Seperti rembulan malam, terkadang menghabiskan waktu bersamamu adalah sesuatu yang spesial.
-Rena-
***
"Sayang, ini–kali pertamaku berciuman, plis pelan-pelan yaa. Jangan napsu," ucap Wanita itu seraya mengelus rambut pria di sampingnya bernama Devanda. Devanda Putra Gunawan pria kaya yang memiliki harta berlimpah dari sang ayah nya, seorang Miliarder terkenal bernama Jhon Valker Wallerie. Pria berketurunan Amerika yang tinggal di Indonesia. Dia merupakan pacar Rena Putri Sawitri, yang saat ini disayangi oleh Wanita itu.
Devan menatapnya dengan lembut Dan mendekatkan bibirnya secara perlahan. "Of Course! Boleh lebih?"
"No! Kita belum menikah, sayang!" Ucap Wanita itu lalu mengecup pria yang berada di depannya. Dengan sigap, Devan melumat Wanita itu secara bringas. Tatapan Rena, membuat pria itu memelankan kembali setiap gerakan bibirnya.
"Ouh, hiak! Aku sudah bilang pelan-pelan menciumku!" Protes Rena saat mencapai Devan begitu cepat nya melalap seluruh mulutnya.
"Iya sayang, iya. Ah, gemesin deh."
Dan, saat itulah kali pertama Wanita itu berciuman dan saling menempelkan bibir mereka serta menikmati semua gerakan yang ada.
Setelah dirasa mulai dalam dan bernafsu, Devan menggerakan setiap jemarinya ke arah leher Rena. Ia mengecup lehernya secara perlahan-lahan hingga bagian pundak. No! Harus berhenti! Aku gamau! Kita belum menikah! Ucap Rena dalam hatinya. Dengan tegas, wanita itu mendorong dada Devan lalu menatapnya sinis.
Plakkkkk
Tamparan keras diberikan oleh Wanita itu. "Sudah kubilang bukan? Ciuman aja gak lebih!"
Devan hanya tersenyum senang, lalu menjilati setiap bibirnya setelah berciuman. "Sayang, kamu cantik kalau marah. Maaf,"
"Nyebelin! Tauk ah!"
Rena bergegas membawa tasnya lalu pergi dari rumah Devan. Wanita itu, sudah lama berhubungan dengan Devan. Hubungan mereka selalu saja mengalami naik turun bahkan cobaan yang sangat berat sekalipun telah dilalui.
***
Sesampainya Rena di rumah, tiba-tiba terjadi sebuah pertengkaran antara mama Dan Ayahnya. Wanita itu memilih acuh dengan apa yang mereka lakukan Dan Tetap berjalan ke kamarnya. "Reina! Ayah mau ngomong, keluar yaa!"
Seketika, panggilan sang Ayah membuat Wanita itu tak jadi untuk berbaring. "Iya pa,"
Rena turun dari tangga Dan menemui Ayahnya yang berada di sofa sembari melihat televisi. "Jadi, begini. Ayah sama mama setuju buat jodohin kamu karena udah deket sama temen Ayah. Jadi, dari kecil kita mau kalau punya anak dijodohkan."
"Pa–tapi aku–,"
Plakkkkkk
Pukulan keras membuat anaknya jatuh ke lantai. "Ayah gasuka anak suka ngelawan! Ayah harap kamu gak ngelawan perintah Ayah lagi!
"Aku selalu aja nurutin perintah ayah tapi kali ini Rena cuman mau ayah izinin Aku pilih apa yang Aku sukai, Yah!"
"Ngelawan Lagi atau ayah pukul!!!" amuk sang ayah pada anaknya itu.
"Ayah kenapa sih suka Mukul Aku! Aku benci sama ayah!" Ia Pergi Tanpa berkata-kata lagi lalu menuju ke kamarnya dan membanting pintu. Baginya sang Ayah adalah sosok yang sangat menyeramkan.
Perjodohan telah resmi disepakati oleh kedua belah pihak. Rena dipaksa menikah oleh seseorang yang tak ia sayangi.
Devan :
[Sayang?]
Rena :
[Maaf. Jangan hubungi aku lagi, kita putus detik ini]
Devan :
[Rena, ren!]
Detik itu juga, Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Ia melampiaskan amarah karena sering dipukul oleh sang Ayah dengan melukai tangannya. Aku tak pernah bisa memilih, dan tak boleh memilih. Semua keputusan ada di tangan Ayah.
Rena meletakkan kepalanya di atas meja dan meratapi nasibnya. Wanita itu hanya termenung. "Ren! Besok ada ketemuan sama jodohmu jadi siap-siap ya!" Ucap sang ayah yang membuat Rena sadar.
