Chereads / My Possessive Husband Mr.Bimo / Chapter 3 - Dipaksa Menikah (II)

Chapter 3 - Dipaksa Menikah (II)

Hari ini, mahkotaku telah diambil oleh seseorang yang kucintai dan itu berlangsung sebelum pernikahan. Entah kenapa, aku sangat bahagia akan hal itu.

-Rena-

***

Pagi betul Rena dipertemukan kembali pada Bimo, tepatnya hari ini adalah pertemuan kedua keluarga di mana mereka akan dijodohkan satu sama lain.

"Baik, sepertinya Bimo sudah tidak tahan lagi kita percepat lamarannya esok hari saja ya pak," ucap ayah Bimo pada Rendra. Tatapan Rena berubah menjadi kosong bahkan ketakutan, perilaku Bimo yang kemarin ia perbuat hingga hampir saja melepaskan seluruh bajunya sempat membuat Rena syok dan terkejut.

Ia tak bisa membayangkan bagaimana jika nantinya harus menikah dengan Bimo. 'No, aku gamau KDRT!' pikir Rena kemudian berdiri dari tempat duduknya dan menuju ke kamar. Tubuhnya yang bergetar seraya menahan air mata serta cemas. "Kenapa nak?" tanya sang mama yang melihat anaknya merasa khawatir. Bibir Rena seolah-olah ingin berbicara tentang kejadian kemarin tapi rasa takut yang ada dalam dirinya jauh lebih besar mengingat ancaman Bimo tempo hari.

"E—ngga—k, ma. Aku hanya—ge—ro—gi. Hehe." Senyum palsu Rena membuat sang mama percaya akan ucapannya. Ia memeluk erat Rena yang cemas lalu mengusap lembut rambutnya.

Rena hanya dapat menangis dipelukan sang mama, air matanya mengalir begitu deras. 'Ma, bagaimana jika aku akhirnya disiksa dan diperlakukan kasar saat menikah nanti?' pikir Rena yang tak hentinya menangis.

"Udah ya, tidur. Besok kamu nikah, lagian gabaik lama-lama menunda niat ini," ucap sang mama yang mengusap lembut wajah Rena lalu pergi dan mematikan lampu kamarnya.

Wanita itu tak bisa tidur, ia melamun disepanjang malam seraya membayangkan hari esok. Tiba-tiba munculah perasaan pada mantannya, Devan. Tanpa sadar, Rena mulai terlelap dan tertidur.

"Ahhhh, Devannn ...," erang Rena.

"Sayang, tahan yaa sebentar lagi ... tahan."

"Devannnnnnn! Aku udah gak kuat, Devannn! Aaaaaa, Devannnn!"

"Iyaaa ini mau akhir! Iyaa ini Rena iyaaaa!!! Aaaaaaa."

"DEVANNNN!" teriak Rena yang terbangun dari tidurnya. Wanita itu tak henti-hentinya memikirkan Devan bahkan sangat merindukan sosok dia. Rena berusaha menghubungi Devan tapi tak bisa hingga akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari rumah secara diam-diam. Ia berlari keluar dari jendela kamarnya lalu menghampiri rumah Devan dengan memesan Taxi. 'Setidaknya, aku harus bermalam dengan Devan sebelum menikahi lelaki bejad itu!' pikir Rena yang membulatkan tekadnya.

"Agak cepat sedikit ya bang," ucap Rena pada supir taxi itu.

"Baik, mbak."

Waktu menunjukkan Pukul 10.00 Malam dan Rena keluar sendirian ke rumah Devan. Sesampainya di rumah Devan, seperti biasanya Pria itu selalu ditinggal oleh kedua orang tuanya dan tinggal di rumah sendirian.

"Rena?" tanya Devan yang kaget melihat Rena. Tanpa berkata-kata, gadis itu memeluk Devan dengan erat lalu menciumnya, ia menikmati setiap gerakan bibir yang diberikan pada Devan. Keinginannya adalah menyerahkan mahkotanya pada pria yang ia cintai sebelum dengan suaminya. "Ren!" Devan mulai bingung dengan sikap Rena yang tiba-tiba bernafsu. Ia berusaha mendorong Rena dan menghentikan gerakannya.

"Kenapa?" tanya Wanita itu.

"Hey, kamu kenapa tiba-tiba begini?"

"Gaada waktu. Aku ingin tidur denganmu."

"Bukankah kita juga pernah tidur bareng?" tanya Devan.

"No! Aku ingin memberikan kegadisanku untukmu, Devan."

"What? Why? Aku gak ingin merusakmu!"

