"Yena." Suara Ansel menginterupsi gadis itu.
Yena terperenjat.
"Eh? Pagi-pagi sudah datang ke sini. Kamu mau menumpang sarapan, ya?" canda Yena.
Ansel mengangguk dan kemudian duduk di meja makan.
"Ya, betul sekali! Aku hanya ingin menumpang makan." Ansel melihat pada meja makan dengan air liur yang hampir menetes. Makan di rumah Yena juga bukan hal yang jarang ia lakukan. Masakan Mila sangat enak.
"Ya ya, makan saja sepuas kamu."
"Wah. Apa di sini ada pesta. Kenapa ada makanan sebanyak ini?" Ansel terheran-heran.
"Tidak tau. Jangan banyak tanya. Makan saja," kata Yena sembari melenggang pergi dari dapur.
Ansel mengedikkan bahu. Benar, makan saja. Pria itu menciduk nasi dan mengambil beberapa lauk yang tampak sangat menggoda selera.
Ia baru saja hendak memasukkan makanan itu ke mulutnya ketika tangan Mila menghentikannya.
"Eh? Bibi ...."
"Jangan dimakan," ujar Mila.
"Kenapa?"