Bahkan di malam hari, wisata jalanan Insadong masih ramai saja. Yena duduk di depan sebuah gerai yang telah tutup.
Kening gadis itu sesekali berkerut sementara sorot matanya tampak suram.
"Alasan mengapa ia dipanggil Lucifer adalah karena tingkahnya yang menandingi iblis. Kau jangan tertipu dengan sikap baiknya." Ucapan Arion itu terus terngiang-ngiang.
"Ikutlah denganku. Aku akan memperlakukanmu jauh lebih baik. Yang terpenting, aku tidak akan mengekang kebebasanmu, aku tidak akan memperlakukanmu seperti tawanan."
"Kenapa ... aku harus ikut denganmu? Kau juga menginginkanku? Kenapa?"
"Kau akan tau nanti. Aku akan memberimu kesempatan untuk memilih baik-baik. Datanglah ke gerai Sanchon di Gwanhun-dong. Aku akan menunggumu di sana. Tentu saja, jika kamu lebih memilih kembali pada Lucifer aku akan merebutmu darinya, dalam hal ini aku tidak bisa menjamin dia akan selamat. Jadi sebaiknya kau menyerahkan diri dengan baik-baik."
....
"Haa apa yang harus aku lakukan?" Yena menjambak rambutnya pelan. Dia sangat bingung.
"Apa dia mengatakan yang sebenarnya tentang Lucifer? Itu tidak mungkin!" Yena menggelengkan kepalanya skeptis. Mungkin Lucifer memang kejam, mungkin dia memang telah melakukan kejahatan di masa lalu. Akan tetapi, Yena merasa bahwa apa yang selama ini dilakukan pria itu padanya bukanlah sandiwara. Dia dapat melihat kemurnian di matanya yang menyala.
Sementara maksud Arion ini juga belum jelas. Yena bingung, kepada siapa ia harus percaya?
"Apa pun yang Arion inginkan, sebaiknya aku menemuinya dulu untuk memastikan." Yena sudah memutuskan.
Gadis itu baru saja bangkit dan hendak pergi ketika tiba-tiba sosok Lucifer memasuki pandangannya.
"Ah ...." Yena agak terkejut. Lucifer menghampirinya dengan tatapan tanpa ekspresi.
"Mari pulang," ajaknya tanpa berbasa-basi.
"... bahkan jika kau mengembalikan yeouiju padanya dia tidak akan melepaskanmu. Kau akan selamanya menjadi peliharaannya."
Perkataan Arion terngiang-ngiang di kepalanya. Yena menatap Lucifer lekat. Pria ini memang tidak pernah memberikan ruang untuk kompromi. Mungkinkah dia benar-benar bermaksud menjadikan dirinya sebagai peliharaan?
"Kenapa? Ada apa? Yeouiju tidak hancur, mengapa kau berpikir kalau tembikar murahan itu adalah yeouiju yang agung? Sekarang kembalilah. Kau tidak perlu terus berusaha kabur lagi," kata Lucifer.
"Jika ... aku mengembalikan yeouiju padamu, apa kamu akan membebaskanku?"
Lucifer mengerutkan keningnya tipis.
"Bukankah aku sudah berjanji? Jika yeouiju kembali maka kau akan bebas. Apa kau lebih mempercayai Arion dibanding aku?"
Yena merasa sedikit lega. Namun dia masih memiliki beban di hatinya.
"Alasan mengapa aku dikutuk menjadi seperti ini karena aku telah melakukan suatu kejahatan. Itu benar. Selain hal itu apa pun yang dikatakan Arion hanya omong kosong." Cahaya mata Lucifer meredup. Ekspresinya tampak sedikit menggelap.
Yena melihat jejak kepedihan yang samar di wajahnya.
"Aku memang ... telah melakukan sebuah kejahatan. Setelah kau mengetahui ini apa kau akan memandangku dengan rendah? Sstt tak apa, aku memang bukan orang baik. Namun, selama ini aku memperlakukanmu dengan tulus. Lagipula aku tidak berminat memelihara gadis jelek sepertimu."
Yena dapat merasakan perasaan yang sangat tidak menyenangkan dalam nada Lucifer. Hatinya tiba-tiba merasakan simpati yang tidak beralasan, namun mendengar ucapan terakhirnya Yena menarik kembali simpatinya.
"Meski tidak masuk nominasi wanita tercantik dunia tapi wajahku sangat lumayan." Yena membantah Lucifer dengan wajah cemberut.
Lucifer hanya mengukir senyum tipis yang singkat.