"No, aku yang menyerahkan diri. Plis, setelah itu aku akan ceritakan kenapa aku gini! Plis!"

"Rena ...." Dengan wajah pasrahnya ia kemudian menggendong Rena ala princess. "Baik, kalau emang itu maumu mari bermalam bersama."

"Yeeeyyy." Rena mengalungkan tangannya pada leher Devan. Mereka berdua pergi menuju kamar Devan dan di sanalah pria itu membaringkan Rena lalu memulai pemanasan. Ia menciuminya berkali-kali dan mengusap rambut lembutnya Rena. Ia melumat bibirnya sampai dalam dan membenamkannya hingga tak terlihat. Pria itu bermain secara perlahan-lahan.

"Uhm, aku benar-benar tak tahan lagi. Devan, jangan lama-lama." Rena menarik kerah baju Devan dan mendekatkannya lalu melumat bibirnya secara sarkas. Wanita itu benar-benar sangat merindukan mantan kekasihnya. Mereka saling bercumbu satu sama lain, Devan yang mulai membuka baju Rena begitupun dengan Rena yang mengusap dada Devan lalu mengayunkan lembut tangannya ke arah wajah Devan. Ia menciuminya hingga sampailah pada titik celana Devan, ia membukanya perlahan-lahan. Devan menghentakkan tubuh Rena ke kasur dan mereka kembali berciuman.

Tanpa sadar permainan itu membuat keduanya larut terlalu dalam hingga membuat suara erangan dan hentakan semakin keras. 'Hari ini, aku akan menyerahkan Mahkotaku hanya kepada orang yang kucintai' pikir Rena saat Devan mengehentakkan tubunya pada Rena.

"Ren ... uhhh, uhm — apa harus begini?"

"Maaf, tapi ini yang terbaik. Besok aku harus menikah Dev—Uhm. Jadi, ini adalah kali terakhir aku bert—uhm ... temu denganmu—uhh. Nikmatilah saat terakhir kita ini. Setidaknya ini cukup menghilangkan rasa rindumu kelak—uhm." Mereka terus saja melakukan permainan itu hingga sampailah pada Finnal di mana Rena resmi menyerahkan mahkotanya kepada Devan.

"Apa aku harus membenamkannya ke dalam?"

"Boleh. Aku hanya ingin memiliki keturunan bersamamu. Semoga dengan ini, cinta kita semakin terhubung—Aaaaaaaaaaaaaa ...," erang Rena.

Hari ini juga Wanita itu dibutakan dengan hawa Nafsu. "Bisa bilang ke aku sekarang? Kenapa kamu meminta hal yang bahkan aku jaga selama bertahun-tahun?" tanya Devan berbaring dengan selimut yang menutupinya seraya menumpangkan lengan tangan pada Rena.

"Maaf baru bilang, besok aku nikah dengan seseorang tapi perjumpaan pertama kami sungguh membuatku gak respect sama dia."

"Emang apa yang dia lakukan sama kamu?"

"Dia memaksaku menciumnya dan bahkan kalau enggak ada ketokan pintu mungkin dia akan memaksaku telanjang. Dia kurang ajar masuk kamarku tanpa izin meski aku berusaha melawan, tapi tenaga dia cukup kuat."

"KURANGAJAR!" amarah Devan menjadi-jadi.

"Devan! Jangan emosi Plis! Aku cuman mau taat sama orang tua itu aja tapi nakal dikit boleh lah, makasih ya Devan udah mau nemenin aku malam ini. Aku jadi enggak ngerasa kesepian dan sendirian lagi."

"Iya, Ren." Devan memeluk Rena kemudian mencium rambutnya. Mereka saling menyayangi satu sama lain tanpa Wanita itu sadari air mata kembali menetes di pelukan Devan. Tubuh hangatnya membuat Rena tenang dan juga aman. Devan yang selalu ada baik susah maupun senangnya bahkan lelaki itu sangat tulus mencintai Rena. 'Hari ini, mahkotaku telah diambil oleh seseorang yang kucintai dan itu berlangsung sebelum pernikahan. Entah kenapa, aku sangat bahagia akan hal itu.' Pikir Rena seraya mendekatkan wajahnya ke arah dada Devan dan memeluknya dengan erat.

Mereka kemudian saling memejamkan mata dan tertidur pulas setelah bermain di atas ranjang. Devan kembali memeluk Rena dengan hangat dan selimut yang menyelimuti mereka berdua membuat keduanya sangat nyaman satu sama lain. Di satu sisi, kedua orang tua Rena masih tidur dan tidak mengetahui bahwa Rena pergi dari rumahnya.

***

Bersambung  ...