Falex mulai tertawa kecil, dan aku hanya bisa menggelengkan kepalaku sambil tersenyum pada mereka.
Preston masih harus memperbaiki selera humornya, karena dia sangat serius ketika berkata, "Tidak, terima kasih. Aku berharap itu akan terjadi."
"Mengapa?" Aku bertanya, mengambil beberapa langkah lebih dekat dengannya.
Preston melihat ke bawah ke teleponnya, lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Wajahnya memerah sebelum dia menjawab, "Aku tidak ingin dikenal sebagai kutu buku atau hanya tukang kertas yang kebetulan punya otak."
Aku menyilangkan tanganku dan merasakan Falex bergerak mendekat sampai dia berdiri di sampingku.
"Aku ingin membuat sesuatu dari diri Aku sendiri. Kamu tahu? Aku ingin menjadi lebih."
"Dan Kamu pikir bekerja dengan kami akan memberi Kamu itu?" Falex bertanya.
Preston menggelengkan kepalanya, lalu dia melirikku sebelum menatap Falex. "Aku kira tidak demikian. Aku tahu bekerja sama dengan Kamu akan mewujudkannya."
