Aku membuka mataku lagi, menatapnya. Aku bisa melihat salah satu lesung pipitnya, dan kumpulan kecil kepingan salju yang berkilauan tergantung di antara untaian rambut cokelatnya yang kaya. Aku masih mabuk, pastinya. Tapi melihat Boy di sana dalam cahaya redup, wajahnya hanya diterangi oleh tiang lampu beberapa meter jauhnya, aku merasa seperti berada di bawah semacam mantra sihir. Aku menghabiskan Sabtu malamku dengan pria tampan yang baru saja pergi ke pesta denganku.
Berapa malam seperti ini yang aku habiskan sendirian? Sendirian, terselip di balik buku di perpustakaan atau di tempat tidurku, menyaksikan salju turun melalui jendela besar?