Chereads / My Possessive Husband Mr.Bimo / Chapter 5 - Malam Pertama

Chapter 5 - Malam Pertama

Kehilanganmu, adalah hal terberat dalam hidupku tapi apa boleh buat kenyataanya, aku harus menjalani hidupku seperti biasanya.

-Devan-

***

Teriakan Rena membuat Devan menggantikan Aksinya, resepsi pernikahan akhirnya berlanjut sampai sore hari. Setelah resepsi selesai, kedua mempelai pergi ke tempat berikutnya Yaitu Hotel di mana mereka telah memesan untuk malam pertama mereka.

Rena menguk ludahnya dengan cemas ia mulai ketakutan. Wanita itu kemudian membersihkan dirinya di kamar mandi dan mengganti pakaian yang ia kenakan. Rena hanya memikirkan Devan, hatinya masih ada untuk pria yang masih singgah sampai saat ini.

Bimo yang telah berganti pakaian juga mulai mendekati Rena secara perlahan, ia agak memaksanya dan meminta Rena untuk melayaninya malam ini. Berkali-kali wanita itu menolak, Bimo justru semakin kasar padanya.

"Aku Ingin tidur denganmu!"

"Tapi aku belum siap."

Plak

Tamparan kembali diberikan pada Rena oleh Bimo. Wanita itu mulai ketakutan dengan sikap tempramental Bimo. Rena akhirnya menyerah dan memberikan apa yang Bimo Minta. Pria itu membuka baju Rena dan mengusap lembut wajahnya yang cantik. Rena terdiam seraya menangis dan meneteskan air mata, ia benar-benar merasa tertekan di hari pertama menjadi istri.

"Aaaahhhhh," erang Bimo yang bahkan tak membuat Rena bernafsu sama sekali. Hanya kesakitan dan juga air mata yang keluar dari diri Rena. 'Devan, bahagialah' pikir Rena bahkan saat mereka berhubungan intim. Tiba-tiba, Bimo menghentikan aksinya.

"Uhm?" tanya Rena heran karena sikap Bimo yang terlalu mendadak.

"Kamu! Sudah enggak suci lagi ya! Siapa yang beraninya menikmati kamu selain aku! Siapa!"

Amarah Rena memuncak, tiba-tiba ia sungguh tak tahan dengan sikap Bimo yang membuatnya tersiksa hingga melukainya. Rena mulai memberanikan diri dan berkata, "SESEORANG YANG AKU CINTAI DAN TAK BISA AKU MILIKI. DIA YANG SUDAH MEREBUTNYA DAN HANYA DIA SAJA YANG BOLEH MEMILIKI MAHKOTAKU!" Amuk Rena seraya menunjuk ke arah Bimo. Ia kemudian mengenakan pakaian dan pergi dari hotel dengan keadaan kusut. Wanita itu tak mempedulikan Bimo dan memesan taksi untuk diantar ke rumah Devan.

Saat itu juga Rena memeluk Devan dengan erat dan hangat seraya menangis ia benar-benar tersiksa dan hanya Devan yang bisa membuatnya bahagia. "Why? Kenapa kamu ke sini? Bukankah kamu harusnya menikmati malam pertamamu?" tanya Devan yang kaget saat Rena datang dan tiba-tiba memeluknya.

"Maaf, aku lancang tapi bolehkah biarkan begini saja dulu? Aku benar-benar tersiksa." Devan memeluk Rena dengan erat seraya menepuk pundaknya secara perlahan. 'Entah apa yang harus aku lakukan untukmu, tapi aku sedih liat kamu gini Ren.' Pikir Devan tanpa sadar air mata itu kembali mengalir dari bola matanya.

"Dev, aku mencintaimu. Aku gatau harus bilang ke siapa lagi karena gaada yang bisa ngertiin aku selain kamu. Aku takut buat malam pertama ... tapi aku gabisa bilang ke orang tuaku." Devan melihat luka di wajah Rena dan juga lengan tangannya. Ia mencoba menahan rasa kesal dan amarahnya tapi apa boleh buat kasih sayangnya pada Rena tak bisa disembunyikan bahwa dirinya sangat kesal begitu melihat luka itu ada di tubuh Rena.

"Ini siapa yang bikin kamu terluka gini! Bilang ke aku sekarang!" amuk Devan.

"No, bukan siapa-siapa."

"BIMO?! IYA KAN?" gertak Devan dengan yakinnya. Tiba-tiba ditengah pembicaraan mereka, Bimo datang ke rumah Devan dengan mobilnya seraya memandang Rena. Bergegas Wanita itu bersembunyi dibalik tubuh Devan saking takutnya.