Tok tok tok
Tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu kamar Wanita itu. Dilihatnyalah, ternyata sang mama yang datang padanya. Ia memeluk anaknya dan berkata, "maafkan mama Enggak bisa mencegah Ayahmu buat menjodohkanmu."
Rena mulai paham dan memeluk sang mama dengan erat. "GaAyah ma, Aku terima kok."
Dari kecil, semua keputusan keluarga ditentukan oleh sang ayah. Baik mama atau Rena tak mempunyai pilihan dalam memilih. Sejarah keluarga besar mereka-Pun juga dijodohkan. Ayah Rena yang dijodohkan dengan mamanya saat ini.
Wanita itu memandang sang mama dan menghentikan pelukannya. "Ma, Aku Mau tanya boleh? Dulu mama punya seseorang yang dicintai nggak?"
"Punya," ucap mamanya dengan singkat. "Lalu, kita putus karena tak ada pilihan lagi. Semboyan keluarga adalah perjodohan," lanjutnya.
Rena kembali memeluk sang mama dalam tangisan. Wanita itu benar-benar merasakan kesedihan yang mendalam.
Mencintai adalah hak asasi setiap manusia tapi tidak dengan Rena.
***
Pagi hari menjelang, di mana semua orang-orang melaksanakan aktivitasnya. Berbeda dengan Rena yang sedari pagi harus menyiapkan diri untuk di make up serta berias karena Akan bertemu dengan calon suami.
Mereka berdua akhirnya bertemu di Rumah Rena bersama para keluarga. Mereka saling pandang satu sama lain. Tak ada rasa apapun dari Rena untuk calonnya. Bimo Damana Prasetyo, anak dari pengusaha ternama di Jakarta.
Ayah Amanda menatap calon besannya dan bergurau bersama-sama. "Hahaha, bro gimana kabarmu. Anak kita mau nikahan berdua. Kapan enaknya?"
Rendra mengangkat kedua bibirnya sembari tersenyum, "bagaimana kalau Minggu depan saja," tuturnya, "Soalnya Bimo tidak sabar lagi."
Pria dengan jas hitam itu memandang Sang ayah dan berkata, "iya pa."
Merekapun saling bersenda gurau bersama-sama. Rena pergi ke kamarnya dan hendak mengambil ponsel miliknya.
"Saya izin ke kamar mandi ya pak,"
"Ah, iya di belakang," sahut sang mama Rena.
Rena memandang foto Devan sembari menangis. Ketika di usia 21 Tahun Ia lepaskan cintanya untuk perjodohan yang dipaksa oleh sang ayah membuat Wanita itu menangis di kamar. Tanpa sadar, suara pintu berbunyi.
Citttt
Itu Bimo yang datang ke kamar Rena. Dengan kagetnya Wanita itu bertanya-tanya. "Kenapa kamu ke sini? Kamu gatau ini kamar saya!" Bimo yang melihat Rena begitu menarik, bergegas mendekat dan menarik punggung Rena untuk mendekat dengannya. "Hei! Apa yang kamu lakukan!"
Tanpa basa-basi Bimo mencium Rena dengan bringas dan sarkas. Rena mencoba untuk memberontak dan menolak ajakan Bimo tapi apa boleh buat kekuatan pria itu jauh lebih kuat.
"Uh–m...." Rena berusaha mendorong dada Bimo lalu menampar pipinya dengan keras.
Plakkkkk
Tamparan keras diberikan oleh Wanita itu, Bimo hanya tersenyum dan tertawa sinis. "Apa tak boleh mencium calon istriku?"
Wanita itu menatap Bimo dengan penuh kebencian. "Saya dan kamu belum resmi menjadi suami istri! Saya tak mencintaimu! Kamu bisa membeli apapun dengan uang, tapi bukan cinta saya! Paham itu!"
Sial, bibirnya membuatku tak tahan ingin menerkamnya. Tanpa mempedulikan ucapan Rena, Bimo mendekati Rena dan mengunci kedua tangannya lalu mencium dia dengan kasar. Pria itu benar-benar dibutakan oleh Nafsu hingga Rena mulai lemas untuk melawan dan hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi saat ini. Tak berselang lama...
Tok Tok Tok
Suara ketukan pintu terdengar dan mereka menghentikan aktivitas mereka. Bimo menjambak rambut Rena dengan keras.
"Aaaa sakit," erangnya.
Bimo membelalakan matanya dan berkata, "Awas aja kalau kamu bilang macem-macem sama keluarga kita! Aku bersumpah Akan membunuhmu!"
Sejak saat itulah, semangat Rena hilang seketika.
***
Bersambung...