"Belum lama," jawab Fiona sekenanya.
"Cih, sok cantik banget sih lo?"
"Gue nggak deket kok sama Fiona, Fir," sahut Yoseph tiba-tiba nimbrung.
"Beneran? syukur deh kalau gitu. Nggak guna juga deket sama cewek kayak dia."
"Maksud lo nggak guna?" tanya Yoseph.
Untuk sesaat Yoseph masih menunggu Firda menjawab.
"Lo emang cantik Fir. Tapi nggak perlu ngerendahin orang lain sesuka lo kayak gini, bisa kan?"
"H-haa? maksud gue nggak gitu kok Yos."
Dengan kejadian itu, Firda semakin tidak menyukai Fiona. Padahal dia jauh lebih cantik, tapi takut Yoseph lebih memilih gadis tomboi itu. Juga karena hal ini dia merasa Yoseph akan memandangnya buruk.
***
Hari favorit bagi hampir semua orang telah tiba. Apalagi kalau bukan akhir pekan.
Fiona tidak begitu menyukai akhir pekan karena itu adalah hari bekerja baginya. Hari menjadi pembantu satu hari. Namun, berbeda untuk kali ini. Fiona dijemput oleh Devika dan Elea untuk lari pagi bersama.
Tentu saja ayahnya tidak bisa menolak, karena selain Fiona telah menyelesaikan pekerjaan rumah lebih awal, Simon juga tidak mungkin mengusir kedua sahabat Fiona.
Fiona menggunakan baju kaos putih dan celana training biru dongker pagi ini. Mereka berlari menuju Taman Menteng. Di sana nampak dipenuhi oleh manusia-manusia.
Setelah beberapa putaran mereka beristirahat untuk sekadar meluruskan kaki. Mata Fiona hanya memperhatikan orang-orang disekitarnya. Ada yang sibuk berfoto selfie. Dia tersenyum setelah melihat anak kecil yang sedang terlihat riang bersama kedua orang tuanya.
"Fi! fotoin gue sama El dong," kata Devika menyodorkan ponsel pada Fiona.
Fiona menuruti permintaan kedua sahabatnya itu.
Tidak jauh dari mereka ada Yoseph, Wandi dan Fandi yang sedang melakukan hal yang sama, lari pagi. Taman Menteng adalah langganan mereka untuk lari pagi.
"Yos, itu Fiona kan?" tanya Fandi.
Yoseph melihat kearah yang ditunjuk oleh Fandi.
"Yuk kita samperin aja mereka," ajak Yoseph.
"Haai!" sapa Fandi ramah.
"Hai Fandi! eh kalian lari pagi di sini juga ya?" balas Elea.
"Lah ini kan udah jadi langganan kita dari lama. Devika harusnya tahu sih, kan dia sering lihat di sosmed Yoseph," jelas Wandi.
Fiona dan Elea menatap Devika tajam.
"He he. Gue enggak tahu soalnya mau kemana lagi," ucap Devika beralasan.
Tentu saja Devika memilih tempat ini agar bisa melihat wajah tampan Yoseph.
Mereka saling mengobrol di taman itu. Yoseph sesekali memperhatikan Fiona yang hanya terdiam sambil terus memandangai orang-orang disekitar taman itu.
"Lo lagi ngapain sih, Fi?" tanya Yoseph menghampiri Fiona.
"Yaa, kelihatannya? kan lo bisa lihat sendiri gue lagi ngapain sekarang."
"Santai kalik! gue kan cuma nanya," kesal Yoseph.
Fiona membalas dengan senyum membuat gigi kelincinya nampak jelas. Tanpa sadar, Yoseph ikut tersenyum melihat senyuman itu.
"Kenapa lo ngelihatin gue kayak gitu?" tanya Fiona.
"Sialan, gue terhipnotis," bisik Yoseph setelah tersadar.
"Nggak, nggak apa-apa. Gue cuma bingung aja. Lo tuh cewek bukan sih?"
"Menurut lo gue banci?"
"Bukan gitu, Fiona! Ya abis, kayak Devika atau El mereka kan selfie gitu gitu deh. Kok lo nggak?"
"Karena lo tanya serius, gue jawab serius deh. Kadang ada moment, dimana kita hanya perlu merekamnya dikepala dan dirasakan di hati."
"Alesannya apa?"
"Moment itu terlalu berharga kalau hanya diabadikan lewat kamera," jelas Fiona lagi.
"Lo enggak mau gitu jadi selebgram. Cuannya lumayan banget loh. Maksud gue lo tuh cantik."
"Nggak. Itu pilihan sih, tapi kalau gue? ya nggak."
