Berbicara tentang Cinta itu bukan perihal rasa yang Bisa tumbuh dengan sebuah Kata 'Belajar' tapi Karena nyaman.
-My Posesive Husband Mr. Bimo-
°°°°
Pagi yang sangat indah di mana waktunya bagi semua orang berkumpul pada ruang keluarga. Wanita yang selalu menurut pada apa yang dikata oleh kedua orang tuanya, bahkan hal baik atau buruk, dari kecil mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya tapi sayang ketika melawan sedikit saja maka pukulan keras diberikan kepadanya. Wanita yang sulit untuk mempercayai seorang pria Karena tipe orang tuanya yang keras.
"Ayah tegas sama kamu! Besok juga putusin pacar kamu dan Menikah dengan lelaki yang di pilih oleh keluarga besar!"
Ia mulai meneteskan air mata. Bahkan urusan cinta diatur oleh kedua orang tuanya. Keadaan pelik yang harus ia hadapi di mana tradisi keluarga besar yang berakhir dengan kata 'Perjodohan' membuat wanita itu harus merelakan sosok pria satu-satunya yang Ia Cintai.
Devan :
[Malam ini ketemu di Rumah makan? Kita makan bareng ya sayang?]
Ponsel itu kembali berdering dan dilihatnyalah pesan dari pria yang sangat Ia Cintai bernama Devan. Mereka telah berpacaran selama 6 Tahun tapi sayang, ada banyak perbedaan diantara mereka yaitu tembok yang tak bisa ditembus. Devan memiliki kekayaan yang berlimpah dan Status sosial lagi-lagi masalahnya, bukan hanya itu, Perbedaan ras. Di mana Devan merupakan ras keturunan Inggris. Dan bukan hanya itu saja, tapi agama.
'Dev, aku harus gimana buat lepasin kamu' pikir Wanita itu seraya memandang layar ponselnya.
"Siapa?" Tanya sang Ayah saat kumpul bersama di ruang keluarga.
"Bukan siapa-siapa."
"Devan? Ayah udah bilang kan! Putuskan! Ayah gasuka ya kamu berhubungan dengan orang kayak dia!"
"Ayah! Negara itu pancasila mau apapun agamanya kita harus bersatu bukan? Dahlah, yah."
"Nak, kamu harus tau bahwa dalam agama kita seorang wanita dilarang berhubungan dengan orang lain selain yang seiman!"
"Aku juga berat yah, dahlah Aku mau ke kamar!"
"Tuh, bun kalau dibilangin anakmu gitu!"
Pertikaian terus saja terjadi hingga membuat Wanita itu Pergi ke kamarnya. Bukan kali ini saja ia bertengkar dengan ayah perihal Devan, tapi hampir setiap hari mereka selalu membahas hal yang sama.
Di setiap malam, Ia melantunkan doa yang tak henti-hentinya. Di satu sisi, dia sadar bahwa semua hal yang dilakukannya saat ini adalah kebodohan dan kesalahan.
Rena :
[Ayo, kita bertemu malam ini]
Keputusan bulat telah ditetapkan oleh Wanita itu setelah selesai sholat. Ia bersiap-siap dan berganti pakaian lalu Pergi mengendarai motor untuk menghampiri Devan.
Ia menunggu dengan penampilan yang sangat cantik di Rumah makan yang biasanya mereka tempati untuk makan.
Sunyi ...
Mungkin itulah suasana hari ini di Rumah makan yang telah mereka sepakati. Waktu semakin larut menunjukkan pukul 9 malam tapi Devan tak juga datang, Wanita itu mulai meremas tali tasnya dan beranjak untuk pergi sebelum akhirnya Devan datang saat ia hendak Pergi.
"Udah lama nunggu? Maaf, tadi macet."
"Iya gapapa," jawabnya Singkat.
Wanita itu kemudian duduk dan memesan makanan. "Untung restaurant ini 24 Jam jadi enak, hehe." Pria itu mulai menggenggam tangan kekasihnya dan memandang dia. Rasa sayang yang teramat dalam itu ia berikan. Kata Kehilangan tak ingin Devan rasakan saat ini.
Rembulan mulai terlihat dari tempat mereka duduk. "Devan, I Love You."
"I Love You More."
Kata itu membuat dia tak tega untuk berpisah dengan Devan. 'Bagaimana Aku bisa melepaskanmu, Ya Allah Aku mencintainya' pikiran itu terus saja terlintas dari balik matanya. Ia mulai berkaca-kaca saat memandang Devan.
