Entah mengapa, saat melihat wajah dari Nico, aku merasa kesal. Melihatnya tak bekerja. Melihatnya, hanya bermain game. Mau sampai kapan, Nico akan terus seperti itu?
"Amel, kamu ke sini ya, Papah bawa duren loh!" Durian memang menjadi buah favoritku dengan keluarga.
"Iya, Pah, Amel ke sana sekarang," jawabku. Lekas, aku bergegas ke sana. Nico yang ada di luar kos, bertanya kepadaku, "Mau ke mana?"
"Ke rumah Papah," jawabku tegas.
Nico menawarkan diri untuk mengantarkan aku ke rumah, "Mau aku anterin?"
"Gak, aku udah pesen gojek."
"Yaudah, hati-hati ya, sayang," kata Nico.
Aku pun, mendatangi rumah Papah. Di sana, aku memakan buah durian yang sudah Papah kupas. Bahkan, aku sampai rebutan dengan Dinda.
Papah mengatakan, "Mel, jangan kebanyakan makan duren. Nanti, mabok duren kamu!"
"Tapi kan, enak, Pah," jawabku.