"Sudah selesai," bisik Emre.
Saat aku mengangkat mataku ke sepupuku, dia datang untuk memelukku. Aku memeluknya, dan kami mengambil waktu sejenak untuk menikmati kemenangan kami.
Tiga puluh tahun merencanakan, bekerja, dan hidup untuk saat ini, dan sekarang setelah semuanya berakhir, aku bisa fokus pada hidupku sendiri.
"Ayo pulang," kataku sambil menarik diri darinya. "Kamu mengemudi."
Emre tertawa kecil, dan saat kami meninggalkan lemari es, dia memerintahkan para pria untuk membuang mayatnya.
Dalam perjalanan pulang, rasa lelah merasuk ke dalam tulang-tulangku. Aku ingin tidur selama seminggu.
Ketika Emre menghentikan mobil, saya turun dan menunggunya. Bersama-sama kami masuk ke dalam dan berjalan ke kamar tidur nenek kami.
Aku mengetuk pintu.
"Masuk," panggilnya.
Aku tahu tidak mungkin dia tidur sebelum mendengar Mazur meninggal.
Ketika saya melangkah masuk bersama Emre, emosi membasuh wajahnya. Dia menahan air matanya, mengangkat dagunya tinggi-tinggi.
