"Yas, gilak keren banget!" puji Yasmin.
"Oh. Dia temen sekelasku kak," jujur Yoseph.
"Oh, jangan-jangan kamu ya yang lempar kue ultah ke wajah Fiona?"
"Ya bukanlah kak. Itu mah kerjaan si Fandi!" bantah Yoseph tidak terima.
"Tapi setidaknya Fandi masih bantuin gue buat bersihin muka. Emangnya kayak lo? main kabur aja," sindir Fiona.
"Gue nggak kabur ya!"
"Tapi mematung. Sama aja lo ghoib!"
Yoseph menghela napas.
"Untung aja lo tuh-"
"Apaa?! gue kenapa?"
Yoseph diam tidak menjawab. Setelah memancing kekesalan Fiona yang mulai mereda, ia malah kembali memancingnya lalu terdiam.
"Astaga adik-adikku yaAllah! udah dong berantemnya, nanti sayang loh," ledek Yasmin.
"Dih," bantah Yoseph.
***
Keesokan harinya Fiona sekolah seperti biasa. Menganggap pertemuan dirinya dan Yoseph kemarin hanyalah hal biasa dan kebetulan semata.
Bahkan disaat papasan Fiona sama sekali tidak memberi senyum.
"Kok lo nggak bilang sih kalau kemarin ulang tahunnya Yoseph?" tanya Devika.
"Pertama. Dev, ini masih pagi banget, lo ngapain banget sih bahas yang kayak gitu. Kedua, kan yang suka sama dia tuh lo, Sayang, bukan gue. Kenapa jadi gue yang disalahin!"
"Yaudah iya, iya. Sorry. Ya habis, gue enggak terima aja. Masa gue kalah dari Firda buat kasih surprise ke doi."
"Yaelah gitu doang lo ribet."
"Serah lo deh!" kesal Devika lalu pergi meninggalkan Fiona.
"Harusnya yang kesel gue enggak sih? kenapa lebih galak dia?" kata Fiona dengan wajah tidak percaya.
Setelah Devika keluar dari kelas, Fiona sama sekali tidak beranjak dari kelas. Menunggu para siswa berdatangan satu demi satu sembari berkeliling kelas entah memperhatikan interior, melihat papan pengumuman kelas, hingga memeriksa setiap meja yang dicoret oleh para siswa.
Dilihatnya ada satu meja yang menuliskan namanya dengan hanggeul Korea.
"Ini meja siapa sih? kok ada-"
"Meja gue! kenapa emangnya?" sahut Firda yang tiba-tiba saja muncul.
Rasanya baru saja moodnya membaik. Kini malah dirusak oleh manusia menyebalkan itu. Cewek tengil dan merasa dia selalu diposisi teratas dalam hal apapun. Entah urusan nilai juga Yoseph.
"Masa?"
"Ngapain gue bohong sama lo? emang bisa nambah followers instagram gue?"
"Yaudah kalik santai aja."
Fiona kembali ke tempat duduk semula. Bel tanda masuknya jam pelajaran pertama telah berbunyi.
***
Beberapa hari kemudian...
Hari ini jadwal para siswa untuk bersih-bersih sekolah. Kelas Fiona kebagian untuk membersihkan lapangan sekolah.
Setidaknya jelas lebih baik dari pada dua pekan yang lalu. Membersihkan toilet sekolah. Fiona sangat membenci itu meski tidak banyak keluhan yang keluar dari mulutnya.
"Kenapa lo enggak ngeluh sih, Fi?" tanya Devika.
"Yaelah Dev, lo lupa ya? bersihin toilet aja Fiona sedikit keluhan apalagi di ruang terbuka kayak gini. Udahlah, lo nggak usah banyak protes. Lumayan tahu lo bisa mandangin para cogan di sini. Ya nggak sih?" sahut Elea.
"Cogan gue hanyalah Yoseph seorang," ucap Devika dramatis.
Fiona dan Elea kembali melanjutkan aktifitas sebelumnya. Menyapu halaman sekolah.
Setelah tiga puluh menit para siswa istirahat.
"Gilak! capek banget ya?" ucap Devika seraya mengelap dahinya dengan punggung tangan.
Dari kejauhan terlihat Yoseph sedang berjalan menuju mereka bertiga.
"Nih, buat lo Fi," ujarnya seraya memberi sebotol ukuran tanggung berisi air mineral dingin.
"Pasti capek kan?" lanjutnya lagi.
Fiona diam saja tak bergerak.
"Makasih Yos!" ucap Devika setelah merebut botol mineral dari genggaman Yoseph. Padahal tangan Fiona baru saja ingin mengambil air mineral itu.
Setelah Yoseph kembali dengan dua kerabatnya, Fiona dicecar pertanyaan oleh kedua sahabatnya.
Devika melirik dengan sinis.
"Jelasin ke gue ada hubungan spesial apa lo sama dia?" tanya Devika.
"Nggak ada apa-apa, Dev."
"Terus kenapa dia perhatian sama lo? segala pakai acara ngasih minuman. Yang tenggorokannya seret kan gue."
" Ya mana gue tahu, Dev. Lo tanya aja ke Yoseph sendiri. Kan gue nggak minta tapi ditawarin."
"Sama aja lah!"
"Beda derajat Devika! lagian lo ngapain sih interogasi Fiona segala?" bela El.
Devika tidak menjawab kecuali mengerucutkan bibirnya. Belum satu pekan, namun Fiona sudah dua kali berhasil membuat Devika kesal.
Belum usai rasa penasaran Devika, tiba-tiba saja Firda ikut mencecar dirinya.
Fiona menghela napas.
"Apalagi ini Ya Kareem," keluh Fiona berbisik.
"Sejak kapan lo deket sama Yoseph?" tanya Firda.