"Ah, jadi istriku di sini ternyata. Aku cari kemana-mana sayangku," ujar Bimo yang berusaha mendekati mereka secara perlahan.

"I—ya mas," jawab Rena dengan tubuhnya yang gemetar. Devan merasakan getaran tubuh Rena dan mulai mencegah Bimo mendekat.

"Kamu apakan dia sampai terluka! Jawab!" gertak Devan pada Bimo.

"Gue gak apa-apain dia! Dia kebentur sendiri!" jawab Bimo seraya mengkode Rena dengan kedua matanya. Tatapannya yang tajam dan terlihat mengancam membuat Rena takut untuk melawan.

"U-hm iya, aku gak sengaja kebentur tadi jadi gak kenapa-napa." Rena berusaha menyembunyikannya dengan senyuman cerah pada wajahnya. Kakinya tak berhenti bergetar ketakutan saat melihat Bimo.

"Sayang, yuk pulang. Kamu kenapa sih sampe sini," ucap Bimo yang berusaha mengajak Rena pulang ke rumah.

'Lebih baik aku pulang dan tak ganggu Devan. Huh, kamu harus bisa Rena buat bertahan!' pikir Rena kemudian menjawab panggilan Bimo, "Iya ayok pulang, mas."

"Ren! Tapi kan!" Devan berusaha mencegah Rena karena rasa khawatir yang ada dalam dirinya. Rena kemudian menatap Devan dengan tatapan hangat, ia berusaha mengikhlaskan Devan seikhlas-ikhlasnya. Rena mulai menyentuh kedua pipi Devan dan mengusap lembut rambutnya seraya berkata, "Devan, aku baik-baik aja. Jangan cemas ya. Dia sangat menyayangiku dan menjagaku."

'Bohong' pikir Devan. Tatapan Rena, meski Devan tau bahwa itu adalah sebuah kebohongan tapi takdir tak bisa diubah mau seberapa kuat kita mencoba untuk melawannya tapi kenyataan tetap harus diterima bahwa mereka gak bisa sama-sama.

Rena pergi ke arah Bimo dan meninggalkan Devan lalu pergi ke mobilnya dan mereka pulang ke hotel sama-sama. Rena yang masih canggung dengan suasana di mobil mencoba untuk memulai pembicaraan dengan Bimo meski dirundung rasa takut.

"Kamu tau darimana aaku di sana?" tanya Rena yang penasaran.

"Dari ponselmu, aku kan ngasih pelacak ke Ponselmu itu. Kamu, gaboleh jauh dariku!" tegas Bimo.

"Apa hakmu bilang kayak gitu?"

"Karena aku suamimu!"

"Apa kamu mencintaiku?" tanya Rena di dalam mobil.

"Cinta."

"Tau apa kamu soal cinta? Apa cinta itu menyiksa seseorang yang dicintai? Kamu gak cinta sama aku. Katakan sekarang, alasanmu menikahiku untuk apa?" tanya Rena yang semakin membuat Bimo terpojok. Karena kekesalannya, ia mengencangkan kendaraan Mobil miliknya hingga membuat Rena berteriak kencang. "Aaaaaaaaaa,"

Tak lama setelahnya, mereka sampai di hotel dan masih berada di kamar yang sama. Bimo mulai mengusap lembut rambut Rena dan berkata, "Cinta. Aku bukan orang yang bisa mengekspresikan hal itu. Paham!"

Rena mulai mengajukan pertanyaan lagi pada Bimo karena saking kesalnya. "Kamu gak cinta sama aku Bimo! Paham!"

"Aku cinta sama kamu!"

"Jangan main-main sama cinta! Kamu gak pernah ngerasain rasanya jatuh cinta dan dicintai!"

"SUDAH KUBILANG KAN? AKU CINTA SAMA KAMU!"

"BIMO! DIEM! CINTA ITU ENGGAK AKAN NYIKSA DAN BUKAN MEMPERLAKUKANKU DENGAN KASAR!" teriakan Rena membuat Bimo geram dan sontak usapan lembut itu berubah menjadi jambakan yang membuat Rena merintih kesakitan.

"Aaaaa, Bimo. Sakit." Erangan Rena tak dipedulikan oleh Bimo dan ia hanya tertawa disertai menangis saat menjambak Rena.

Di satu sisi Devan berada di kasur dan sempat melihat memori foto tentang kebersamaan mereka membuatnya menangis. "Kehilanganmu, adalah hal terberat dalam hidupku tapi apa boleh buat kenyataanya, aku harus menjalani hidupku seperti biasanya." Air mata itu tiba-tiba menetes di sebuah album foto mereka berdua saat berpacaran.

***

Bersambung ...