"Terus? Lo mau jadi apa suatu hari nanti?"
"Gue pengen jadi Lawyer."
"Gilak, keren juga pikiran lo."
"Bukan soal keren-kerenan sih. Tapi soal, gue nggak suka aja orang kecil kayak gue selalu kalah sama suapan duit dari orang-orang yang lebih mampu," jelas Fiona.
"Semangat berjuang, Nona... cantik," ucap Yoseph.
Membuat pipi Fiona memerah tersipu malu. Ucapan itu terdengar tulus baginya.
"Kapan-kapan mampir ke rumah gue ya? ditunggu sama kakak," ucap Yoseph lagi sebelum kembali pada Wandi dan Fandi.
"Hmm," gumam Fiona.
***
Waktu menunjukkan tepat pukul 09.00 pagi.
Sementara Fiona, masih berduduk santai di taman itu. Devika dan Elea telah lebih dulu kembali ke rumah mereka.
"Lo belum pulang, Fi?" sapanya.
"Yoseph? lah, gue kira lo udah balik dari tadi."
"Belum."
"Fi! kita lomba lari yuk? kalau lo bisa kalahin gue, gue traktir ice cream. Gimana?"
"Finishnya sampai mana?"
"Ujung pohon cemara disana, Gi-" belum selesai Yoseph bicara, Fiona langsung berlari.
"Woy! Fionaaaa!" teriak Yoseph sambil berlari menyusul gadis berambut cokelat itu.
***
Sambil menunggu Yoseph yang sedang membeli ice cream favoritnya, Fiona duduk santai di kursi taman.
"Nih-" ucap Yoseph menyodorkan ice
cream cup strawberry.
Dengan semringah Fiona menyambut kehadiran ice cream itu. Sembari melahap ice cream, Yoseph melancarkan aksinya untuk mengulik lebih dalam tentang Fiona.
"Fi, kapan lo terakhir kali jatuh cinta?"
"Sekarang."
"H-haa? maksud lo sama siapa?"
"Nih, sama ice cream strawberry favorit gue."
"Lo nggak demen manusia?"
"Hmm, demenlah. Tapi gue nggak pernah mikirin soal jatuh cinta sih."
Mendengar hal itu, Yoseph semakin merasa tertarik untuk mendekatinya.
"Kenapa? aneh banget sih lo."
"Gue percaya. Apapun yang gue anggap biasa aja, bakal berubah menjadi luar biasa. Sama kayak jatuh cinta, dia bakal datang sendiri dengan cara yang sempurna suatu hari nanti."
"Lo mau enggak jadi cewek gue?" tanya Yoseph yang sukses membuat Fiona tertawa.
"Kok lo ketawa sih? gue lagi serius loh."
"Sorry sorry. Hmm, lo pasti mau jawaban yang jujur kan? gue nggak mau," tolak Fiona.
"Tapi kenapa? gue bakal kasih apapun
yang lo mau kok. Lo tahu kan gue cowok idaman cewek-cewek di sekolah."
"Menurut lo, gue bakalan percaya kalau lo bakal kasih gue ketulusan, kasih sayang, perhatian? nope! cowok cuma bakal ngasih depresi buat gue!"
"Oh iya satu lagi. Lo idaman cewek-cewek di sekolah. Pertama, cewek-cewek itu bukan gue. Dan kedua, kalau mereka buat antriin lo. Maka gue adalah orang pertama yang bakalan mundur dari antrian itu," tambah lagi Fiona.
Tanpa basa-basi Yoseph langsung pergi mendengar penjelasan Fiona. Dia merasa harga dirinya dicabik-cabik oleh gadis itu.
"Dia kira gue enggak punya hati apa? tega amat jadi cewek," gumam Yoseph.
Pernyataan Fiona yang baru saja ia lontarkan membuat sedikit goresan baginya. Jika biasanya para gadis yang dia tolak, maka kali ini kebalikannya. Baru kali ini ia mendapat penolakan secara mentah-mentah. Dan yang lebih menyebalkan lagi, gadis itu adalah gadis biasa yang tidak bisa dikatakan feminim. Berani-beraninya gadis tomboi itu menolak cintanya.
***
Disisi lain, Fiona berdiam diri sambil menghabiskan ice creamnya yang tersisa beberapa suapan lagi.
"Apa terlalu kasar ya tadi sama Yoseph? tapi kan gue cuman ngomong jujur apa salahnya? iya kan? iya dong? dianya aja yang baperan. Emang gue segampang itu apa? main mau-mau aja," ucap Fiona bergumam sendirian.
"Auk ah, terserah! mending gue balik aja deh," ucapnya. Seraya menuju ke rumahnya.