"Hey, Are You Okay?" tanya pria itu yang mulai khawatir saat melihat kekasihnya berkaca-kaca.
"Yes, I'm Okay. Devan ... habis ini ke rumahmu ya. Aku capek di rumah."
"Pasti bertengkar lagi sama ayah? Yaudah, gapapa. Lagian orang tuaku Pergi ke luar kota."
"Makasih udah mau jadi pundak aku saat lagi down dan sedih."
"Hey, aku sayang kamu jangan merasa ngerepotin Karena udah tugas aku."
Wanita itu hanya tersenyum manis menatap Devan, matanya yang indah dan juga jilbab yang menghiasi rambutnya, Kulitnya yang Putih dengan senyum manis menghiasi wajahnya. Lesung pipi di samping kanan dan kiri bibir membuat dia menjadi wanita yang diidam-idamkan banyak pria di dunia ini.
Seusai mereka menghabiskan makanan yang telah mereka pesan, bergegas Devan menggenggam tangan Rena dengan kencang lalu mereka Pergi dari sana lalu menaiki mobil untuk Pergi ke tempat Devan.
Mereka saling melempar senyum satu sama lain. "Sudah sampai!! Kamu duluan ya Pergi ke kamarku kayak biasanya, aku mau markirin mobil dulu."
"Okay." Wanita itu membalas dengan senyuman lalu pergi ke kamar Devan dan mandi di rumahnya lalu memakai pakaian kekasihnya. Itu, adalah hal yang selalu dilakukan Rena saat bertengkar dengan sang ayah yang selalu memukul dia.
"Udah mandi?" Tanya Devan seusai memarkirkan mobilnya dan Pergi ke Arah kamar.
"Udah, hehe." Rena duduk di atas kursi meja belajar Devan yang berada di dalam kamar luasnya. Ia membalas kekasihnya dengan senyuman seraya mengusap rambutnya dengan handuk.
Devan mulai menatapnya dengan tajam, Ia mendekat pada tubuh Rena, pria itu mengangkatnya untuk kemudian bangkit dari kursi. Wanita itu tersenyum lebar menunjukkan kedua lesung pipitnya, ia membalas tatapan Devan dengan hangat lalu memeluknya. Mereka saling menyayangi satu sama lain. 'Pundak Devan, terlalu nyaman untuk kutinggalkan'
"Sayang ... bolehkah aku menciummu?" tanya Devan pada wanita itu.
"Bo—leh." Devan mendekatkan wajahnya Dan mengecup bibirnya tanpa aba-aba. Ia menggerakan ke kanan Dan kiri. "Rena,"
"Devan ... uh–m. Tunggu—" ia mendorong dada Devan untuk menjauh Dan melanjutkan ucapannya. "Ini salah Devan, kita bukan Mahram."
"Hanya kecupan." Devan membelai rambut Rena Dan wajahnya dengan lembut setiap lekukan lehernya mulai disentuh secara halus. Ia hampir dibuatnya tak berdaya, Rena kemudian melupakan segala ucapannya Dan menyentuh leher Devan seraya mengusap lembut wajahnya yang tampan. Rembulan malam menghiasai kisah cinta mereka berdua, saat di Mana Rena harus merelakan ciuman pertamanya dengan Devan.
Nama Gadis itu adalah Rena Putri Sawitri, anak kedua dari tiga bersaudara dan perempuan semua. Usianya 21 Tahun di mana harus menghentikan sekolahnya karena akan dijodohkan. Bagi keluarga, wanita berusia 21 Tahun sudah sewajarnya menikah dan pernikahan mereka juga karena dijodohkan.
Dari Kecil, Rena sudah tau resiko yang harus Ia tanggung mengingat keluarga besarnya rata-rata dijodohkan tapi sayang nasib tak berpihak padanya.
"Jika waktu diputar, kamu Mau apa?" tanya Devan menghentikan kecupannya sejenak.
"Ingin Allah mengabulkan doaku yaitu enggak ketemu kamu hehe," jawabnya.
"Kenapa gitu?"
"Supaya enggak makin sakit, karena Aku sadar perbedaan kita banyak."
Wanita itu menatap tingkap-tingkap langit seraya menahan tetesan air matanya. Devan mulai menepuk pundaknya sembari menenangkan dia.
***
Bersambung ...