"Jadi apa kau akan pergi menemui Arion?"
"Setelah kamu menjanjikan kebebasan bagaimana bisa aku tidak punya alasan untuk memilihnya? Mari pergi, kita ambil yeouiju-mu." Yena mengulurkan tangannya. Lucifer tersenyum dan menggenggam tangannya.
"Lucifer ah tidak, Lee Shan, boleh aku memanggilmu Lee Shan?"
"Tidak."
"Baiklah. Lucifer, kamu harus lebih banyak tersenyum, begitu lebih bagus." Yena berkata sembari menatap wajah cerah Lucifer.
Mendengar Yena pria itu menarik sudut-sudut bibirnya membentuk senyuman yang paling lebar yang pernah ia tunjukkan.
Pipi Yena tanpa sadar sedikit panas. Itu senyuman paling indah yang pernah ia lihat.
Sementara itu di sebuah tempat makan tenang yang terkenal di Insadong Street, Arion duduk dan menikmati makanan vegetarian-nya. Seekor burung kecil terbang masuk, hinggap di pundaknya dan membisikkan sesuatu.
Sesaat kemudian senyum terbit di wajah lembutnya.
"Jadi dia lebih memilih mahluk brengsek itu? Tidak salah, haha bocah itu memang pandai sekali memikat hati perempuan. Tapi pada akhirnya dia akan dicampakkan. Kau percaya itu York? Aku sendiri yang akan membuatnya dicampakkan."
....
Lucifer dan Yena telah sampai di hotel tempat di mana Yena dan Rumi menginap. Namun, sayangnya Rumi telah check-out beberapa hari yang lalu. Seluruh barang Yena tentu juga telah dibawanya.
"Rumi pasti kembali ke apartemennya. Kita harus ke sana," ucap Yena. Dia tidak terkejut, tidak mungkin Rumi terus-terusan tinggal di hotel. Dia adalah pelajar di salah satu universitas di Seoul dan memiliki apartemen sendiri di Seoul.
Yena datang ke hotel hanya untuk memastikan kalau dia benar-benar telah meninggalkan hotel. Sekarang mereka harus pergi ke apartemennya. Namun, jarak apartemen Rumi dari Insadong memang cukup jauh.
Mereka pun pergi menggunakan taksi menuju ke sana.
"Tolong lebih cepat," pinta Yena. Sebelum ia melihat yeouiju hatinya merasa sangat tidak tenang.
"Mengapa begitu cemas?" Lucifer berkata. Ia sendiri fokus pada sebuah buku di tangannya. Yena tidak tau dari mana buku itu berasal. Apa jangan-jangan pria ini selalu mengantongi buku kemana-mana?
"Tentu saja aku cemas. Yeouiju belum berada di tangan kita. Apa pun bisa terjadi, bagaimana jika Arion datang lagi?" Yena berkata dengan khawatir.
"Jangan cemas. Dia tidak bisa merasakan keberadaan Yeouiju."
"Iya, mungkin dia tidak akan menemukan Yeouiju. Tapi bagaimana jika dia menemukan kita sekarang? Semuanya akan menjadi sulit--"
Ckiitt
Mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti.
Lucifer menggeser topinya dan tersenyum tipis.
"Kau benar. Dia menemukan kita."
Yena tertegun.
"Sial ...."
"I-itu ...." Sang sopir taksi membeku dengan syok.
Di depan sana, sosok manakutkan Arion melempar seringai pada Yena.
"Bukankah sudah aku bilang kalau kau tidak menyerahkan diri dengan suka rela, maka aku ... akan membawamu dengan paksa."
Swoarrrr
Api merah bak ledakan menyambar dari depan secepat kilat.
Naga itu terus menyemburkan api dari mulutnya tanpa jeda. Membakar rangkaian logam di depannya. Dalam beberapa detik saja mobil itu telah meleleh menjadi logam kental.
Namun, tidak tampak seseorang ikut meleleh di dalamnya.
"Cepat!" Lucifer menggenggam tangan Yena erat dan membawanya lari secepat mungkin. Arion telah mulai mengejar di belakang.
"Lee Shan ...! GROARRR!!!"
RARRR
Api yang pekat kembali menyembur dari mulutnya menyambar ke arah dua orang itu. Begitu api tersebut menghilang sekelompok burung hitam datang dari baliknya dan menyambar penglihatan Arion, membuatnya kewalahan.
"GROOORR!!"
Kwakk kwakkk
Kwakk
Kwakk